Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
BANYAK masyarakat menganggap antibiotik sebagai obat manjur yang dapat menyembuhkan segala jenis penyakit. Namun, itu pemikiran keliru yang harus diluruskan. Pasalnya, antibiotik merupakan zat kimia yang membunuh atau menghambat penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan dapat menyebabkan resistensi. Ironisnya, resistensi antimikroba atau antimicrobal resistance (AMR) telah dinyatakan sebagai salah satu permasalahan kesehatan paling mengancam populasi dunia.
Tanpa upaya pengendalian global, pada 2050 diperkirakan AMR menjadi pembunuh nomor 1 di dunia dengan angka kematian mencapai 10 juta jiwa. Adapun, tingkat kematian tertinggi diperkirakan terjadi di kawasan Asia.
Saat ini, setiap tahunnya sebanyak 25 ribu nyawa melayang di Eropa, 23 ribu di Amerika Serikat, 38 ribu di Thailand dan 58 ribu bayi di India. Semua itu akibat terinfeksi bakteri yang sudah kebal terhadap antibiotik.
Dari data tersebut, dunia seakan kembali pada zaman saat antibiotik belum ditemukan. Resistensi antibiotik bukan masalah yang akan datang, melainkan tengah dihadapi dan harus ditanggulangi agar dampaknya tidak semakin memburuk.
Dokter Anak Purnamawati Sujud menegaskan antibiotik merupakan sumber daya yang tidak terbarukan, saat ini persediaannya sudah menipis. Sudah semakin banyak bakteri yang menjadi kebal dan tidak lagi mempan dengan antibiotik yang tersedia.
Jika akses terhadap antibiotik sudah tidak ada lagi, beban infeksi akan semakin berat untuk ditanggung dan layanan kesehatan pun akan sangat mahal dengan hasil tidak efektif.
"Kita harus bertindak mengendalikan antibiotik. Resisten antibiotik adalah masalah sangat serius yang dihadapi seluruh dunia. Orang yang kebal terhadap antibiotik disebut superbugs. Orang yang terinfeksi superbugs sangat sulit disembuhkan dan memakan biaya mahal bahkan bisa menyebabkan kematian," kata Purnamawati di FX Sudirman, Jakarta Pusat, Kamis (14/11).
Resistensi antibiotik berawal dari pemberian antibiotik pada penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti batuk pilek, influenza dan diare tanpa darah.
Dalam hal ini, Purnamawati menegaskan penggunaan antibiotik hanya diperlukan saat pasien terserang penyakit yang disebabkan oleh bakteri seperti pneumonia, TBC, gonorrhoea, salmonellosis dan TBC.
"Makin sering konsumsi antibiotik, makin banyak bakteri yang resisten antibiotik. Bakteri juga punya kemampuan untuk survive. Secara alamiah dia mengubah dirinya supaya selamat. Makanya perlu dikontrol ketat," ucapnya.
Baca juga: Antibiotik Perparah Flu
Purnamawati menyebut belum ada obat lain yang terbukti mampu menangkal bakteri seperti antibiotik. Karenanya, penggunaan antibiotik perlu dilakukan secara tepat agar tidak menimbulkan bencana pada kehidupan manusia di kemudian hari.
Saat ini, regulasi mengenai penggunaan serta penyebaran antibiotik telah diatur oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan. Namun begitu, perlu adanya penegakan aturan di masyarakat luas.
"Kalau peraturan ada, antibiotik guideline. Tapi kita memang perlu pengawasan ketat di lapangan. Karena masalahnya kompleks ya, ada sisi ekonomis juga yang diperhatikan apotek dan lain-lain," pungkasnya.
Untuk itu, perlu adanya kesadaran dari masyarakat luas, antibiotik bukan lah obat dewa yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Selain itu, penggunaan antibiotik juga harus diperhatikan seperti dikonsumsi sesuai resep dokter dan tidak boleh disimpan untuk digunakan kemudian hari.(OL-5)
Studi klinis yang diterbitkan dalam jurnal New England Journal of Medicine menemukan obat diabetes mampu melambatkan perkembangan masalah motorik terkait penyakit Parkinson.
Meskipun obat-obatan dapat menjadi solusi dalam pengelolaan kondisi tersebut, banyak orang mencari alternatif alami untuk mengontrol atau bahkan mengurangi risiko berbagai penyakit.
Salah satu saran, masyarakat juga perlu mewaspadai jika memperoleh skincare yang bertekstur terlalu kental atau lengket.
Penelitian terbaru menunjukkan obat untuk mengatasi diabetes dan obesitas, dapat meningkatkan risiko kelumpuhan lambung (gastroparesis).
Obat antinyeri seperti ibuprofen dan allopurinol adalah obat yang sangat merusak ginjal.
Pengidap migrain jangan mengonsumsi obat selama lebih dari 15 hari dalam sebulan karena bisa menyebabkan medication-overuse headache(MOH) atau sakit kepala akibat dosis obat berlebihan.
Kamil bersama petugas kesehatan lainnya nampak sedang mengobati seorang petugas yang kakinya terluka akibat terkena batu.
Media juga merekomendasikan pasien untuk menggunakan ramuan rumahan seperti berkumur air garam, minum teh lonicera japonica atau teh daun willow tiga kali sehari.
Penelitian yang diterbitkan menemukan pasien di Inggris dan Uni Eropa menghadapi kekurangan obat vital seperti antibiotik dan obat epilepsi.
RESISTENSI antibiotik atau antimicrobal resistence (AMR) akibat penggunaan yang tidak tepat dan berlebihan menjadi permasalahan yang paling mengancam populasi dunia
Pengembangan teknologi produksi Amoksisilin oleh BPPT dilandasi keprihatinan bahwa hampir 95% BBO yang diperlukan masih harus diimpor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved