Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
INDONESIA merupakan negara tropis yang kaya sumber daya hayati, salah satunya jamur pangan. Namun, saat ini, pengimpor bibit jamur pangan terbesar dikuasai Jepang dan Tiongkok. Padahal Indonesia memiliki potensi keberagaman jamur pangan yang perlu dieksplor.
“Kita memiliki beberapa jenis jamur endemik yang sangat potensial, tidak hanya perlu diteliti, namun perlu dikembangkan pemanfaatannya,” ujar Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Enny Sudarmonowati dalam pernyataan tertulis, Kamis (26/9).
Dia menjelaskan belum banyak pihak yang memfokuskan diri pada pengelolaan jamur, padahal pemerintah sedang mendorong program pangan fugsional. Selain dapat dimanfaatkan sebagai makanan, jamur juga bisa menjadi bahan baku minuman, obat dan kosmetik.
“Jamur dapat menjadi salah satu pilihan pangan fungsional yang sangat potensial,” ungkapnya.
Baca juga: Hasil Survei LIPI: 74% Publik Nilai Pemilu 2019 Menyulitkan
Sejak krisis moneter 1998, LIPI telah memulai riset jamur pangan, khususnya jenis jamur makro.
“Untuk hasil riset jamur, LIPI telah berhasil mengembangkan bibit unggul jamur makro, khususnya jamur tiram dan telah banyak dimanfaatkan oleh petani,” ujar Kepala Pusat Penelitian Biologi LIPI Atit Kanti.
Saat ini, LIPI memiliki 200 koleksi jamur pangan yang tersimpan di Indonesian Culture Collection (InaCC), Cibinong, Jawa Barat.
Peneliti jamur Pusat Penelitian Biologi LIPI Atik Retnowati mengungkapkan, hingga 2017 Herbarium Bogoriense yang dikelola LIPI telah memvalidasi hampir 2.273 jenis jamur.
“Keberagaman jamur Indonesia sangat tinggi dan hingga saat ini kegiatan taxonomi jamur masih terus dilakukan untuk mengungkap keberagaman tersebut,” tutupnya.(OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved