Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mewacanakan akan mengubah metode ujian nasional (UN) yang selama bertahun-tahun sudah dijalankan. UN akan diubah dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter.
Menanggapi itu, akademisi sekaligus praktisi bisnis Rhenald Kasali mengatakan ketika UN diputuskan diubah, maka guru harus belajar dengan cara baru untuk meningkatkan kapabilitas murid.
Selama ini, menurutnya murid hanya menghafal pelajaran, padahal yang dibutuhkan ialah kemampuan berpikir dengan level lebih tinggi yakni menganalisa dan berkreasi. Peran guru menjadi penting dalam penerapannya.
"Tipe guru yang dibutuhkan bukan yang mengajar dengan ceramah di depan kelas, tetapi bagaimana bisa membangun kemampuan anak bernarasi," katanya disela-sela peluncuran buku yang ia tulis bersama istrinya Elisa Kasali berjudul "Sentra Inspiring School" di Jakarta, hari ini.
Baca juga: Presiden Dukung Penuh Penghapusan Ujian Nasional
Ia mencontohkan anak-anak tahu jawaban 4 dikalikan 6 sama dengan 24. Tetapi pada kemampuan berpikir yang lebih tinggi, mereka paham bagaimana menarasikan jawaban dan mengkreasikannya menjadi bentuk lain seperti orang yang bertubuh lebih besar bisa mengangkut 4 balok kayu
dan hanya perlu bolak-balik mengambilnya selama enam kali. Sebaliknya orang yang bertubuh kecil, hanya bisa mengangkut 2 balok kayu dan harus bolak-balik selama 12 kali.
"Dengan narasi dan berkreasi akan mudah dimengerti. Dari tadinya anak menghafal, sampai akhirnya kreasi dan menganalisa. Selama ini kita beranggapan anak sudah pintar kalau punya kemampuan cepat menghafal," tukasnya. (ind)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved