Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Memanfaatkan Big Data untuk Kegiatan Riset di Masa Pandemi

Atikah Ishmah Winahyu
25/6/2020 16:39
Memanfaatkan Big Data untuk Kegiatan Riset di Masa Pandemi
Big data(AFP)

AGAR para peneliti tetap dapat melakukan riset di tengah pandemi, ada beberapa metode penelitian yang dapat digunakan sebagai alternatif, salah satunya yaitu dengan memanfaatkan big data.

“Pada kondisi sekarang, big data menjadi relevan sehingga harus kita integrasikan. Harus kita lakukan redesigning baik sensus maupun survei, bisa dengan multi data collection, combined methods, drop of pick up, dan lainnya,” kata Kasubdit Pengembangan Model Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Setia Pramana dalam Webinar Tantangan Metode Digital pada Riset Sosial Humaniora di Masa Normal Baru, Kamis (25/6).

Setia menjelaskan, big data dapat dibedakan menjadi tiga kategori berdasarkan sumbernya, yaitu exhaust data, seperti data telepon genggam dan transaksi keuangan, sensing data, seperti satelit dan internet of things, serta konten digital seperti data media sosial dan konten radio.

“Dengan adanya sumber data tadi, kita bisa mendapatkan revolusi pengukuran yang bisa kita gunakan untuk mengukur pola, memetakan behavior masyarakat, pendapat masyarakat, dan sebagainya,” tuturnya.

Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bachtiar Rifai menambahkan, beberapa kelebihan dari penggunaan big data untuk kegiatan riset antara lain, berpeluang memberikan kontribusi akademis dalam sisi skala analisa yang lebih besar karena masih jarang digunakan untuk riset bidang sosial humaniora, memungkinkan peneliti mengunduh data global maupun nasional secara cepat, mengurangi resiko kesalahan manusia yang sering terjadi pada entri data manual, serta lebih efisien secara waktu.

Baca juga : Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Pelaksanaan PPDB di Daerah

Sedangkan kekurangannya yaitu, big data umumnya digunakan untuk analisa data kuantitatif, banyak data dari institusi yang dibatasi aksesnya sehingga perlu ada kesepakatan bersama antara satu institusi dengan institusi lainnya. Kemudian masih sedikit peneliti yang menguasai bahasa pemrograman sehingga dibutuhkan bantuan SDM IT, perubahan data berjalan sangat cepat sehingga data yang diunduh hari ini akan cenderung berbeda dengan data yang diunduh pada 2-3 hari berikutnya, serta dibutuhkan infrastruktur teknologi komunikasi yang memadai.

“Untuk memperkuat kedalaman analisis berbasis big data, dibutuhkan kajian literature yang robust (penelitian sebelumnya) maupun publikasi data kualitatif sebagai justifikasi/argumentasi hasil analisis,” imbuhnya.

Dia menambahkan, selain memanfaatkan big data, para peneliti juga dapat menggunakan metode riset digital lainnya, yaitu Etnografi Digital, Forum Group Discussion, dan Web Survey. Setiap metode memiliki karakter spesifik yang penggunaannya dapat disesuaikan dengan tujuan penelitian. Tidak menutup kemungkinan, peneliti juga dapat menggunakan instrumen berbeda untuk melengkapi risetnya.

“Peran komite klirens etik menjadi sentral untuk memastikan instrument riset berbasis digital telah memenuhi kaidah akademis,” tandasnya. (OL-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Baharman
Berita Lainnya