Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
SEJAK imbauan beraktivitas di rumah muncul akibat pandemi covid-19, warga lebih banyak menghabiskan waktu dengan internet. Mengingat berbagai kegiatan, seperti kerja, sekolah, ibadah, hingga sosialisasi dilakukan secara daring.
Alhasil, internet menjadi bagian penting dalam aktivitas masyarakat. Bahkan, cenderung menimbulkan perilaku adiksi. Selama pandemi covid-19, prevalensi populasi dewasa yang mengalami adiksi internet meningkat hingga 14,4%, dari sebelumnya sekitar 3%.
Durasi online juga meningkat sebesar 52% dibandingkan sebelum pandemi covid-19. Situasi ini patut diwaspadai, karena penggunaan internet secara berlebihan dapat meningkatkan rasa cemas, depresi dan mendorong perilaku kompulsi.
Baca juga: Menyiasati Internet di Masa Pandemi Agar tidak Lelet
"Salah satu faktor prediktif yang menyebabkan perilaku adiksi internet di masa pandemi adalah dorongan untuk mencari informasi terkait covid-19," jelas Kepala Departemen Medik Kesehatan Jiwa RSCM FK Universitas Indonesia Kristina Siste Kurniasanti dalam keterangan resmi, Selasa (15/9).
Lebih lanjut, dia mengatakan stres psikologi akibat rasa takut terhadap infeksi covid-19, juga mendasari seseorang untuk mencari rekreasi melalui internet. Ini menjadi salah satu bentuk adaptasi.
Baca juga: Pandemi Covid-19 Ancam Kehidupan Kaum Perempuan
Pada individu dengan kasus suspek atau terkonfirmasi positif covid-19, memiliki skor psikopatologi dua kali lebih tinggi. Adiksi internet juga berhubungan dengan penurunan waktu dan kualitas tidur.
"Buruknya kualitas tidur berpotensi menyebabkan gangguan psikologis dan penurunan sistem imun," imbuh Siste.
Melihat kondisi tersebut, kata dia, pemerintah harus menyusun regulasi penggunaan internet dan kebijakan publik lainnya. "Kemenkes harus membuat pedoman penggunaan internet sehat. Adakan duta internet sehat, agar jadi role model bagi anak-anak," tandasnya.(OL-11)
Teknologi vaksin mRNA, yang pernah menyelamatkan dunia dari pandemi covid-19, kini menghadapi ancaman.
Menteri Kesahatan AS Robert F. Kennedy Jr. membuat gebrakan besar dengan mencabut kontrak dan membatalkan pendanaan proyek vaksin berbasis teknologi mRNA, termasuk untuk covid-19.
Studi Nature Communications ungkap pandemi Covid-19 mempercepat penuaan otak rata-rata 5,5 bulan, meski tanpa infeksi. Siapa yang paling terdampak?
Studi terbaru mengungkapkan vaksinasi anak mengalami stagnasi dan kemunduran dalam dua dekade terakhir.
Diary, merek perawatan kulit (skin care) asal Bekasi, sukses menembus pasar Vietnam dan Jepang berkat inovasi produk, strategi digital, dan semangat pantang menyerah.
Produksi masker ini. bersamaan dengan produk lain seperti kopi, keripik udang dan coklat lokal membawa Worcas mendapatkan perhatian pasar domestik internasional.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved