Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
MEMASUKI musim kemarau, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi terdapat sejumlah wilayah di Indonesia yang akan mengalami kekeringan meteorologis.
"Pada dasarian III Agustus 2020, prakiraan curah hujan di bawah 20 mm dengan peluang lebih dari 70% terjadi di sebagian besar Jawa, Bali, NTB, NTT, sebagian kecil Bengkulu, sebagian kecil Sulawesi Selatan, sebagian kecil Maluku dan sebagian kecil Papua," kata Deputi Meteorologi BMKG Herizal kepada Media Indonesia, Sabtu (29/8).
Adapun, sejumlah daerah tersebut, kata Herizal, perlu melakukan sejumlah langkah antisipasi untuk mengatasi kekeringan.
Baca juga : Waspadai Computer Vision Syndrome Meningkat di Masa Pandemi
"Antara lain, budidaya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air," kata Herizal.
Selain itu, daerah-daerah rersebut juga harus mewaspadai kebakaran hutan, lahan dan semak pada musim kemarau mendatang.
"Selain itu, yang terpenting, hemat penggunaan air bersih," tandasnya. (OL-7)
"Tim melalukan pemantauan sekaligus menyampaikan sosialisasi secara langsung kepada warga pesisir untuk meningkatkan kewaspadaan,"
Badan Meteorologi BMKG memperkirakan cuaca ekstrem akan melanda sebagian besar wilayah Indonesia pada Minggu, 13 Juli 2025.
Program 100 Hari Pramono – Rano, salah satunya adalah program pengerukan sungai untuk penanganan banjir.
BMKG memperingatkan bahwa cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, meskipun musim kemarau secara klimatologis telah dimulai.
Kabar gembira datang dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
BMKG merilis prakiraan cuaca Sabtu, 12 Juli 2025 dengan peringatan cuaca ekstrem, hujan lebat, hingga potensi banjir rob di berbagai wilayah Indonesia. Simak selengkapnya!
Di kawasan pegunungan dan dataran tinggi, bahkan pada malam hingga pagi hari suhu udara dapat mencapai di bawah 14 derajat celcius.
Ketidakteraturan atmosfer memicu kemunduran musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia, memunculkan cuaca ekstrem yang terus berlanjut.
BMKG menegaskan fenomena cuaca dingin di Indonesia bukan disebabkan Aphelion, melainkan Monsun Dingin Australia dan musim kemarau.
Di musim kemarun ini, BPBD mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak membuka kebun dengan cara membakar hutan dan lahan.
SEBANYAK 10,25 hektare lahan pertanian di Tanah Datar terdampak kekeringan, dan 5,25 hektare di antaranya sudah dinyatakan puso atau gagal panen.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved