Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Kurang Istirahat dan Kelelahan Picu Serangan Jantung

Indriyani Astuti
24/4/2019 23:04
Kurang Istirahat dan Kelelahan Picu Serangan Jantung
Anggota KPPS Tegal dirawat di rumah sakit akibat kelelahan(Antara/Oky Lukmansyah)

RATUSAN Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Pemilu 2019 dilaporkan meninggal dunia pasca penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) serentak.

Faktor kelelahan, asupan makanan yang tidak memadai serta kurang istirahat yang rentan dialami para penyelenggara pemilu berpotensi memicu serangan jantung, terutama mereka yang  sudah berusia lanjut dan punya gangguan kesehatan.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Ari Fahrial Syams SpPD mengatakan fenomena banyaknya petugas KPPS yang meninggal diduga akibat kelelahan juga pernah terjadi pada pemilu 2009 lalu.

Saat itu, pemilu legislatif dilaksanakan secara bersamaan di sejumlah daerah. Kejadian tersebut berulang pada pemilu 2019.

Menurut Prof. Ari, pemilu seperti itu bisa menimbulkan masalah kesehatan pada penyelenggara pemilu terutama petugas KPPS. Mereka harus bekerja siang dan malam mempersiapkan pemilu, tidak hanya pada hari pemungutan suara.

"Beban kerja yang berat, tekanan fisik, tingkat stress tinggi, dan makan tidak benar membuat jantung bekerja lebih keras," ujar Prof. Ari di Jakarta, Selasa (23/4).

Agar bisa bekerja dan tetap terjaga selama proses perhitungan suara, petugas KPPS, kata Prof. Ari mengonsumsi kopi. Kafein yang terkandung didalamnya, juga bisa menyebabkan jantung bekerja lebih keras, ditambah lagi kurang istirahat dan pola makan yang tidak teratur.

Di samping itu, jam bekerja normal seseorang maksimal 8 jam per hari, oleh karena itu melebihi 8 jam tidak disarankan.

Selain memicu human error (kesalahan), imbuhnya, pekerjaan yang terlampau panjang berisiko mengganggu kesehatan.

Kelelahan, kata Prof. Ari bisa berdampak buruk pada mereka yang berusia lanjut ataupun punya penyakit seperti hipertensi, diabetes dan lain-lain.

"Umumnya yang meninggal bukan usia muda. Secara fisik sudah ada permasalahan seperti sumbatan pada pembuluh darah itu bisa menyebabkan serangan jantung," imbuhnya.

Baca juga : KPU Serukan Salat Gaib untuk KPPS yang Meninggal Dunia

Menginat dampak dari pemilu serentak seperti itu, Ari mengimbau pada pemerintah dan DPR agar penyelenggaraan pemilu dievaluasi.

Apabila tidak memungkinkan, ia mengatakan sebaiknya petugas pemilu terutama tingkat KPPS diperbanyak jumlahnya sehingga mereka bisa bekerja secara shift (bergantian).

"Konsumsi makan dan minuman harus cukup dan pakai shift ada waktu istirahat jadi bergantian. Kelihatan pemilu dengan sistem serentak efektif tapi penyelenggara menjadi korban, memicu juga human error karena kelelahan," tukasnya.

Secara terpisah, Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F. Moeloek turut angkat bicara soal banyaknya petugas KPPS yang meninggal pasca penyelenggaraan pemilu.

Menkes mengatakan kelelahan dan stress yang rentan dialami penyelenggara pemilu bisa menyebabkan naiknya tekanan darah yang berujung pada serangan jantung.

Oleh karena itu, ia menyarankan pemeriksaan kesehatan pada penyelenggara pemilu terutama mereka yang dituntut bekerja tidak kenal waktu, menurut Menkes sebaiknya dibuat sistem kerja bergantian untuk menghindari kelelahan. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya