Headline

Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.

Fokus

Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.

Warga Jakarta-Jabar--Banten Rentan Cemas & Depresi Selama Pandemi

Atikah Ishmah Winahyu
02/7/2020 22:08
Warga Jakarta-Jabar--Banten Rentan Cemas & Depresi Selama Pandemi
Ilustrasi cemas(Ilustrasi)

WARGA DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten paling rentan mengalami masalah kesehatan jiwa, khususnya kecamasan selama pandemi Covid-19. Hal itu dibuktikan lewat survei Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan secara daring pada Mei lalu.

Survei untuk mengidentifikasi masalah kesehatan jiwa yang dihadapi masyarakat selama pandemi Covid-19 itu dilakukan terhadap 2.800 responden yang tersebar di 34 Provinsi. Gangguan kecemasan di Jakarta-Banten-Jabar mencapai 7,9 persen responden, atau lebih rendah dibanding responden di luar wilayah tersebut yang mencapai 6,2 persen.

“Kemarin itu kami lakukan survei pada awal Mei, kami berasumsi bahwa kasus awal itu kondisi yang terpapar lebih berat awalnya di DKI Jakarta, Jabar dan Banten memang ternyata lebih tinggi dibanding non-DKI, Jabar, dan Banten,” kata Rofingatul M, peneliti Balitbangkes Kemenkes dalam webinar, Kamis (2/7).

Rofingatul menambahkan, selain masalah kecemasan, sebanyak 8,5 persen responden juga mengalami kondisi depresi. Berdasarkan tempat tinggal, responden yang berasal dari DKI Jakarta, Jabar, dan Banten lebih banyak mengalami depresi yakni sebanyak berasal 10,7 persen dibandingkan responden yang tinggal di luar wilayah tersebut yakni 7,5 persen.

Baca juga : Pasien Sembuh Covid-19 Tetap Wajib Patuhi Protokol Kesehatan

Kekhawatiran yang dialami para responden selama pandemi baik pada kelompok tanpa gangguan maupun kelompok cemas dan depresi lebih banyak ditimbulkan oleh kondisi ekonomi diri sendiri dan keluarga serta kesehatan diri dan keluarga.

Rofingatul mengatakan, ada beberapa kegiatan yang dilakukan para responden untuk menjaga/mengatasi gangguan kesehatan jiwa mereka, antara lain, melakukan kegiatan spiritual sebanyak 97,4 persen, kegiatan rekreasonal seperti melakukan hobi 89,4 persen, olahraga 79,5 persen, dan bercerita 79,2 persen.

Namun, masih sedikit di antara mereka yang memanfaatkan bantuan tenaga medis untuk mengatasi gangguan kesehatannya atau sebesar 14,3 persen.

“Kenapa tenaga medis masih sedikit juga salah satunya informan di Bali menyebutkan bahwa belum pernah belum tahu tentang layanan kesehatan jiwa dan juga di satu sisi masih merasa bisa mengendalikan gangguan tersebut,” tandasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya