Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
SETIAP orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, terlebih lagi bagi para orang tua yang memiliki anak dengan kebutuhan khusus. Mengasuh anak dengan autisme tidaklah mudah.
Di Indonesia sendiri, belum ada data pasti terkait berapa jumlah penyandang autisme. Namun, fakta yang terjadi adalah penyandang autisme di Indonesia semakin meningkat ditandai dengan lebih banyaknya tempat terapi penderita autisme yang tersebar di Tanah Air.
Persepsi masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus, atau dalam kasus ini adalah autisme, juga masih cenderung negatif. Sehingga tidak sedikit juga orang tua dengan anak autisme merasa terbebani, malu, sedih, marah, kesulitan, dan seringkali putus asa pada awalnya.
Namun berbeda halnya dengan Dunya Mugijanto dan suaminya yang memiliki anak sulung dengan autisme yang bernama Rayen. Ia dan suaminya memilih untuk segera bangkit dan mencari solusi terbaik untuk anak sulungnya, Rayen.
Sejak usia 2 tahun, Rayen didiagnosa mengidap autisme. Autism Spectrum Disorder (ASD) atau yang lebih sering dikenal dengan autisme adalah sebuah kondisi dimana perkembangan otak mengalami gangguan yang memengaruhi kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
“Kita sebagai orang tua tidak akan selamanya ada untuk anak kita. Selagi diberi kekuatan fisik, pikiran, dan materi, maka siapkan anak kita semaksimal dan sesegera mungkin agar kelak mereka bisa lebih mandiri dan walaupun dengan kemampuan yang terbatas namun bisa memberikan penghidupan kelak,” ujar Dunya Mugijanto dalam kesempatan Virtual Launching Dunya x Dunya, Minggu (26/7).
Berbagai upaya telah dilakukan Dunya untuk anaknya. Perjalanan ini pun akhirnya menunjukkan titik terang ketika Rayen menemukan talentanya dalam melukis. Meski dalam keterbatasan, Rayen seakan-akan menemukan jati dirinya dalam setiap lukisan yang ditorehnya.
Melihat ketekunan Rayen dalam melukis, Dunya terinspirasi memberikan wadah bagi para penyandang autisme dengan bakat melukis untuk bisa mengekspresikan dirinya dalam keunikan, serta mendapatkan apresiasi banyak orang.
“Dunya x Dunya adalah cerita tentang keterbatasan. Melalui Dunya x Dunya, saya berharap para penyandang autisme bisa membawa keterbatasan tersebut menjadi sebuah keunikan yang menghasilkan kekuatan di masa depan”, ucap Dunya Mugijanto.
Sebagai bagian dari peluncuran Dunya x Dunya yang bertema “Autism & Creativity”, dilaksanakan juga talkshow dengan tema ‘Apa Anak Saya Punya Bakat melukis?’ yang disampaikan Toto Timotius Swarsito, Art Mentor Hadiprana Art Center, Adrian seorang Graphic Designer Pengajar Binus Center, Dunya Mugijanto selaku orang tua dari Rayendra, yang dimoderatorkan oleh Sinhwi Halim, Art Lover & orang tua penyandang autisme.
“Kebanyakan anak berkebutuhan khusus yang saya tangani mengidap autisme. Seringkali saya sampaikan kepada orang tua mereka untuk tidak underestimate kemampuan anak-anak ini,” jelas Toto Timotius Warsito, Art Mentor Hadiprana Art Center.
“Di awal mungkin terlihat berantakan, tapi hasil akhirnya bisa jadi outstanding. cara berkomunikasi mereka mungkin berbeda, tapi yang mau dicapai sama seperti anak normal lainnya,” ujar Toto.
Kegiatan tersebut juga sebagai ajang pembukaan pameran seni ‘How We See the World’ yang dikurasi oleh Irma Chantily, memamerkan hasil seni dari para penyandang autisme di D’gallerie, Jakarta Selatan, yang akan dilaksanakan pada 27 Juli – 2 Agustus 2020.
Dunya x Dunya akan selalu bekerja sama dan mengangkat para seniman penyandang autisme untuk terus berkarya dalam keterbatasannya.
Dunya berharap dengan adanya wadah ini, dirinya dapat membantu Rayen dan juga seniman penyandang autisme lainnya memiliki masa depan yang lebih baik, dengan kesempatan dan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan talenta mereka.
Nantinya, karya-karya seniman penyandang autisme ini akan diaplikasikan ke dalam art work berbagai rupa, seperti produk pakaian (scarf, jaket, masker, tas, kemeja, dan lainnya) dan home appliance (tatakan makan, serbet, taplak meja, dan sarung bantal).
“Dengan menggunakan produk dari Dunya x Dunya, diharapkan kita bisa selalu teringat bahwa keterbatasan adalah keunikan, dan keunikan adalah kekuatan,” jelas Dunya. (Eni/OL-09)
Kegiatan ini adalah salah satu upaya untuk terus mempromosikan peluang untuk pengembangan usaha perkebunan khususnya sawit.
PAMERAN terbesar dan paling lengkap di Indonesia dalam bidang material bangunan, arsitektur, dan desain interior—IndoBuildTech Expo 2025 – Part 1—resmi dibuka 2 Juli
Studio Folio bukan sekadar platform pameran, tetapi sebuah ekosistem terbuka tempat kolaborasi, diskusi, dan pertukaran ide terjadi secara aktif.
Pameran ini menjadi debut pertama Iurum di Indonesia, sekaligus pameran tunggalnya yang ke-10 secara global.
Sebagai “The Home of World Class Brands”, IndoBuildTech Expo 2025 menjadi platform interaksi bisnis onsite utama bagi lebih dari 550 Exhibitors.
Grand Ballroom Vivere Hotel, Artotel Curated hadir menjadi pilihan istimewa untuk menjadi saksi awal kisah cinta yang baru dengan menghadirkan ruangan elegan dan hangat.
FOCO Band, sebuah grup musik luar biasa yang seluruh anggotanya adalah anak-anak berkebutuhan khusus.
Ajang ini momentum penting untuk meningkatkan kesadaran terhadap isu lingkungan serta memberikan dukungan nyata kepada anak-anak berkebutuhan khusus.
Melalui pelatihan ini, para siswa diajak untuk mengenal dasar-dasar fotografi produk khususnya makanan dengan memaksimalkan fitur yang ada di smartphone.
Mendikdasmen mengutarakan Hardiknas menjadi momentum penting meningkatkan kolaborasi guna mewujudkan manusia yang berkarakter.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini menyasar 1.500 murid dan guru pada 11 Sekolah Khusus (SKH) se-Tangerang Raya hingga April 2026.
Kehadiran bus khusus ABK ini menjadi angin segar bagi para orang tua yang selama ini kesulitan mencari moda transportasi aman dan ramah untuk anak-anak mereka.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved