Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Tekan Impor, UGM Produksi Obat dan Alkes

(AU/H-2)
27/9/2019 04:20
Tekan Impor, UGM Produksi Obat dan Alkes
Universitas Gadjah Mada (UGM) berencana memproduksi sendiri obat dan sejumlah alat kesehatan melalui pabriknya di kawasan UGM Science(Dok.UGM)

MIRIS akan tingginya ketergantungan bahan baku impor pada obat, membuat kalangan perguruan tinggi tergerak. Universitas Gadjah Mada (UGM) berencana memproduksi sendiri obat dan sejumlah alat kesehatan melalui pabriknya di kawasan UGM Science and Techno Park (UGM STP) di Purwomartani, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Wakil Rektor UGM Paripurna Sugarda mengungkapkan, salah satu obat yang akan dipro-duksi ialah paracetamol, yang telah dikenal luas masyarakat. "Bahan baku paracetamol itu masih impor dan nilai impor itu sangat besar. Tak heran, persaingan obat selalu dimenangkan oleh asing," kata Paripurna di Yogyakarta, kemarin.

Parasetamol merupakan obat yang paling banyak digunakan oleh bayi hingga lansia. Obat ini dapat mengatasi keluhan sakit kepala, demam, meriang, migrain, flu, pegal-linu akibat sifat terapetiknya sebagai analgesik antipiretik.

Saking mujarabnya, parasetamol menduduki peringkat teratas di Rencana Kebutuhan Obat (RKO) Nasional setiap tahunnya. Ironis, mayoritas industri farmasi mendapatkan bahan baku parasetamol dengan mengimpornya melalui Tiongkok dan India.

Dari penelusuran Media Indonesia, langkah UGM memproduksi paracetamol telah dirintis sejak 2016 lalu, lewat penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Rektor UGM, Dirjen Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian dan Direktur Utama PT Kimia Farma (Persero) Tbk.

UGM bekerjasama dengan Kementerian Perindustrian yang akan membantu penyediaan bahan dasar kimianya dan dengan Perseroan yang akan memproduksi juga memasarkannya dengan skala besar.

Selain paracetamol, Paripurna mengatakan, UGM juga siap memproduksi alat kesehatan meliputi alat sedot cairan bagi penderita hidroscepalus, ring jantung, serta alat deteksi kanker nasopharing. Untuk memproduksi itu, UGM bekerjasama dengan Asosiasi Produsen Alat Kesehatan Indonesia (Aspaki).

"Kerja sama ini diharapkan bisa mewujudkan kemandirian bangsa di bidang kesehatan serta mengisi kesenjangan antara industri dan kampus," kata Paripurna.

Direktur Pengembangan Usaha dan Inkubasi (PUI) UGM Hargo Utomo menambahkan, ada 10 produk obat dan alat kesehatan yang kini dalam proses pengajuan paten yang kemungkinan akan diproduksi melalui STP UGM.

Ketua Aspaki Ade Tarya Hidayat mengapresiasi langkah UGM menggandeng Aspaki untuk memproduksi alat kesehatan buatan dalam negeri. Ia mengungkapkan, selama ini Indonesia termasuk tertinggal dalam urusan produksi alat kesehatan sendiri dibanding dengan negara lain. Pengadaan alat kesehatan di rumah sakit hingga kini masih bergantung dengan produk impor.

Sebelumnya, Menristek Dikti, Mohamad Nasir menginginkan agar perguruan tinggi berkontribusi nyata pada masyarakat lewat penelitiannya. Di antara banyak sektor penelitian di bidang kesehatan dan obat-obatan ke depan makin dibutuhkan seiring dengan mahalnya biaya berobat. (AU/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik