Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
TANGGAL 3 Juli diperingati sebagai Hari Sastra Indonesia. Satu harapan diutarakan oleh Direktur Utama PT Balai Pustaka (Persero) Achmad Fachrodji. Ia menaruh harapan besar pada kejayaan sastra Indonesia ke depan.
"Lembayung sutra seindah purnama
Menyibak awan penghias angkasa
Hari Sastra kita rayakan bersama
Mengenang sastrawan kebanggaan bangsa."
Harapan Achmad Fachrodji dituangkannya dalam bentuk pantun dalam akun Instagram @pt_balaipustaka, pagi ini. Ya, laki-laki kelahiran Brebes, 16 Oktober 1960 itu memang dikenal sebagai 'Bapak Pantun' di kalangan BUMN. Ia sendiri merupakan doktor lulusan IPB yang begitu mencintai dunia sastra dan budaya Nusantara.
Achmad Fachrodji mengisahkan Hari Sastra Nasional dicetuskan oleh para sastrawan bertepatan dengan hari kelahiran Abdoel Moeis, wartawan, politisi, juga sastrawan terkenal yang lahir di Bukittinggi pada 3 Juli 1883.
Apa keistimewaan Abdoel Moeis sehingga para penyair mengambil hari kelahirannya sebagai penanda Hari Sasta Nasional? Achmad Fachrodji mengungkapkan, ia merupakan pahlawan nasional pertama dari kalangan sastrawan yang diangkat oleh Presiden Soekarno pada 30 Agustus 1959, sehingga sangat pantas hari lahirnya dijadikan sebagai Hari Sastra Indonesia.
Penentuan tanggal Hari Sastra Indonesia dilaksanakan di SMAN 2 Bukittinggi pada acara temu para sastrawan pada bulan Maret tahun 2013, yang dahulu disebut Sekolah Radja atau Kweekschool, tempat bersemainya sastra modern Indonesia dan lahirnya sastrawan Poedjangga Baroe.
"Generasi muda perlu sekali mengetahui dan membaca karya para sastrawan Indonesia tersebut dan karya sastrawan masa sekarang dan masa akan datang," ucap Achmad Fachrodji. (H-2)
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), menggelar rangkaian kegiatan strategis dalam rangka penguatan literasi dan sastra, serta revitalisasi bahasa daerah di Jawa Tengah.
Aprinus mencontohkan, beberapa karya yang kandungan SARA, yakni pada novel Salah Asuhan yang pada draf awalnya disebut menyinggung ras Barat (Belanda).
Sastra sebagai suatu ekspresi seni berpeluang mempersoalkan berbagai peristiwa di dunia nyata, salah satunya adalah persoalan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Dedikasi Pramoedya Ananta Toer tidak lepas dari berbagai konsekuensi berat, ia harus merasakan pahitnya penjara di tiga rezim berbeda.
Dengan lebih dari 50 karya yang diterjemahkan ke 42 bahasa, Pramoedya Ananta Toer adalah lambang harapan, perlawanan, dan keberanian melawan ketidakadilan.
Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta menggagas Jakarta International Literary Festival (JILF) 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved