Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Menanti 28 Tahun untuk Sampai ke Tanah Suci

(Djoko Sardjono/*/H-2)
08/7/2019 09:00
 Menanti 28 Tahun untuk Sampai ke Tanah Suci
NAIK HAJI: Tri Darini berpose bersama sepeda yang digunakan untuk jualan kerupuk keliling.(MI/DJOKO SARDJONO)

TEKAD dan semangat Tri Darini, warga Desa Sribit, Delanggu, Klaten, Jawa Tengah, patut diteladani. Perempuan berusia 53 tahun itu sudah lama bermimpi bisa berhaji ke Tanah Suci.

Setelah puluhan tahun menanti, asa penjual kerupuk keliling itu jadi kenyataan. Ia termasuk salah satu dari 4,34 juta jemaah asal Indonesia yang akan berhaji tahun ini.

"Dari jualan kerupuk saya bisa nyelengi (menabung) sedikit-sedikit di bank. Hasil tabungan saya gunakan mendaftar haji pada 2011. Untuk daftar saya setor Rp25 juta. Kemudian, bayar lagi sekitar Rp12 juta setelah masuk kuota," kata istri Teguh Waluyo, 53, itu saat ditemui di kediamannya, Jumat (5/7).

Dengan menggunakan sepeda ontel sederhananya, Tri berkeliling dari kampung ke kampung menjajakan kerupuk setiap harinya. Untuk persiapan itu, ibu dua anak ini harus bangun sejak pukul 03.00 WIB hingga siang hari. "Saya jualan kerupuk sejak 28 tahun lalu, ketika anak pertama, Nur Sahadah, berumur 1 tahun," tuturnya.

Meski bukan dari keluarga berada, orangtua dan beberapa kakaknya bisa berangkat haji. Menurutnya, hal itu tak lepas dari makbulnya doa orangtua."Bapak saya, Suyadi (almarhum) sudah haji, dulu pernah berpesan kepada semua anak dan cucunya untuk berusaha agar naik haji. Pesan itulah yang mendorong tekad dan semangat saya untuk dapat mewujudkannya. Apalagi, kakak saya semua sudah lebih dulu berangkat ke Mekah," imbuh perempuan kelahiran 1 Maret 1966 itu.

Di samping itu, motivasi juga datang dari suami tercita, Teguh Waluyo, 53. Pada Rabu (10/7) mendatang, Tri berangkat ke Tanah Suci dari Bandara Adi Soemarmo, Surakarta. "Saya sudah siap fisik dan mental," ujarnya.

Suasana bahagia juga terlihat dari wajah Sasman bin Darso, 77, yang ditemui Media Indonesia di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur. Meski berusia lanjut, salah satu jemaah haji kloter pertama dari Embarkasi Pondok Gede itu mengaku sangat bersemangat menjalani ibadah hajinya bersama sang istri, Sasiem. Keduanya mendaftar haji sejak 2011.

"Saya bersama istri saya mengumpulkan uang haji selama kurang lebih 20 tahunan yang lalu dari uang gaji saya kerja dan ditambah dengan uang dagangan sayur keliling dari istri dan anak saya yang disisihkan", ujar pria pensiunan pegawai di salah satu perusahaan negara yang memiliki 14 cucu itu.

Dari keduanya, tebersit sebuah hikmah, bahwa hidup susah tak harus menyerah. Kerja dan kerja ialah prinsip hidup. Namun, beribadah jangan sampai ditinggalkan. (Djoko Sardjono/*/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Triwinarno
Berita Lainnya