Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
TES swab atau usap dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan metode yang saat ini masih paling akurat dalam mendeteksi infeksi virus korona jenis baru penyebab Covid-19. Namun begitu, hasil pemeriksaan terkadang berbeda meski uji swab dilakukan dalam waktu yang berdekatan.
Pakar Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM), dr Titik Nuryastuti, MSi, PhD, SpMK (K) menjelaskan terdapat beragam faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil uji swab PCR.
Ia mencontohkan, seseorang melakukan tes swab di rumah sakit dan hasilnya positif. Kemudian keesokan harinya kembali melakukan swab PCR di rumah sakit berbeda, namun hasilnya menjadi negatif.
"Faktor waktu dan prosedur pengambilan sampel swab sangat memengaruhi. Waktu pengambilan swab yang berbeda bisa memberikan hasil pemeriksaan yang berbeda pula," terangnya seperti dilansir dari laman UGM, Jumat (11/12).
Bila ini terjadi dalam masa inkubasi virus, yaitu hari ke 2 -14 setelah terpapar, jelas Titik, kondisi ini disebut sebagai negatif palsu. "Ini mungkin terjadi karena jumlah virus yang rendah dan berada di bawah ambang deteksi PCR sehingga memberikan hasil negatif," jelas Ketua Tim Laboratorium Covid-19 FKKMK UGM ini.
Titik menjelaskan banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil uji swab PCR, meliputi fase preanalitik, analitik dan post analitik. Fase preanalitik memberikan pengaruh yang paling besar, seperti proses pengambilan sampel, penanganan dan transportasi sampel sebelum sampai di laboratorium, penyimpanan serta pengiriman sampel.
Berikutnya, fase analitik yaitu proses pengerjaan ekstraksi RNA dan PCR itu sendiri. Terakhir adalah fase post-analitik, yakni tahapan interpretasi hasil dan diserahkan pada pasien.
Titik menyebutkan tahapan-tahapan tersebut memengaruhi keakuratan hasil pemeriksaan tes swab.
"Jadi bisa dari pengambilan sampelnya, prosedur pengambilan sampel, transportasi sampel ke lab dan lainnya. Namun yang paling critical adalah timing saat pengambilan sampel," urainya.
Ia pun mencontohkan bahwa dalam proses pemeriksaan swab PCR yang dilakukan di Lab Covid-19 FKKMK/RSA UGM, semua prosedur telah dilakukan sesuai standard WHO/CDC dan dilakukan di lab dengan fasilitas BSL 2 plus. Selain itu, pihaknya telah melakukan uji Pemantauan Mutu Eksternal (PME) ke Litbangkes Jakarta dan lulus 100 %.
Saat ini, Lab Covid-19 FKKMK UGM juga sedang mengikuti tes profisiensi dengan mengerjakan panel isolat yang dikirimkan oleh lab rujukan (Litbangkes). Kemudian untuk kit PCR yang digunakan pun sesuai rekomendasi BNPB dengan sensitivitas dan spesifitasnya bagus, dan terbukti tidak ada reaksi silang dengan virus penyebab infeksi saluran pernafasan yang lain.
"Sebagian sampel yang masuk di lab kami sudah dilakukan sekuensing untuk mengetahui urutan genomnya sehingga membuktikan bahwa proses PCR yang dilakukan memang betul bisa mengamplifikasi gen virus SARS CoV-2 penyebab Covid-19," katanya.
10 hari
Sementara itu, terkait perbedaan hasil antar laboratorium, Titik menekankan perlunya mempertimbangkan juga bahwa pemeriksaan swab PCR ini dilakukan dalam konteks penelusuran kontak erat. Apabila hasil uji swab PCR positif tidak perlu dilakukan swab ulangan dalam waktu yang berdekatan.
"Swab evaluasi tidak wajib untuk dilakukan, bila akan dilakukan sebaiknya diambil setelah hari 10," jelasnya. (H-2)
Menkes Budi Gunadi Sadikin tes antigen mandiri (self testing) dinilai lebih banyak false negatif atau tidak akurat. Seseorang bisa dapat hasil negatif padahal sedang positif covid-19.
KEMENTERIAN Kesehatan mengimbau agar masyarakat melakukan tes antigen mandiri jika mengalami gejala covid-19 baru yang disebabkan varian Arcturus.
Bioquick dan Panbio memperlihatkan kemampuan untuk mendeteksi protein SARS-CoV-2 yang dicari.
Dalam kegiatan itu, Mayapada Hospital bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung dan UPTD Puskesmas Kujangsari, bermitra dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Testing dan tracer dilakukan untuk Mencegah terjadinya klaster Covid-19 di lingkungan sekolah selama Pembelajaran Tatap Muka (PTM).
Faktor yang menyebabkan hasil tes covid-19 bisa berbeda dalam sehari, antara lain jumlah virus yang ada dan proses pengambilan sampelnya.
Varian XBB menyebabkan lonjakan kasus covid-19 yang tajam di Singapura, diiringi dengan peningkatan tren perawatan di rumah sakit.
Seseorang disebut suspek Covid-19 jika mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan.
Wali Kota Jaya Negara menekankan beberapa hal penting dalam penanganan Covid-19 di Kota Denpasar. Mulai dari upaya penurunan angka positif lewat optimalisasi pencatatan saat tracing.
Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA) sedang berdiskusi dengan otoritas kesehatan perihal apakah dua pemain itu dapat tersedia saat mereka menghadapi Ceko.
PEMPROV Babel sangat mendukung temuan racikan anak muda Babel dalam meringankan gejala awal Covid-19.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved