Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Limbah Mi Instan Jadi Aspal di UI

(Atikah Ishmah W/Ant/H-3)
03/10/2020 05:25
Limbah Mi Instan Jadi Aspal di UI
Limbah Mi Instan Jadi Aspal di UI(Sumber: UI/Tim RIset MI-NRC)

SAMPAH multilayer dianggap sumber pencemaran lingkungan. Pasalnya, sampah multilayer seperti saset dan bungkus mi instan banyak dibuang karena dianggap tak bernilai sehingga jarang diambil pemulung.

Bahkan penelitian World Bank menyebutkan Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar ke-2 di dunia setelah Tiongkok.

Namun, sampah plastik multilayer bisa menjadi bermanfaat di tangan peneliti dengan dukungan swasta, salah satunya untuk aspal plastik.

Universitas Indonesia (UI) melakukan pengaspalan jalan menggunakan aspal plastik multilayer di Jalan Prof Dr Sumitro Djoyohadikusumo, Kampus UI Depok.

Ahli teknologi polimer dari Departemen Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik UI (DTMMFTUI) Mochamad Chalid menjelaskan peng aspalan dilakukan dengan
menggunakan limbah plastik bernilai rendah, yakni bungkus mi instan, sebagai campuran aspal.

“Kita lihat ada limbah plastik yang belum membuat pemulung tertarik, di antaranya kemasan mi instan. Itu yang menyebabkan limbah dari kemasan mi instan banyak
menumpuk di lingkungan dan mebuat lingkungan tercemar. Dari situ ada potensi untuk dikombinasikan dengan aspal,” kata Chalid kepada Media Indonesia, beberapa waktu lalu.

Chalid menuturkan total limbah plastik mi instan yang digunakan ialah seberat 75 kg dengan luas area yang diaspal sekitar 241 meter persegi. Ia menambahkan, kualitas
limbah plastik yang digunakan harus bersifat homogenik/berasal dari tempat yang sama, tidak boleh tercemar, apalagi terkena tanah dan tercampur limbah di tempat pembuangan karena sejarah limbah dapat memengaruhi kualitasnya.

Untuk mendapatkan plastik dengan kualitas yang sama, UI memanfaatkan limbah dari PT Samudera Montaz. Metode pencampuran yang diterapkan dalam pengaspalan itu
ialah 5%-6% cacahan sampah plastik dicampur dengan bitumen yang hasilnya kemudian disebut plastic modifi ed bitumen.

Plastic modifi ed bitumen berfungsi sebagai bumbu atau aditif yang kemudian dituangkan ke agregat yang telah dipadatkan.

Limbah bungkus mi instan merupakan produk plastik yang terbuat dari polietilena dan polipropilena. Jika dicampurkan dengan aspal, bahan itu dapat meningkatkan
kualitas stabilitas jalan hingga 40% jika dibandingkan dengan campuran aspal biasa.

“Aspal itu kan sebenarnya tidak tahan dengan air, mudah terkikis, mudah retak jika terkena tekanan atau beban dari kendaraan. Kalau dia ditambah dengan plastik, plastik
itu kan tahan air, berarti dampaknya tahan terhadap kikisan air dan plastik itu memiliki kekuatan untuk menahan beban lebih tinggi jika dibandingkan dengan aspal sehingga
akan memiliki umur pakai yang lebih panjang,” tandasnya. (Atikah Ishmah W/Ant/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya