Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MESKIPUN jumlah buta aksara turun menjadi 1,93% dari total populasi penduduk Indonesia, upaya menghapuskan buta aksara yang ditargetkan tercapai pada 2030 nanti masih jadi persoalan besar bagi pemerintah.
Pengamat pendidikan Itje Chodidjah menilai, pemerintah seharusnya tidak lagi menghadapi masalah buta aksara di tengah kesiapan mengadapi era revolusi industri 4.0.
Upaya memberantas buta aksara, lanjutnya, tidak lepas dari peran pemda yang mengatahui seluk-beluk daerah dan masyarakatnya. Dibutuhkan kerja sama Kemendikbud dan Kemendagri untuk itu.
"Menjangkau kelas saja masih sulit, apalagi mereka (buta aksara). Guru saja masih kesulitan dicari di sana. Karena tidak terjangkau itulah tidak ada akses memberantas buta aksara," tegasnya, tadi malam.
Merujuk pada Survei Sosial Ekonomi Nasional BPS 2018, jumlah penduduk buta aksara tercatat 3,29 juta jiwa atau turun jika dibandingkan dengan 2017 yang mencapai 3,4 juta jiwa. "Menghapuskan buta aksara salah satu tugas berat kami karena tantangan yang kami hadapi seperti penolakan dari kepala adat juga budaya laki-laki yang berkuasa (patriarki)," ungkap Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kemendikbud Harris Iskandar di Jakarta, kemarin.
Ia menyampaikan itu menjelang peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) yang dipusatkan di Makassar, Sulsel, pada 5-8 September 2019. Menurutnya, profil buta aksara di Indonesia mencakup lima variabel, yaitu berada di Indonesia Timur, daerah, atau desa miskin, kebanyakan perempuan, serta berusia di atas 45 tahun.
Sebagai strategi ke depan, kata Harris, Kemendikbud memberantas buta aksara dengan sistem blok atau klaster, yakni memusatkan program di daerah-daerah padat buta aksara, seperti Papua (22,88%), Sulsel (4,63%), Sulawesi Barat (4,64%), Nusa Tenggara Barat (7,51%), Nusa Tenggara Timur (5,24%), dan Kalimantan Barat (4,21%). (Sru/H-2)
Raden Ajeng Kartini, seorang Pahlawan Nasional Indonesia, memperjuangkan hak pendidikan, kesetaraan gender, dan hak-hak perempuan di masa penjajahan Belanda.
Agar anak-anak lebih semangat belajar, Bunda bisa memanfaatkan konten video pembelajaran yang dikemas menarik. Dengan cara itu, proses belajar menjadi lebih menyenangkan.
Hingga saat ini, melalui penjualan pakaian yang diproduksi oleh One Fine Sky bersama para dreamers atau kolaborator, telah berhasil mendonasikan 22.557 seragam
Program kuliah online bisa menjadi alternatif cara bagi para pekerja untuk meraih gelar sarjana. Seperti apa prosesnya?
Sedang memilih sekolah untuk si kecil? Idealnya, lokasinya jangan terlalu jauh dari rumah untuk mencegah kelelahan anak maupun orang tua.
Di tengah kondisi rakyat Indonesia yang membutuhkan protein untuk mengatasi stunting, potensi kekayaan harus dimanfaatkan optimal.
Salah satu agenda yakni The Diversitea Bookdate yang juga suka diselipkan dengan kegiatan menarik lainnya, misalnya journaling dan tukar kado.
Ada Slogan Jadi Logam - Kedunguan dapat dilarutkan dengan banyak membaca.
"Ada kalanya membaca membantu saya bebas. Saya ingin hal itu terjadi pada semua anak, bukan hanya mereka yang mampu membeli buku."
Tingkat kegemaran membaca (TGM) masyarakat Indonesia meningkat menjadi 63,9 poin pada 2022.
Tingkat kegemaran membaca (TGM) masyarakat Indonesia meningkat pada 2022.
Demi terus meningkatkan kegemaran membaca, Perpusnas melakukan sejumlah upaya, di antaranya melakukan inovasi layanan berbasis TIK.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved