Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
DELIRIUM disebut-sebut menjadi salah satu gejala baru Covid-19. Penyakit ini diklaim banyak ditemukan pada pasien covid-19 di usia lanjut atau lansia.
Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah mada (RSA UGM), Fajar Maskuri, mengatakan delirium merupakan gangguan sistim saraf pusat yang berupa gangguan kognitif dan berkurangnya kesadaran terhadap lingkungan. Kondisi ini terjadi akibat disfungsi otak pada beberapa pasien covid-19.
Ia menyampaikan terdapat sejumlah gejala deilirium. Salah satunya adalah kebingungan pada pasien covid-19. Lalu, disorientasi, bicara menggigau, sulit konsentrasi/kurang fokus, gelisah, serta halusinasi.
‘’Gejala-gejala itu munculnya fluktuatif dan biasanya berkembang cepat dalam beberapa jam atau beberapa hari,’’ jelas dia, Kamis (17/12) .
Penyebab delirium pada pasien Covid-19 adalah multifaktor. Salah satunya kurangnya oksigen dalam tubuh atau hipoksia. Selain itu, delirium juga disebabkan adanya penyakit sistemik dan inflamasi sistemik, gangguan sistem pembekuan darah yang terlalu aktif (koagulopati), serta infeksi virus covid-19 langsung ke saraf.
Lalu, mekanisme autoimun pascainfeksi dan endoteliitis turut berpengaruh terhadap munculnya delirium pada pasien namun dengan intensitas lebih jarang dibandingkan mekanisme yang lain.
Fajar menjelaskan, gangguan neurologis dapat terjadi pada sekitar 42.2% pasien Covid-19. Sementara itu, manifestasi gangguan neurologis tersering pada pasien Covid-19 adalah nyeri otot (44.8%), nyeri kepala (37.7%), delirium (31.8%), dizziness (29,7%).
‘’Secara umum, delirium dialami pada 13-19% pasien Covid-19,’’ terangnya.
Lebih lanjut Fajar menjelaskan delirium ini rentan terjadi pada orang lanjut usia (lansia) atau diatas 65 tahun, terutama pada lansia yang lebih lemah. Terdapat beberapa kondisi lain yang menyerupai delirium covid-19 pada lansia. Beberapa di antaranya delirium akibat gangguan kognitif yang bersifat fluktuatif seperti yang terjadi pada ensefalopati uremikum serta gangguan kognitif yang bersifat terus-menerus seperti pada demensia.
Baca juga : Obat Kombinasi Inovatif Mampu Tangani Hipertensi dan Dislipidemi
Delirium banyak dijumpai pada pasien Covid-19 lansia, tetapi bukan berarti pasien dengan usia muda tidak bisa terkena delirium. Ditemukannya delirium pada pasien Covid-19 usia muda menandakan adanya ensefalopati akibat gangguan pernafasan yang berat.
Selain itu, delirium juga dapat terjadi pada pasien-pasien yang mendapat obat-obatan psikotropika karena kondisi penyakit tertentu. Oleh sebab itu, peran keluarga sangat penting untuk memberikan informasi tentang riwayat penyakit dan obat-obatan yang dikonsumsi pasien kepada petugas medis saat pasien dirawat.
Delirium pada pasien Covid-19 disebutkan Fajar berhubungan dengan kegagalan sistem multi-organ. Karenanya pasien Covid-19 dengan gejala berat berisiko empat kali lipat mengalami delirium.
‘’Delirium pada Covid-19 berhubungan dengan pemanjangan masa rawat inap (length of stay) hingga 3x lipat,’’ucapnya.
Dalam jangka panjang, delirium berhubungan dengan outcome fungsional yang lebih buruk pada pasien-pasien Covid-19 yang dirawat. Pasien membutuhkan pemantauan jangka panjang untuk menilai beban akibat delirium yang sebenarnya.
Sementara pada beberapa pasien Covid-19 dengan gejala ringan yang tidak membutuhkan rawat inap dilaporkan mengalami gangguan konsentrasi yang terus-menerus dan penurunan memori jangka pendek (brain fog). Oleh sebab itu, evaluasi sistem saraf dan kognitif menjadi penting untuk menegakkan diagnosis lebih lanjut serta untuk menentukan terapi rehabilitasi yang dibutuhkan pasien.
‘’Karenanya kenali dan waspadai delirium yang dapat menjadi gejala awal Covid-19. Segera periksakan ke pusat pelayanan kesehatan terdekat bila ada keluarga yang dicurigai mengalami kondisi delirium,’’ pungkas dia.(OL-2)
Sandi mengungkapkan kegiatan ini rencananya akan dilaksanakan setiap bulan dengan materi yang beragam.
Ada beberapa langkah antisipatif yang mulai diterapkan Puskesmas Warungkondang untuk mencegah penyebaran covid-19.
Seperti halnya virus korona, bentuk patologi sosial semacam itu kini juga masih ada dan bergentayangan. Mereka cuma bermutasi menjadi bentuk lain, dari yang kelas teri hingga kakap.
“Saya mohon bangsa ini, pemimpin-pemimpin kita, dalam bidang politik mana semua, tolong tidak berkomentar kalau komentarnya belum jelas,” kata Luhut
Direct Digital Radiography (DDR) ciptaan I Gede Bayu Suparta dirancang dengan fitur pengambilan mode thorax untuk diagnosis untuk diagnosis pasien Covid-19.
Pandemi covid-19 mesti dibaca betapa ada yang salah dalam sistem kehidupan kita sehingga virus itu mampu memporak-porandakan setiap sendi kehidupan di seluruh dunia.
PEMERINTAH Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, masih menunggu instruksi Pemerintah Pusat untuk melakukan penanganan Covid-19.
Presiden Joko Widodo akan membubarkan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 setelah pemerintah resmi mencabut status kedaruratan pandemi di Indonesia.
Jika memungkinkan, kapan pun berada di ruang publik atau di gedung, pastikan ventilasi alami dengan membuka jendela.
Langkah ini untuk mengoptimalkan kebijakan berlapis dengan pendekatan digital demi pengendalian covid-19, termasuk antisipasi masuknya virus varian baru ke Indonesia.
PROGRAM vaksinasi Covid-19 terus berlanjut di Sumatra Selatan, difokuskan untuk kalangan pelajar.
PELAKSANAAN protokol kesehatan (prokes) Covid-19 harus menjadi kewajiban dalam keseharian masyarakat, untuk menghadapi potensi sebaran varian baru virus korona di tanah air.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved