Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
SUATU kali, Kota makassar, Sulawesi Selatan, batal menerima Adipura. Kegagalan itu ternyata berpangkal dari masih adanya praktik open dumping yang masih sering dilakukan di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di wilayah Tamangapa Antang, Makassar.
Terbatasnya opsi pengolahan sampah itulah yang akhirnya menggerakkan Adi Saifullah Putra, 25, yang kala itu masih berstatus sebagai mahasiswa di Universitas Muslim Indonesia, Makassar, untuk membangun platform online yang mengusung konsep daur ulang sampah yang diberi nama Mall Sampah.
Pekan lalu, kepada Media Indonesia, pemuda kelahiran Muna, 15 Oktober 1994, itu pun membagikan pengalamannya ketika pertama kali mendirikan platform Mall Sampah. Adi bercerita, saat tinggal di kontrakan dekat kampusnya, dia dulu sering melihat ada tumpukan sampah yang sudah bertahun-tahun tidak diangkat. Alasannya, mobil pengangkut sampah tidak bisa masuk ke gang kontrakan yang kecil.
"Pemandangan itu seperti menjadi hal biasa di Makassar saat itu. Itu terjadi di 2015," ungkap Adi. Kondisi tersebut mendorong Adi berpikir mencari solusi kecil yang dapat diupayakan untuk mengatasi masalah tersebut.
"Kebetulan pada sekitar 2016 sedang marak-maraknya muncul startup di Indonesia. Konsep e-commerce juga lagi naik daun waktu itu. Nah akhirnya saya dan teman-teman terinspirasi untuk mengadaptasi konsep tersebut ke industri pengolahan sampah," ujarnya. Adi pun lantas mulai mendalami seluk-beluk pengolahan sampah, termasuk transaksi jual-belinya.
"Saya pikir cukup potensial untuk dimasukkan ke sektor e-commerce. Kemudian saya mulai membangun platform Mall Sampah ini bersama teman-teman lain di kampus," tambahnya.
Bukan bank sampah
Cukup lama Adi dkk menyiapkan platform Mall Sampah ini. Dia bahkan mengaku telah menghabiskan waktu tiga tahun untuk sekadar meracik strategi waste management yang pas dan dapat digabungkan dengan konsep e-commerce yang sedang digandrungi anak-anak muda kala itu.
Adi menuturkan, meskipun ide awalnya cukup baik, kendala utama mereka ialah riset. Pasalnya, konsep e-commerce untuk waste management yang mereka inginkan cukup sulit untuk dilaksanakan di la pangan. "Jadi, kami butuh waktu tiga tahun untuk merapikan semuanya. Tahun-tahun awal itu adalah tahun trial dan error untuk proyek Mall Sampah kami," ungkap Adi.
Pada Agustus 2019, Adi dkk akhirnya berhasil menyempurnakan aplikasi daring layanan pengolahan sampah yang mereka gadang-gadang mampu menghubungkan pengguna dengan unit-unit pengolah sampah terdekat (pemulung dan pengepul) yang berkomitmen terhadap upaya daur ulang. Prinsip ekonomi sirkular ini menjadi titik tekan utama yang melatarbelakangi hadirnya aplikasi tersebut.
"Akhirnya platform ini rampung pada Agustus tahun lalu. Kami sudah punya konsep yang matang dan kami cukup percaya diri untuk meluncurkan aplikasinya untuk ROI dan IOS. Sampai sekarang aplikasi Mall Sampah kami sudah diunduh sebanyak 12 ribu pengguna untuk di Kota Makassar dan sekitarnya saja," terang Adi. Menurutnya, layanan penjemputan sampah yang diberikan dalam aplikasi ini bukan merupakan 'layanan pembuangan' karena layanan tersebut tidak berhubungan dengan tempat pembuangan akhir (TPA).
Seluruh material yang dijemput (dibeli) oleh mitra Mall Sampah akan disalurkan untuk didaur ulang secara layak. "Platform ini bukan layanan pengangkutan sampah ya, layanan kami tidak ada hubungannya dengan TPA. Seluruh sampah yang kami jemput dan kami beli umumnya sampah-sampah yang masih punya nilai dan seluruhnya akan didaur ulang," ujar peraih penghargaan lingkungan Indonesia Green Award 2018 untuk kategori eksekutif milenium ini.
Mall Sampah, kata Adi, ialah platform daur ulang yang menghubungkan pengguna layanan dengan unit-unit pengolah sampah (pemulung dan pengepul) yang menjadi mitra mereka. Jadi, dalam aplikasi ini Adi dkk membangun mekanisme transaksi sampah untuk menghadirkan kontribusi ekonomi bagi para pelaku daur ulang yang menjadi mitra mereka. Melalui aplikasi ini mereka ingin memberdayakan pengepul dan pemulung.
"Para pelanggan yang telah mengunduh aplikasi kami biasanya akan memotret sampah apa saja yang akan mereka jual kepada kami. Kemudian mengunggahnya di aplikasi Mall Sampah. Mereka juga harus mengisi perkiraan jumlah dan berat sampah yang akan dijual, dan aplikasi kami akan mengalkulasi berapa nominal transaksi yang akan mereka dapatkan dan pengepul kami akan menjemput sampahnya," terang Adi mengenai alur penggunaan aplikasi Mall Sampah.
Secara garis besar prinsip waste management yang diadaptasi Mall Sampah ini sama dengan bank sampah. Namun, aplikasi ini bukan bank sampah. Salah satu perbedaan yang kentara dari keduanya ialah pola layanan yang diberikan. Pihak Mall Sampah siap untuk menjemput sehingga pelanggan tidak perlu membawa sendiri limbahnya. Selain itu, layanannya juga cash and carry dan pembayaran bisa diperoleh pengguna aplikasi di tempat saat penjemputan. "Beda dengan bank sampah yang mewajibkan menyetorkan sampahnya. Pembayarannya pun biasanya satu bulan baru boleh dicairkan," terang Adi. Kata Adi, saat ini jangkauan dari Mall Sampah masih terbatas di area Makassar dan sekitarnya. Selanjutnya dia berencana membuka cabang layanan aplikasi ini di salah satu kota di Pulau Jawa. "Kemungkinan besar di Jakarta, Mas," tegasnya. (M-4)
BIODATA
ADI SAIFULLAH PUTRA
Tempat/Tanggal Lahir Muna, 15 Oktober 1994
Pendidikan S-1 Ilmu Hukum, Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar
S-2 Prodi Ilmu Hukum, Tata Negara, Hukum Lingkungan Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar
Karier
CEO & Founder MallSampah.com
Penghargaan Peraih penghargaan lingkungan Indonesia Green Award 2018 kategori eksekutif milenium, Jakarta
Founder of The Year, Indonesia Rice Bowl Startup Award 2017, Jakarta
Gold Medal Winner, International Young Inventors Award 2016, Surabaya
1st Winner, IFRC Flood Resilience Innovation Converence 2017, Jakarta
The Winner, ASEAN Rice Bowl Startup Award 2017, best social impact startup category, Kuala Lumpur
Inspirasi tak harus datang dari pencapaian besar. Bagi publik figur sekaligus ibu tiga anak, Donna Agnesia, momen sederhana bersama keluarga justru menjadi sumber utama kreativitas
Lady Gaga mengungkap pertunangannya dengan Michael Polansky menjadi inspirasi bagi lagu "Blade of Grass" dalam album terbarunya, Mayhem.
Shania Twain mengungkapkan rasa bangganya karena telah menjadi inspirasi bagi generasi baru musisi, termasuk Taylor Swift, Harry Styles, Sabrina Carpenter, dan Kelsea Ballerini.
Teks editorial adalah salah satu bentuk tulisan yang bertujuan untuk menyampaikan pendapat atau pandangan terhadap isu-isu tertentu yang sedang menjadi perhatian publik.
Al-Qur'an, sebagai kitab suci umat Islam tidak hanya mengandung petunjuk hidup dalam bentuk hukum dan tata cara beribadah.
Dian Sastrowardoyo mengaku di usia hampir 40 tahun, ia mulai keluar dari zona nyamannya sebagai aktris dan belajar sesuatu yang baru untuk dirinya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved