Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Mengatasi Masalah dari Sumbernya

(M-4)
23/4/2020 06:10
Mengatasi Masalah dari Sumbernya
(Dok. Pribadi)

PELANGGAN utama yang disasar Mall Sampah ialah rumah tangga dan pelaku usaha berskala kecil (seperti perhotelan, restoran, kafe, dan usaha konveksi). Adi memang sejak awal telah memproyeksi Mall Sampah sebagai salah satu alternatif cara untuk mengatasi masalah sampah di level rumah tangga. Menurutnya, cara yang paling efi sien untuk mengatasi permasalahan sampah di Indonesia ialah dengan langsung menangkap timbulan sampah dari sumbernya, yakni rumah tangga.

"Data terakhir yang kami dapatkan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan bahwa kurang lebih 64% dari total sampah di Indonesia itu berasal dari rumah tangga. Jadi, memang Mall Sampah ini didesain untuk mengatasi masalah sampah di rumah tangga," terang alumnus Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia ini.

Selain itu, ia berhasil membumikan konsep waste management kepada para pelanggannya melalui bahasa teknis petunjuk penjualan dan pemilahan sampah yang tercantum dalam aplikasi karyanya ini. Kini Mall Sampah telah berjalan selama lima tahun.

Dampak sirkular ekonominya pun mulai banyak dirasakan, terutama oleh para pengepul yang menjadi mitra. "Kami mencoba untuk menyelesaikan atau setidaknya mengurangi masalah sampah ini langsung dari sumbernya, yaitu rumah tangga. Caranya cukup sederhana, yakni dengan mengunduh aplikasi Mall Sampah kami. Di sana terdapat penjelasan tata cara untuk pemilahan sampah hingga penjualannya yang cukup mudah untuk diikuti.

Dengan begitu, orang akan mulai mengenal konsep dasar dari daur ulang," ungkap Adi. Hingga hari ini, Mall Sampah tercatat telah memiliki sekitar 50 gudang pemilahan sampah yang tersebar di 16 kecamatan di Kota Makassar, yang setiap hari dioperasikan sebagai tempat penyortiran.

"Sekarang bisa dikatakan hampir di setiap kecamatan ada pengepul, jadi bisa lebih efi sien. Misalnya ada panggilan untuk penjemputan sampah di satu titik timbulan sampah, sekarang bisa kami arahkan order tersebut kepada pengepul dari gudang terdekat. Ongkos ambilnya pun lebih hemat meskipun dalam jumlah sedikit," tambahnya. Mungkin konsep 'bisnis jaringan' yang ditawarkan Mall Sampah ini terlihat sederhana. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya Adi mengaku sempat hampir putus asa dengan kendala penguasaan teknologi, terutama dari pihak pengepul.

"Kendala teknis di lapangan yang sering terjadi ialah kendala teknologi. Dulu di awal-awal kami kesulitan untuk mengatasi kendala ini karena banyak pengepul yang tidak bisa mengoperasikan smartphone. Namun, sekarang kami memiliki admin yang akan meng-handle kendala tersebut. Jadi, meskipun para pengepul kami tidak bisa menggunakan smartphone, mereka tetap masih bisa menjalankan job desk-nya.

Nanti admin akan menghubungi lewat telepon," jelas Adi. Untuk saat ini, Adi dkk tengah rutin menyempurnakan layanan dari aplikasi Mall Sampah agar dapat memberikan pelayanan yang lebih prima ke depannya. Ia mengaku tak pernah menyangka terobosan yang dibuatnya lima tahun lalu akan diterima dengan tangan terbuka oleh masyarakat Makassar khususnya dan Indonesia pada umumnya. "Alhamdulillah, respons masyarakat cukup baik, ya. Hal ini bisa dilihat dari jumlah pengunduh aplikasi kami yang hingga hari ini telah mencapai lebih dari 12 ribu. Untuk ukuran Indonesia Timur, itu sudah cukup baik," pungkasnya. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya