Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PEGIAT Hak Asasi Manusia (HAM) Perempuan Yuniyanti Chizaifah menegaskan pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang menyebut bahwa tidak ada pemerkosaan terhadap perempuan etnis Tionghoa dalam tragedi Mei 1998 memperlihatkan menteri tersebut tak paham sejarah.
“Pernyataan Fadli Zon, menandakan dia tidak paham sejarah, tidak mau belajar sejarah bangsa yang jujur,” ungkap Yuni kepada Media Indonesia, Minggu (15/6).
“Sebagai seorang menteri, apalagi menteri kebudayaan, dia mengajari budaya bangsa untuk bohong, menyangkal dan hanya mengabdi pada sejarah kekuasaan,” tegasnya.
Seharusnya sebagai menteri, kata Yuni, Fadli Zon mau belajar sejarah korban dan sejarah perempuan.
Yuni yang pernah menjadi komisioner Komnas Perempuan selama 10 tahun itu menerangkan ketika negara menyangkal maka itu merupakan kejahatan pada rahim perempuan.
Bagi gerakan perempuan, lanjut Yuni, ini adalah kejahatan pada tubuh ibu pertiwi.
“Melupakan dan menyangkal sejarah seperti menabung untuk keberulangan. Jangan diam dan mendiamkan,” tutur Yuni.
Yuni menegaskan Fadli Zon harus segera meminta maaf, serta bertanggungjawab untuk memenuhi rasa adil korban.
“Ia pun harus berjanji mencegah agar tidak akan berulang lagi tragedi Mei 98, mencegah budaya impunitas, berani bicara pada nuraninya,” tandasnya. (Ykb/M-3)
Aksi para pemain Norwegia itu muncul seiring perdebatan terkait pelanggaran HAM di Qatar yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Para pemain Belgia mengenakan kaos bertuliskan 'Sepak bola mendukung perubahan' menjelang laga kualifikasi Piala Dunia 2022 melawan Belarus.
"Yang pertama adalah kondisi para pekerja. Kemudian fakta bahwa homoseksualitas dihukum di Qatar. Berikutnya adalah fakta bahwa Qatar bukanlah negara sepak bola."
Amnesty International menduga Newcastle United akan digunakan Arab Saudi untuk 'membersihkan' rekor pelanggaran HAM mereka.
Catatan HAM Qatar dikritik oleh Amnesty International terkait perlakuan mereka terhadap pekerja migran yang membantu pembangunan infrastruktur Piala Dunia, ternasuk stadion.
"FIFA menolak permintaan Denmark agar dibolehkan memakai kaus bertuliskan 'Hak Asasi Manusia untuk Semua'."
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved