Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengajak petani untuk menyiasati perubahan iklim melalui rekayasa komoditas, yaitu menyesuaikan jenis bibit komoditas, serta pola dan waktu tanamnya dengan kondisi cuaca dan iklim.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, cara ini perlu dilakukan guna mengantisipasi puso atau gagal panen yang berakibat kerugian ekonomi.
Baca juga: BNPB Antisipasi Dampak Kemarau di Sejumlah Wilayah
“Petani perlu jeli dalam memperhatikan cuaca dan musim. Pilih tanaman yang cocok dengan musim tersebut. Jangan paksakan tanam padi yang membutuhkan banyak air pada saat musim kemarau,” kata Dwikorita Karnawati, dalam keterangan resmi, Selasa (4/8).
Dwikorita menjelaskan petani perlu mencari alternatif komoditas setiap kali pergantian musim. Tentunya dengan mempertimbangkan kondisi cuaca dan musim, agar diperoleh harga jual yang juga baik.
Maka dari itu, BMKG menyelenggarakan Sekolah Lapang Iklim (SLI) agar petani bisa memanfaatkan informasi dan prakiraan cuaca dengan baik. Pasalnya, pranata mangsa yang selama ini kerap dijadikan acuan petani seringkali meleset akibat perubahan iklim.
“Pentingnya memahami cuaca dan iklim itu agar para petani dan penyuluh pertanian bisa memilih waktu tanam yang tepat, jenis dan pola tanaman yang seperti apa, agar produksi panennya lebih tahan dan lebih tangguh terhadap fenomena cuaca dan iklim yang akhir-akhir ini semakin tidak terduga”, paparnya.
Dwikorita menyebut bahwa informasi terkait prediksi dan prakiraan cuaca serta peringatan dini cuaca ekstrem dapat diterima secara real time melalui Aplikasi Mobile Phone "Info BMKG" yang dapat diinstal dari Play Store atau Apple Store.
Para petani dan penyuluh pertanian lanjut Dwikorita, dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk mengantisipasi dan meminimalkan kerugian akibat salah tanam tersebut.
"Informasinya dapat dicari melalui aplikasi info BMKG yang tersedia di Google Play Store dan Apple App Store, setelah di download kemudian sentuh Menu Cuaca, pilih wilayah Propinsi Jawa Tengah, lalu pilih Kabupaten Magelang, dan cari Kecamatan Ngablak," sebutnya
Di aplikasi itu petani bisa melihat prakiraan cuaca untuk tujuh hari kedepan seperti apa, suhu udaranya berapa, hujannya bagaimana, kecepatan anginnya, dan lain sebagainya.
Dwikorita berharap petani dan penyuluh pertanian dapat memaksimalkan teknologi digital dalam mengantisipasi perubahan iklim terhadap kelangsungan pertanian.
"Jadi setelah SLI ini selesai, kami berharap bapak-ibu bisa mandiri dalam memahami cuaca dan iklim, termasuk bagaimana menghadapi kekeringan. Kami akan terus menyampaikan informasi terkait cuaca dan iklim, baik berupa prakiraan cuaca setiap 3 jam ataupun Peringatan Dini cuaca dan iklim ekstrem, karena hal tersebut merupakan tugas dari BMKG," ujarnya.
Dalam kunjungan ke Sekolah Lapang Iklim di Desa Jogoyasan, Kecamatan, Ngablak, Kabupaten Magelang, Senin (3/8). Dwikorita bersama Kepala Dinas Peranian, dan para Petani juga melakukan penanaman bersama tanaman tomat. Komoditas ini dinilai cocok dibudidayakan di musim kemarau. Sebab, tanaman tomat akan rentan terserang penyakit bila media tanamnya tergenang air/becek. (H-3)
BMKG merilis prakiraan cuaca terbaru untuk hari Senin, 16 Juni 2025. Cuaca ekstrem berpotensi melanda sejumlah wilayah Indonesia dengan kondisi hujan ringan hingga hujan lebat
BMKG merilis prakiraan cuaca untuk wilayah DKI Jakarta, periode Senin 16 Juni 2025. Sebagian kawasan ibu kota diramalkan hujan dengan intensitas ringan pada sore dan malam hari.
Waspadai banjir rob di sejumlah daerah di Pantura Jawa Tengah sebagai dampak air laut pasang.
BMKG menginformasikan potensi cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia, termasuk berawan, berawan tebal, hujan ringan, hujan sedang, hujan lebat serta hujan disertai petir.
Di Kabupaten Bintan, daerah yang harus meningkatkan kewaspadaan meliputi Teluk Bintan, Telok Sebong, dan Toapaya.
PEMERINTAH Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mengimbau para petani agar menunda tanam padi guna mengantisipasi ancaman gagal panen (puso) akibat cuaca buruk dan bencana banjir.
“Ganti rugi tersebut untuk yang lahannya mengalami kerusakan 70% karena terendam banjir sehingga tidak bisa panen,”
Tanaman padi di sawah seluas 856 hektare terancam gagal panen akibat kekeringan di musim kemarau panjang kali ini.
Sawah seluas 1.384 hektare di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mengalami kekeringan. Sebanyak 583 hektare di antaranya sudah dipastikan gagal panen.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved