Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun Gandeng Swasta & Masyarakat Sipil

Ghani Nurcahyadi
17/10/2020 00:37
Gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun Gandeng Swasta & Masyarakat Sipil
Anak-anak mempraktekkan cuci tangan dengan sabun di Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia(Antara/Arif Firmansyah)

HASIL Riset Kesehatan Dasar 2018 menyatakan baru separuh masyarakat Indonesia yang melakukan cuci tangan dengan benar. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2018, hanya setengah masyarakat Indonesia dengan usia di atas 10 tahun yang mempraktikkan perilaku cuci tangan pakai sabun dengan benar.

Karena itu, Kementerian Kesehatan mendorong masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat salah satunya cuci tangan pakai sabun.

Direktur Jendral Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Kirana Pritasari mengatakan, pandemi Covid-19 menjadi pengingat yang kuat bahwa salah satu cara paling efektif dan sederhana untuk menghentikan penyebaran virus dan berbagai penyakit menular lainnya adalah:mencuci tangan dengan sabun dan air.

"Kebersihan tangan dapat menyelamatkan nyawa. Karena itu, pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil bersama-sama membentuk Kemitraan Swasta-Publik untuk Cuci Tangan Pakai Sabun (KSP-CTPS) untuk mempromosikan advokasi dan inisiatif berkelanjutan dalam meningkatkan praktik Cuci Tangan Pakai Sabun di Indonesia," kata Kirana dalam diskusi virtual.

Kolaborasi dengan para mitra antara lain untuk memastikan promosi dan ketersediaan sarana cuci tangan yang berkelanjutan. Adapun yang bisa dilakukan sektor swasta secara rinci adalah menetapkan kebijakan dan protokol untuk kebersihan tangan dan menyediakan fasilitas cuci tangan dengan sabun di kantor, pabrik, dan area perumahan staf mereka.

Baca juga : Ada Vaksin Covid-19, Protokol Kesehatan Harus Tetap Jalan

Kemudian, bekerja sama dengan pemerintah dan mitra pembangunan untuk meningkatkan akses ke CTPS di sekolah, fasilitas kesehatan, tempat umum dan komunitas serta meningkatkan operasionalisasi dan pemeliharaanfasilitas yang terpasang.

"Produsen sarana kebersihan tangan memastikan keterjangkauan melalui inovasi produk dan rantai pasokan dan bekerja dengan entitas publik untuk model penetapan harga yang dapat diakses dan selalu mempromosikan perubahan perilaku kebersihan di antara basis pelanggan dan berbagai jaringan," ujar Kirana.

Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes Riskiyana Sudadi Putra mengatakan, gerakan cuci tangan ini tidak sulit kalau dilakukan bersama-sama. 

“Sudah ada 37 perusahaan yang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dalam kegiatan promosi Kesehatan, kita bisa menggandeng partner sesuai kompetensi dan aktivitas di perusahaan masing,” tambahnya.

Head of Sustainabilty, Beauty Personal Care and Home Care Unilever Indonesia Foundation Rau Mirah Afifah mengatakan selama 80 tahun di Indonesia sudah banyak yang dilakukan pihaknya untuk mendukungan kebiasaan sehat dan hidup bersih di masyarakat. Salah satunya membangun kebiasaan cuci tangan di tiga pilar utama, yaitu di sekolah, posyandu dan rumah sakit.

“Kami melakukannya secara sustainable yaitu dengan pelatihan dan kampanye cuci tangan pakai sabun bekerja sama dengan NGO,” katanya. Kampanye dilakukan dengan mempertimbangkan waktu yang cukup. “Kami melakukannya selama 21 hari, agar bisa membangun kebiasaan,” lanjut Mirah.  

Representative UNICEF Indonesia Debora Comini mengatakan, belajar dari situasi saat ini tidak ada satu pemerintahan atau  negara atau satu organisasi pun yang bisa mengatasi pandemi Covid-19 sendiri.

“Sehingga kolaborasi sangat penting, UNICEF selama ini bekerja sama dengan pemerintah, organisasi nonprofit lain, dan perusahaan swasta dalam kampanye cuci tangan,” katanya. 

Cuci tangan, kata Debora, bukan hanya efektif mencegah transmisi virus, tetapi juga sangat mudah dilakukan sehingga bisa menjadi kerja bersama.  

Baca juga : Wapres: Vaksin Covid-19 Tidak Halal Boleh Dipakai dengan Fatwa MUI

Salah satu yang harus menjadi perhatian, sampai saat ini di banyak tempat masih  belum tersedia sarana cuci tangan. Kolaborasi berbagai pihak bisa mencari solusi untuk meningkatkan akses masyarakat d ke tempat cuci tangan. 

Chief Program Operation Save the Children di Indonesia Erwin Simangungsong mengingatkan perlu kolaborasi bersama untuk mengedukasi publik. Sebab selama ini masih ada pandangan yang salah tentang cuci tangan.

“Misalnya di masyarakat masih ada yang menganggap cuci tangan untuk membersihkan tangan yang kotor sehabis makan,” kata Erwin mencontohkan.

Untuk itu masyarakat perlu diingatkan bahwa mencuci tangan adalah membersih\kan tangan untuk menlindungi diri dan orang lain, yang harus dilakukan, termasuk sebelum makan, ketika mau menyuapi bayi, setelah BAB, dan lain-lain. Kebiasaan itu menurutnya harus dibangun secara berkelanjutan, bukan hanya saat pandemi.

"Ke depan kemitraan diharapkan dapat memperkuat sinergi yang berkelanjutan. Perlu upaya terpadu untuk menciptakan budaya ini agar norma sosial dan menjadi kebiasaan, atau gaya hidup setiap orang. Kebersihan tangan dapat menyelamatkan nyawa. Itu sebab, fasilitas cuci tangan dengan sabun dengan sabun di rumah, sekolah, fasilitas kesehatan, fasilitas umum, perkantoran, lokasi kerja lainnya, serta ruang publik sangat penting," pungkasnya. (RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya