Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

BPPT Usulkan Perpanjangan Hujan Buatan di Riau Hingga September

Putri Anisa Yuliani
16/7/2019 14:36
 BPPT Usulkan Perpanjangan Hujan Buatan di Riau Hingga September
Kepulan asap pekat muncul dari lahan gambut yang terbakar di Desa Teluk Makmur kecamatan Medang Kampai, Dumai. Riau.(Antara/Asswady hamid)

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBMTC) mengusulkan pelaksanaan modifikasi cuaca berupa hujan buatan di Provinsi Riau dilanjutkan hingga akhir September 2019.

Hal tersebut disampaikan Kepala BBTMC-BPPT Tri Handoko Seto dalam Rapat Sinergitas Peran Pemerintah Pusat dan Daerah dalam Penanggulangan Bencana di Riau, Senin (15/7).

“Modifikasi cuaca diusulkan diperpanjang hingga akhir September, karena BMKG memprediksikan akhir musim kemarau jatuh pada September,” kata Tri dalam keterangan resminya, Selasa (16/7).

Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi pada Juli, Agustus, dan September 2019 curah hujan berpeluang di bawah normal hingga normal dengan intensitas curah hujan hanya sekitar 50-200 mm.

Demikian pula, data ENSO (El Niño–Southern Oscillation) menyebutkan pada periode bulan Juli-September peluang terjadinya kondisi netral adalah 42%, peluang terjadinya kondisi El Nino adalah 57%, dan peluang terjadinya kondisi La Nina adalah 1%.

Jika dibanding tahun-tahun sebelumnya, pada 2019 terjadi pengurangan titik api (hotspot) yang signifikan. Namun, data historis menunjukkan kemunculan hotspot secara signifikan di Provinsi Riau umumnya terjadi pada Februari hingga Maret dan sekitar Juli hingga Agustus.

“Tahun ini juga terjadi lonjakan hotspot pada Februari dan Maret. Sehingga diambil langkah lewat operasi TMC seperti yang dilaksanakan sekarang,” ujarnya.

Sebelumnya, atas permintaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), operasi TMC untuk tujuan antisipasi bencana asap akibat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah Provinsi Riau dilakukan sejak 26 Februari hingga saat ini dengan melibatkan BPPT, BMKG, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, TNI AU, Pelita Air Service, dan Pemprov Riau.

“TMC di Riau selama periode Februari hingga saat ini telah menghasilkan 410 juta m3 air hujan, yang dapat bermanfaat untuk menjaga tingkat kebasahan lahan gambut di Provinsi Riau,” ujar Tri.

Di tempat terpisah, Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan agar operasi TMC dengan tujuan antisipasi Karhutla tidak hanya dilakukan di Provinsi Riau. Melainkan di wilayah-wilayah lainnya yang kerap dilanda kebakaran hutan, seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.

“Penanganan kebakaran hutan memang sebaiknya tidak responsif, tapi dengan tujuan mengantisipasi sebelum terjadi kebakaran hutan. Provinsi Riau bisa menjadi contoh pemanfaatan TMC bagi daerah-daerah lainnya,” ujar Hammam Riza. (OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya