Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
INDONESIA kembali menambah panjang daftar keanekaragaman hayati. Kali ini, dua spesies satwa baru berhasil diidentifikasi di Pulau Jawa. Yang pertama ialah spesies cecak batu, dan kedua, spesies keong darat.
Satu spesies baru cecak batu secara resmi dicatatkan pada lembaran daftar spesies Indonesia pada 17 Mei 2019 di jurnal ilmiah Zootaxa. Cecak batu dinamai Cnemaspis muria karena ditemukan hidup di daerah Gunung Muria, Jawa Tengah.
Ciri-ciri morfologi spesies tersebut ialah panjang tubuh mencapai 5,8 cm, pupil mata yang bulat, adanya sepasang struktur tuberkular seperti kerucut pada kepala bagian belakang, alur berkutil pada nuchal loop, susunan deret tuberkular dorsal tidak secara linier, serta tidak terdapat pori-pori prakloakal maupun femoral.
"Setelah melalui kajian morfologis dan filogenik, tim mendapatan kesimpulan bahwa cecak batu dari Gunung Muria tersebut merupakan spesies baru," ungkap peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI Awal Riyanto, Minggu (2/6).
Pada spesies jantan Cnemaspis mempunyai warna perut dan pangkal kuning serta ujung ekor putih, sedangkan betina perut berwarna putih dan setengah panjang ekor bagian belakang dihiasi warna hitam putih berselang seling seperti cincin.
Cnemaspis muria dijumpai pada habitat berupa bebatuan di sepanjang sungai dan perkebunan kopi serta mungkin juga dalam hutan pada ketinggian antara 600 hingga 650 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Tim peneliti menduga cecak tersebut mempunyai peran dalam ekosistem yakni sebagai pengendali populasi serangga atau hama di perkebunan kopi. Karena itu, tim LIPI menyarankan agar penggunaan herbisida dan insektisida di perkebunan kopi sebagai habitat spesies baru ini harus dibatasi dan hanya diterapkan jika ledakan hama. Hal itu untuk menjamin keberadaan spesies tersebut.
"Karena penelitian lapangan lanjutan perlu dilakukan untuk memahami aspek perilaku satwa, kondisi populasi, serta evolutionary stable strategy (ESS)," ujar Awal.
Menurutnya, Pulau Jawa telah mengalami banyak tekanan ekologis akibat aktivitas manusia yang berpotensi memicu kepunahan. Namun, temuan jenis baru memberi angin segar di tengah krisis keanekaragaman hayati dan menjadi tanda Jawa masih menyimpan biodiversitas yang belum terungkap semuanya.
Sementara itu, peneliti Pusat Penelitian Biologi LIPI lainnya, Ayu Savitri Nurinsiyah bersama Marco Neiber dan Bernhard Hausdorf dari Centrum fur Naturkunde, Universitat Hamburg, Jerman berhasil mengidentifikasi spesies baru keong darat.
Penemuan tersebut dipublikasikan dalam artikel Revision of the land snail genus Landouria Godwin-Austen, 1918 (Gastropoda, Camaenidae) from Java yang diterbitkan oleh European Journal of Taxonomy edisi Mei 2019.
Terdapat 16 spesies baru keong darat yang berhasil ditemukan berdasarkan investigasi hasil koleksi keong di Jawa maupun yang tersimpan di berbagai museum dunia seperti Natural History Museum of London (Inggris), Naturalis Biodiversity Center (Belanda), Senckenberg Museum of Frankfurt (Jerman), Zoological Museum of the University of Hamburg (Jerman), dan Museum Zoologicum Bogoriense (Indonesia).
Ayu menjelaskan, hasil penelitian mengungkapkan bahwa keong Landouria merupakan keong darat yang memiliki keanekaragaman spesies tinggi di Jawa. Penelitian sebelumnya oleh Van Benthem Jutting (1950) hanya mendeskripsikan enam spesies Landouria.
Adapun penelitian oleh Bunjamin Dharma (2015) mendeskripsikan satu spesies. Ayu mendeskripsikan kembali berdasarkan dua studi tersebut menjadi 28 spesies dan 16 di antaranya adalah spesies baru dalam ilmu pengetahuan.
Keenambelas spesies tersebut di antaranya Landouria parahyangensis yang dinamai berdasarkan area sebaran spesies tersebut yaitu di Tanah Sunda (Parahyangan). Selain itu, ada keong dinamai Landouria petrukensis. Nama Petruk disematkan karena hanya jenis itu hanya ditemukan di kawasan Goa Petruk, Kebumen.
"Kami melakukan revisi sistematika. Penelitian ini menerapkan pendekatan integratif yang menggabungkan pemeriksaan morfologi cangkang, karakter genitalia, dan DNA," jelas Ayu. (P-2)
PENGEMBANGAN biodiversitas menjadi nilai ekonomi harus secepatnya dimulai oleh Indonesia.
Beberapa penyakit tropis teabaikan nyatanya masih terjadi di Indonesia sementara di negara lain sudah selesai.
Lendir keong darat yang sudah dikomersialisasikan diklaim mengandung berbagai senyawa aktif yang dapat memberikan manfaat signifikan bagi kecantikan dan kesehatan kulit.
PENELITI Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Ayu Savitri Nurinsiyah mengungkapkan lima kelompok keong darat yang memiliki potensi pengobatan herbal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved