Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Sosialisasikan Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Gas/M-4
27/4/2019 00:30
Sosialisasikan Gaya Hidup Ramah Lingkungan
MAURILLA SOPHIANTI IMRON(MI/SUMARYANTO BRONTO)

MASALAH sampah sudah menjadi isu global yang mengkhawatirkan berbagai pihak. Minim kesadaran serta perubahan gaya hidup masyarakat turut memicu tingginya angka sampah, khususnya sampah plastik. Berawal dari permasalahan itulah, Maurilla Sophianti Imron kemudian tergerak untuk mendirikan sebuah komunitas yang mengedepankan gaya hidup ramah lingkungan.

Tepat setahun lalu, ketika Mauril masih berkarier di 'Negeri Kincir Angin', Zerowaste Indonesia hadir sebagai komunitas yang mengadvokasi masalah lingkungan berbasis daring pertama di Indonesia. Pada umumnya, ada dua saluran yang digunakan Mauril untuk merangkul orang-orang agar dapat saling berbagi informasi soal kegiatan ramah lingkungan. Ia menggunakan media sosial Instagram serta laman daring Zerowaste.id yang tidak hanya berfungsi sebagai kanal informatif, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai media interaksi penggunannya sekaligus tempat untuk memajang berbagai macam produk ramah lingkungan.

"Salah satu produknya adalah tas. Misalnya, ketika pergi ke pasar tradisional, itu adalah salah satu tempat di mana 'plastik sekali pakai' banyak sekali. Saat kita membeli buah begitu misalnya, paling tidak ada lima macam plastik untuk lima macam buah. Sementara IYU, plastik itu paling lama kita gunakan hanya satu jam atau dua jam, Tetapi dampaknya itu mungkin sampai kita meninggal nanti masih ada di dunia. Dia akan menjadi mikroplastik, dan mikroplastik itu akan dimakan oleh ikan karena ujung-ujungnya akan ke lautan juga," tuturnya.

Komunitas Zerowaste memayungi informasi tentang gaya hidup 'nol sampah' di Nusantara. Mereka juga punya cita-cita untuk mengubah gaya hidup dengan memaksimalkan pemakaian barang tepat guna, yang menjadi langkah awal untuk memulai gaya hidup ramah lingkungan. Beberapa hal yang pernah digagas inisiator komunitas tersebut, misalnya, penggunaan tas alternatif sebagai pengganti plastik, tren nongkrong di kedai kopi dengan membawa botol minumnya sendiri, dan memilah sampah sesuai jenisnya. Mauril secara konsisten telah merangkul anak-anak muda untuk tetap melek teknologi di satu sisi, dan tetap mencintai lingkungan di sisi lain.

Niat Mauril menjaga lingkungan berawal dari mimpinya untuk menjadi sociopreneur. Meski demikian, beberapa hal yang pernah diupayakan sebelumnya selalu gagal, hingga pada suatu saat ia menemukan sebuah video amatir yang menggambarkan kondisi laut dipenuhi sampah plastik. Mauril mengaku sedih melihat kondisi tersebut, dan semakin sedih ketika mengetahui kenyataan bahwa Indonesia ialah negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia.

Selain merangkul orang-orang untuk sadar lingkungan secara digital, dewasa ini Mauril juga sering menempuh jalur konvensional dengan membuka lokakarya yang mengangkat tema serupa. Anak Agung Bintang Krisna ialah salah satu pelajar yang mengaku dapat merasakan dampak dari kegiatan tersebut.

"Mulai mengurangi penggunaan plastik kalau misalnya ke supermarket. Kita bawa sendiri, kan sesuai juga dengan SK Gubernur Bali. Habis itu juga ganti sedotan plastik dengan sedotan stainles. Bawa plastik sendiri itu sebenarnya ribet, tapi kan bisa ditaruh di jok begitu tiap hari. Jadi tidak akan lupa juga kalau begitu. Istilahnya kalau buat bumi itu apa yang tidak sih," tutur Bintang, yang juga salah satu peserta Lokakarya Zerowaste itu.

Sama halnya dengan Bintang, Pemilik Kedai Kopi, Aryo Indarto menganggap keberadaan komunitas Zerowaste itu memiliki posisi yang sangat penting saat ini. Ia bahkan sempat menceritakan bagaimana dampak yang dialaminya setelah mengikuti komunitas tersebut. Suatu hari, setelah menutup kedai kopinya, Aryo kedapatan menggenggam segepok sedotan plastik.

"Saya pegang segini banyaknya sedotan plastik, kalau ini bisa saya tanam menjadi pohon, mungkin saya tidak akan masalah. Tapi saya tahu, ini akan jadi sampah yang tidak dapat larut, yang mungkin akan terbuang ke laut dan menjadi makanan ikan yang akan memengaruhi semua ekosistem. Saya kemudian terpanggil untuk melakukan sesuatu. Apa yang dapat saya lakukan? Ya mulai dari hal kecil ini, untuk Indonesia yang lebih baik karena waktu kita sudah hampir habis," imbuhnya.

Dewasa ini, laman dari Zerowaste.id yang dikelola Mauril juga menampilkan peta bank sampah yang dapat diakses siapa saja. Dari bank sampah yang ditemukan, pengguna dapat menyetorkan sampahnya yang kemudian akan disetorkan ke pengepul sampah atau tempat pembuat kerajinan berbahan dasar sampah. Tidak hanya itu, pengguna juga diberi panduan untuk memiliah sampah, mulai sampah kertas, plastik, logam, dan lain-lain. (Gas/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
  • Ciptakan Usaha yang Jadi Solusi untuk Masyarakat

    03/11/2024 05:45

    Dewasa ini, sudah banyak bermunculan produk mi instan alami atau mi sehat yang mengeklaim menggunakan bahan-bahan alami dalam proses produksi mereka

  • Beri Peluang Anak Muda untuk Kembangkan Diri

    03/11/2024 05:40

    MASALAH pengangguran hingga saat ini tidak lepas membayangi masyarakat Indonesia.

  • Anak Penjahit yang Jadi Rektor

    13/10/2024 05:30

    Perjalanan perkuliahan Asep tidak mudah. Ia bahkan sempat dipenjara karena menjadi salah satu mahasiswa yang terlibat penyebaran buku putih yang isinya kisah gurita bisnis Presiden Soeharto.

  • Jatuh Bangun Membangun Bisnis di Usia Muda

    29/9/2024 05:30

    Setelah masalah selesai, Fikrang pun menutup bisnis aplikasinya itu, namun dia tidak kapok untuk berbisnis.

  • Drama Kudeta di Kadin

    22/9/2024 05:30

    Arsjad mengatakan sebaiknya kisruh di Kadin bisa diselesaikan secara internal tanpa dipolitisasi lebih jauh.

  • Bule Sabang Merauke

    15/9/2024 05:30

    Media sosial sempat diramaikan video seorang bule yang membantu warga membangun jembatan di Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik