Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
Kini, sastrawan besar itu telah berpulang. Tidak terhitung jasanya bagi sastra Indonesia. Ia berhasil medekatkan puisi pada siapa pun. Tidak hanya bagi pengkaji atau pencinta sastra, tetapi juga bagi kaum yang tidak biasa bersua dengan kata.
Sapardi menuntun puisi untuk lebih lekat, sekaligus melucuti kesan asing dalam puisi. Berkatnya, puisi menjadi asik, dekat, dan terjangkau.
Seberapa besar pengaruh Sapardi Djoko Damono dalam jagad sastra Indonesia? Sekelumit ungkapan dari seniman teater Gunawan Maryanto mungkin bisa menjembataninya.
"Kalau tidak ada puisi Pak Sapardi, mungkin jalan puisi Indonesia akan berbeda," ucap Gunawan dalam Festival Bulan Juni 2020.
Baca juga: Jenazah Sastrawan Sapardi Djoko Damono akan Dimakamkan di Bogor
Bulan lalu memang Bulan Sapardi, jika boleh dikatakan demikian. Di antara banyak puisi indah karya Sapardi, Hujan Bulan Juni adalah yang paling populer, bahkan di kalangan awam sekali pun.
Setiap orang berhak mencintai puisi Sapardi seusai selera masing-masing. Saat itu, Gunawan memilih puisi berjudul Telingga dan Marsinah untuk menemaninya dalam tugas membawakan puisi. Berbeda dengan Lola Amaria yang memilih Hatiku Selembar Daun sebagai puisi kesukaan.
Begitulah, karya tidak akan pernah hilang meski pembuatnya telah berpulang. Begitu pun puisi Sapardi, akan terus mewarnai perjalanan sastra di Indonesia. Selamat jalan penyair Hujan Bulan Juni.
Sebagai pencinta Sapardi, duka cita pasti tidak terelakkan. Sama pentingnya dengan menilik rekam jejak Sapardi dalam dalam menyusui sastra Indonesia. Sapardi bukan hanya pemilik Hujan Bulan Juni dan Aku Ingin. Memang, dari puisi itu ia dikenal sebagai pujangga roman.
Alangkah baiknya mengenang Sapardi sebagai pujangga besar yang meletakkan segalanya dalam bentuk puisi. Coba saja nikmati puisi berjudul Dongeng Marsinah (1996), kesan penyair roman tidak bakal muncul.
Mengutip ensiklopedia.kemdikbud.go.id, Sapardi Djoko Damono termasuk dalam kelompok pengarang Angkatan 1970-an berdasarkan buku Ikhtisar Kesusastraan Indonesia Modern (1988) karya Pamusuk Eneste.
Sebagai sastrawan, Sapardi menelurkan banyak buku kumpulan sajak, beberapa di antaranya:
Kumpulan Cerpen
Sebagai pakar sastra, Sapardi juga menulis beberapa buku yang sangat penting, yaitu
Semasa hidup, Sapardi juga dianugerahi berbagai macam penghargaan atas perannya di bidang sastra. Beberapa di antaranya:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), menggelar rangkaian kegiatan strategis dalam rangka penguatan literasi dan sastra, serta revitalisasi bahasa daerah di Jawa Tengah.
Aprinus mencontohkan, beberapa karya yang kandungan SARA, yakni pada novel Salah Asuhan yang pada draf awalnya disebut menyinggung ras Barat (Belanda).
Sastra sebagai suatu ekspresi seni berpeluang mempersoalkan berbagai peristiwa di dunia nyata, salah satunya adalah persoalan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Dedikasi Pramoedya Ananta Toer tidak lepas dari berbagai konsekuensi berat, ia harus merasakan pahitnya penjara di tiga rezim berbeda.
Dengan lebih dari 50 karya yang diterjemahkan ke 42 bahasa, Pramoedya Ananta Toer adalah lambang harapan, perlawanan, dan keberanian melawan ketidakadilan.
Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta menggagas Jakarta International Literary Festival (JILF) 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved