Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
Negara Harus Memberi Rasa Aman Terhadap Lansia
NEGARA harus memberi rasa aman bagi setiap warga negara, termasuk bagi para penderita Demensia Alzheimer, lewat pelaksanaan sejumlah aturan dan kebijakan baru yang melindungi hak-hak lansia.
"Secara budaya, bangsa kita menempatkan orang tua atau lansia sebagai orang yang selalu dihormati. Bagaimana budaya itu diimplementasikan dalam bentuk pelaksanaan aturan atau pembuatan kebijakan baru yang melindungi hak-hak lansia," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat diskusi daring bertema Jaminan Kesehatan Lansia (dan Upaya Melawan Demensia) yang digelar Forum Diskusi Denpasar12 bekerja sama dengan Alzheimer Indonesia, Rabu (2/9).
Dalam diskusi yang dimoderatori Dra. Okky Asokawati, M.Psi (Ketua DPP Partai NasDem bidang Kesehatan) itu, menghadirkan Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S. (Dekan, Pengajar dan Peneliti Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya; Dewan Pembina Alzheimer Indonesia), Dr. Natalia Widiasih, SpKJ (Ketua Asosiasi Psikogeriatri Indonesia, Kepala Program Residensi Psikiatri Universitas Indonesia dan Kepala Divisi Psikiatrik Forensik RSCM), DY Suharya (Pendiri Alzheimer Indonesia, Direktur Regional Alzheimer’s Disease International (ADI) Wilayah Asia Pasifik) dan Dr. Ni Wayan Suriastini, M.Phil. (Direktur Eksekutif SurveyMETER) sebagai narasumber.
Selain itu, hadir juga Dr. Atang Irawan S.H.,M.Hum (Pakar Hukum Tata Negara Universitas Pasundan) sebagai panelis.
Saat ini, menurut Lestari, sejumlah aturan terkait lansia seperti UU no 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dan Keppres No.52 tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut Usia sudah ada. Tetapi, tegasnya, pelaksanaan aturan tersebut belum terlihat.
Menurut Rerie, sapaan akrab Lestari, para pengambil keputusan harus didorong agar aturan terkait lansia yang ada bisa segera dilaksanakan.
Karena, jelas Legislator Partai NasDem itu, dampak kesehatan lansia akan terkait pada sejumlah sektor antara lain soal layanan kesehatan, psiko sosial, ekonomi serta kepedulian dalam memberi pemahaman kepada publik akan bahayanya penyakit Demensia Alzheimer yang mengancam lansia.
"Dampak orang terkena Demensia Alzheimer bukan hanya berupa masalah sosial, tetapi juga terkait masalah kesehatan, lingkungan, bahkan bisa terkait hukum," ujar Rerie.
Dengan meluasnya dampak Demensia Alzheimer ke sejumlah sektor, menurut dia, Pemerintah harus segera mengantisipasi dengan sejumlah aksi dan kebijakan baru, agar tidak terjadi peningkatan jumlah penderita Demensi Alzheimer di Indonesia.
Dekan, Pengajar dan Peneliti Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya, Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S. berpendapat, seiring dengan membaiknya layanan kesehatan, angka harapan hidup warga negara berusia lanjut semakin meningkat.
"Kita bisa belajar dari negara-negara maju dalam penanganan persoalan Demensia Alzheimer pada lansia," ujar Yuda. Demensia Alzheimer, tegasnya, bukan sekadar tentang kesehatan, tetapi lebih dari itu bisa mencakup persoalan hukum, dan sosial.
Ketua Asosiasi Psikogeriatri Indonesia, Dr. Natalia Widiasih, SpKJ mengungkapkan lansia yang terkena Demensia Alzheimer rentan terhadap penyalahgunaan pihak lain. "15,7 persen lansia mendapat perlakuan kekerasan, mayoritas kekerasan fisik," ujarnya.
Untuk meningkatkan kepedulian sejumlah pihak terhadap ancaman Demensia Alzheimer, Pendiri Alzheimer Indonesia, DY Suharya mengungkapkan, pihaknya melalukan kampanye Jangan Maklum Dengan Pikun dan Sayangi Orang Tua. "Jadi kita harus bersama peduli terhadap lansia," pungkasnya. (OL-8)
Berbeda dari Alzheimer, FTD lebih sering menyerang usia muda, biasanya antara 40 hingga 65 tahun.
KABAR mengenai kondisi kesehatan aktor legendaris Bruce Willis yang semakin menurun akibat Demensia Frontotemporal (FTD) menarik perhatian publik.
KELUARGA Bruce Willis menghadapi situasi menyedihkan sejak ia didiagnosis mengidap demensia frontotemporal (FTD), keluarga menginformasikan secara terbuka
Aktor legendaris Bruce Willis dilaporkan tidak lagi bisa berbicara, membaca, atau berjalan akibat penurunan kondisi demensia.
Demensia adalah istilah umum untuk kumpulan gejala penurunan kognitif, sedangkan Alzheimer merupakan salah satu jenis demensia
Peneliti melatih dan menguji AI pada lebih dari 3.600 pemindaian, termasuk gambar dari pasien dengan demensia dan orang tanpa gangguan kognitif.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved