Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
KOMUNITAS Sastra Kota Tegal, Jawa Tengah, menggelar kongres Sastra Tegalan Pertama di auditorium Universitas Panca Sakti (UPS) Tegal, Selasa (26/11).
Kongres dibuka Wali Kota Tegal, Dedy Yon Supriyono tersebut diisi pula dengan acara pembacaa puisi oleh Apito Lahire dan Dhenok Harti.
Keduanya membacakan puisi karya Rendra Rick dari Corona yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Tegal yang dilanjutkan pembacaan puisi Tegalan karya Atmo Tan Sidik oleh Nursholeh.
Wali kota mengapresiasi gelaran Kongres Sastra Tegalan Pertama dan menyebutnya sebagai upaya pelestarian kearifan lokal.
"Kalau bukan kita sendiri yang berupaya melestarikan karya Sastra Tegalan siapa lagi," ujar Dedy.
Dedy menyampaikan saat ini di kalangan generasi muda atau milenial sudah banyak yang meninggalkan karya Sastra Tegalan.
"Kongres ini juga sekaligus untuk menularkan karya Sastra Tegalan dari generasi tua ke generasi milenial," ucapnya.
Sastrawan Atmo Tan Sidik menyebut Kongres Bahasa Tegalan diperlukan di tengah banyaknya bahasa daerah yang sudah punah. "Ini bagian dari upaya kita untuk melestarikan bahasa daerah," ucap Atmo.
Seorang nara sumber, Wijanarto menyebut pengakuan atas eksistensi sastra Tegalan sebenarnya sudah diberikan Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, saat menggelar sarasehan sastra Tegalan pada pertengahan Agustus lalu.
"Tentu dalam perbincangan sastra, sastra Tegalan sebanding dengan pembicaraan kajian sastra kedaerahan lainnya di Indonesia," kata Wijanarto.
Bagi Wijanarto, yang menarik di balik revitalisme sastra Tegalan jika dilihat dari narasi sejarah, bermula dari proses alih bahasa karya-karya penyair seperti Rendra, Taufik Ismail dan lain-lain. (OL-11)
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), menggelar rangkaian kegiatan strategis dalam rangka penguatan literasi dan sastra, serta revitalisasi bahasa daerah di Jawa Tengah.
Aprinus mencontohkan, beberapa karya yang kandungan SARA, yakni pada novel Salah Asuhan yang pada draf awalnya disebut menyinggung ras Barat (Belanda).
Sastra sebagai suatu ekspresi seni berpeluang mempersoalkan berbagai peristiwa di dunia nyata, salah satunya adalah persoalan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Dedikasi Pramoedya Ananta Toer tidak lepas dari berbagai konsekuensi berat, ia harus merasakan pahitnya penjara di tiga rezim berbeda.
Dengan lebih dari 50 karya yang diterjemahkan ke 42 bahasa, Pramoedya Ananta Toer adalah lambang harapan, perlawanan, dan keberanian melawan ketidakadilan.
Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta menggagas Jakarta International Literary Festival (JILF) 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved