Headline

Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan

Fokus

Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah

Kalangan Muda Kembali Memboyong Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok

Cikwan Suwandi
16/8/2020 17:55
Kalangan Muda Kembali Memboyong Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok
Illustrator Cerita Bergambar Rengasdengklok Nurbani Wibowo (Kanan) dan Penulis Buku Sejarah Rengasdengklok Undercover Yuda Febrian (Kiri)(MI/Cikwan Suwandi)

KALANGAN pemuda kembali memboyong proklamator Soekarno- Mohammad Hatta ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Berbeda dengan Wikana, kali ini para pemuda memboyong Soekarno dan Hatta melalui buku cerita bergambar (cergam).

Di Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kabupaten Karawang, Nurbani Wibowo melaunching cergam berjudul Rengasdengklok. Dalam bukunya, Nurbani ingin mengajak masyarakat untuk kembali mengingat peristiwa bersejarah kedatangan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.

Tepat 75 tahun silam, Soekarno dan Hatta diboyong ke Rengasdengklok beserta keluarga dengan tujuan mendorong dua tokoh bangsa itu segera mendeklarasikan kemerdekaan Republik Indonesia.

"Saya mencoba membuat buku cerita bergambar, sebagai upaya untuk mengenalkan sejarah Rengasdengklok yang ramah anak," ungkap Nurbani sebagai illustrator cergam Rengasdengklok kepada mediaindonesia.com, Minggu (16/8).

Dalam cergamnya, Nurbani membuat dua orang tokoh utama fiksi bernama Raka seorang anak SMP dan adiknya bernama Rai yang masih duduk di sekolah dasar. Mereka merupakan dua anak yang haus akan ilmu pengetahuan tentang sejarah nasional.

Dalam perjalanannya, Raka dan Rai di Rengasdengklok bertemu dengan Idris penjaga Tugu Kebulatan Tekad, dan cicit Djaw Kie Siong, yang rumahnya pernah disinggahi Soekarno-Hatta.

Dua bocah tersebut mendengarkan cerita diboyongnya Soekarno dan Hatta oleh kaum muda pada 16 Agustus 1945 dini hari. Mereka mendesak golongan tua segera memproklamirkan kemerdekaan.

Kemudian dalam buku juga diceritakan, Ahmad Subarjo, tokoh asal Karawang, menjadi penengah antara golongan tua dan muda. Ia menjamin kepada golongan muda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan secepatnya.

"Memang hampir sama dengan sejarah yang kita pelajari di sekolah. Tetapi ada sejarah juga diajarkan salah satunya adalah penurunan bendera Jepang yang juga dilakukan di Karawang tepatnya di kantor Kewedanaan Rengasdengklok," ungkapnya.

Butuh waktu 1,5 tahun Nurbani membuat cergam Rengasdengklok, karena ia harus melakukan riset tentang metode yang mudah dipahami anak-anak. Selain itu Nurbani juga menggandeng penulis sejarah lokal Yuda Febrian yang menulis Rengasdengklok Undercover.

"Banyak yang tidak tahu tentang Rengasdengklok. Bahkan teman-teman saya mengatakan lokasi Rengasdengklok ini di Surabaya dan Cirebon," ucapnya.

Nurbani berharap cergam Rengasdengklok bisa menjadi buku literasi sejarah untuk anak SMP dan SD di Karawang. (OL-13)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya