Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Ayah Peserta Observasi sempat Pesan Soal Mati Syahid

Antara
15/2/2020 22:01
Ayah Peserta Observasi sempat Pesan Soal Mati Syahid
Peserta observasi virus korona Yusuf Azhar saat menemui ayahnya, Cik Anang(Antara)

AYAHANDA dari Yusuf Azhar, peserta observasi Virus korona di Natuna, Kepulauan Riau seorang WNI, Cik Anang, sempat menguatkan kepada anaknya dengan berpesan soal mati syahid kala putranya selama di Wuhan, Tiongkok.

"Pas tahu merebak virus korona, saya bilang ke anak saya, untuk ibadah. Saya ingatkan banyak yang meninggal karena kebanjiran, bukan karena virus. Meninggal di mana saja. Kalau meninggal karena menuntut ilmu, itu syahid," kata Cik Anang di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (15/2).

Cik Anang terus menenangkan anaknya yang kala itu masih terisolasi di Wuhan, Tiongkok, karena dirinya punya keyakinan keadaan akan pulih kembali.

"Kalau meninggal di mana saja tidak masalah, bukan hanya karena virus saja, ada tenggelam, ada kesetrum. Jadi, saya tenangkan yakinkan nanti pulih kembali," ujar Cik Anang.

Baca juga: Indonesia tidak Terjangkit Korona, Menkes: Semua karena Doa

Akhirnya Yusuf Azhar dan WNI yang terisolasi di Wuhan bisa dibawa pulang ke Indonesia pada 2 Februari 2020, namun harus menjalani karantina terlebih dahulu untuk diobservasi di Natuna selama 14 hari.

Setelah menjalani 14 hari karantina, 285 WNI yang dikarantina di Natuna, akhirnya dipulangkan pada 15 Februari dengan terlebih dahulu ke Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta untuk kemudian meneruskan perjalanan ke daerahnya bagi mereka yang berasal dari luar Jakarta. (X-15)

Baca juga: Pemulangan Warga dari Natuna Pakai Tiga Pesawat

Yusuf Azhar, 21, berkisah tentang kehidupannya selama dua pekan terisolasi di Wuhan, Tiongkok, akibat wabah virus korona.

"Waktu Wuhan lockdown (terisolasi), kami sebenarnya waswas. Meski jasmani sehat, tapi rohani kami ingin segera balik ke Tanah Air," katanya setiba di Bandara Halim Perdanakusuma setelah menjalani masa observasi di Pulau Natuna.

Baca juga: Ini Pesan Menkes Terawan sebelum Warga Masuk Pesawat di Natuna

Mahasiswa semester 1 jurusan Sastra Mandarin di Wuhan University itu sempat terisolasi di asrama (dormitory) di Kota Wuhan selama dua pekan sejak pertengahan Januari 2020.

Otoritas setempat pun membatasi interaksi penghuni asrama dengan warga Wuhan.

"Yang tidak boleh, kami keluar sangat jauh dari dormitory kecuali untuk beli makanan dan keperluan sehari-hari, itu pun maksimal jaraknya 500 meter," katanya.

Warga Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu juga mengalami krisis makanan selama berada di asrama.

"Kalau makanan, kita menjauhi makan di restoran, kami lebih disarankan untuk membeli bahan mentah dan memasak sendiri. Walaupun saat itu sedang krisis makanan," katanya.

Putra kedua dari pasangan Cik Anang dan Aprilya itu diwajibkan mengenakan masker jenis N95 selama 24 jam yang difasilitasi oleh pemerintah Wuhan.

"Enggak betah juga karena setiap hari kami selalu harus mengenakan masker. Setiap mandi ganti dan selama di Wuhan kami selalu dibekali masker satu boks," katanya.

Yusuf menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Wuhan dan Indonesia yang telah optimal dalam memberikan perhatian terhadap antisipasi wabah korona.

"Terima kasih juga buat pemerintah atas partisipasinya kepada siswa-siswi yang ada di Wuhan. Juga pemerintah Wuhan yang sudah sangat proaktif menangani wabah korona ini," katanya. (X-15)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian
Berita Lainnya