Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan tentang penurunan tingkat imunisasi untuk penyakit seperti campak, tetanus, dan difteri selama pandemi covid-19 yang bisa membahayakan jutaan anak-anak.
"Penderitaan dan kematian yang dapat dihindari yang disebabkan anak-anak yang kehilangan imunisasi rutin bisa jauh lebih besar daripada
covid-19 itu sendiri," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah laporan bersama dengan UNICEF, Rabu (15/7).
Tiga perempat dari 82 negara yang menanggapi survei untuk laporan itu mengatakan mereka menghadapi gangguan terkait covid-19 pada program imunisasi mereka pada Mei 2020.
Baca juga: Isolasi Mandiri dan Kedisiplinan Ada Pada Titik Kritis
Sebagian besar masalah dikaitkan dengan kurangnya peralatan perlindungan pribadi (APD) yang memadai untuk petugas kesehatan, pembatasan perjalanan, dan tingkat staf yang rendah untuk petugas kesehatan. Semuanya menyebabkan layanan imunisasi dicegah atau ditutup.
Setidaknya 30 kampanye vaksinasi campak telah atau berisiko dibatalkan, mengancam wabah baru dari penyakit virus menular tahun ini dan seterusnya, kata laporan itu.
Wabah campak sudah meningkat, menginfeksi hampir 10 juta orang pada 2018 dan membunuh 140 ribu di antaranya, yang kebanyakan adalah anak-anak, menurut data WHO.
Untuk difteri, tetanus, dan batuk rejan, data awal untuk empat bulan pertama 2020 'menunjukkan penurunan yang substansial' dalam jumlah anak-anak yang mendapatkan ketiga dosis vaksin DTP yang melindungi mereka.
Ini merupakan pertama kalinya dalam 28 tahun dunia dapat melihat penurunan cakupan untuk imunisasi rutin anak.
Data 2019 menunjukkan hampir 14 juta anak di seluruh dunia kehilangan vaksin yang menyelamatkan jiwa. Sebagian besar anak-anak itu tinggal di Afrika dan kemungkinan kurang memiliki akses ke layanan kesehatan lainnya.
Penelitian itu menyebut kemajuan pada imunisasi sudah macet sebelum covid-19 muncul dan menyebar ke seluruh dunia, tetapi pandemi ini memperburuk situasi. (OL-1)
Vaksin penguat atau booster Covid-19 masih diperlukan karena virus dapat bertahan selama 50-100 tahun dalam tubuh hewan.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mencatatkan jumlah kasus covid-19 secara global mengalami peningkatan 52% dari periode 20 November hingga 17 Desember 2023.
PJ Bupati Majalengka Dedi Supandi meminta masyarakat untuk mewaspadai penyebaran Covid-19. Pengetatan protokol kesehatan (prokes) menjadi keharusan.
PEMERINTAH Palu, Sulawesi Tengah, mengimbau warga tetap waspada dan selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan menyusul dua kasus positif covid-19 ditemukan di kota itu.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan jenis virus covid-19 varian JN.1 sebagai VOI atau 'varian yang menarik'.
DINAS Kesehatan (Dinkes) Batam mengonfirmasi bahwa telah terdapat 9 kasus baru terpapar Covid-19 di kota tersebut,
KEPALA Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, Kamis (26/6), mengatakan bahwa badan tersebut berhasil mengirimkan pengiriman medis pertamanya ke Gaza sejak 2 Maret.
Berdasarkan data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2021, 10 penyebab kematian teratas menyumbang 39 juta kematian, atau 57% dari total 68 juta kematian di seluruh dunia.
Kanker hati kini jadi penyebab kematian tertinggi akibat kanker secara global. Tepatnya peringkat 6 berdasarkan data WHO.
Dalam waktu singkat, lebih dari 5 juta remaja perempuan Indonesia telah menerima vaksin HPV.
HARI Donor Darah Internasional atau World Blood Donor Day jatuh pada tanggal 14 Juni setiap tahunnya. Peringatan tersebut diresmikan sejak tahun 2004 oleh WHO.
WHO mengungkap kebersihan di lingkungan rumah berperan penting dalam pencegahan kanker serviks.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved