Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
RATUSAN Petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Pemilu 2019 dilaporkan meninggal dunia pasca penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) serentak.
Faktor kelelahan, asupan makanan yang tidak memadai serta kurang istirahat yang rentan dialami para penyelenggara pemilu berpotensi memicu serangan jantung, terutama mereka yang sudah berusia lanjut dan punya gangguan kesehatan.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Ari Fahrial Syams SpPD mengatakan fenomena banyaknya petugas KPPS yang meninggal diduga akibat kelelahan juga pernah terjadi pada pemilu 2009 lalu.
Saat itu, pemilu legislatif dilaksanakan secara bersamaan di sejumlah daerah. Kejadian tersebut berulang pada pemilu 2019.
Menurut Prof. Ari, pemilu seperti itu bisa menimbulkan masalah kesehatan pada penyelenggara pemilu terutama petugas KPPS. Mereka harus bekerja siang dan malam mempersiapkan pemilu, tidak hanya pada hari pemungutan suara.
"Beban kerja yang berat, tekanan fisik, tingkat stress tinggi, dan makan tidak benar membuat jantung bekerja lebih keras," ujar Prof. Ari di Jakarta, Selasa (23/4).
Agar bisa bekerja dan tetap terjaga selama proses perhitungan suara, petugas KPPS, kata Prof. Ari mengonsumsi kopi. Kafein yang terkandung didalamnya, juga bisa menyebabkan jantung bekerja lebih keras, ditambah lagi kurang istirahat dan pola makan yang tidak teratur.
Di samping itu, jam bekerja normal seseorang maksimal 8 jam per hari, oleh karena itu melebihi 8 jam tidak disarankan.
Selain memicu human error (kesalahan), imbuhnya, pekerjaan yang terlampau panjang berisiko mengganggu kesehatan.
Kelelahan, kata Prof. Ari bisa berdampak buruk pada mereka yang berusia lanjut ataupun punya penyakit seperti hipertensi, diabetes dan lain-lain.
"Umumnya yang meninggal bukan usia muda. Secara fisik sudah ada permasalahan seperti sumbatan pada pembuluh darah itu bisa menyebabkan serangan jantung," imbuhnya.
Baca juga : KPU Serukan Salat Gaib untuk KPPS yang Meninggal Dunia
Menginat dampak dari pemilu serentak seperti itu, Ari mengimbau pada pemerintah dan DPR agar penyelenggaraan pemilu dievaluasi.
Apabila tidak memungkinkan, ia mengatakan sebaiknya petugas pemilu terutama tingkat KPPS diperbanyak jumlahnya sehingga mereka bisa bekerja secara shift (bergantian).
"Konsumsi makan dan minuman harus cukup dan pakai shift ada waktu istirahat jadi bergantian. Kelihatan pemilu dengan sistem serentak efektif tapi penyelenggara menjadi korban, memicu juga human error karena kelelahan," tukasnya.
Secara terpisah, Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F. Moeloek turut angkat bicara soal banyaknya petugas KPPS yang meninggal pasca penyelenggaraan pemilu.
Menkes mengatakan kelelahan dan stress yang rentan dialami penyelenggara pemilu bisa menyebabkan naiknya tekanan darah yang berujung pada serangan jantung.
Oleh karena itu, ia menyarankan pemeriksaan kesehatan pada penyelenggara pemilu terutama mereka yang dituntut bekerja tidak kenal waktu, menurut Menkes sebaiknya dibuat sistem kerja bergantian untuk menghindari kelelahan. (OL-8)
Generasi Beta: Pahlawan atau korban revolusi teknologi? Mari kita bahas.
Dalam dekade terakhir, masyarakat Indonesia mulai akrab dengan dunia digital. Mulai dari kakek-nenek hingga cucu telah melek teknologi informasi.
Di era digital yang terus berkembang, transformasi digital bukan hanya sekadar tren. Itu telah menjadi kebutuhan mendesak dalam berbagai bidang, termasuk di bidang kesehatan.
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) adalah sebuah sistem digital yang dirancang khusus untuk membantu Puskesmas dalam mengelola berbagai informasi kesehatan.
Kalian harus perbanyak minum air putih. Air putih bermanfaat baik untuk kesehatan kulit. Dengan asupan cairan tubuh yang baik maka badan dan kulit menjadi terwat.
Putri Catherine dari Wales mengumumkan sedang menjalani kemoterapi pencegahan untuk mengobati kanker. Tapi apa itu kemoterapi pencegahan?
Pos Kesehatan Pemilu yang dibentuk Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, melayani 203 pasien yang mengalami masalah kesehatan.
SEORANG petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Kabupaten Bandung Barat meninggal dunia setelah bertugas pada Pemilu 2024.
SAMPAI Jumat (23/2), sebanyak 514 petugas pengawas pemilu di Jawa Barat mengalami gangguan kesehatan saat bertugas. Dari jumlah itu, 16 di antaranya meninggal dunia.
Berdasarkan informasi dari keluarganya, petugas tersebut memiliki riwayat dan keturunan penyakit kejiwaan
KURANG dari 200 hari lagi Indonesia akan menyelenggarakan pemungutan dan penghitungan suara Pemilu 2024 yang juga tercatat sebagai pemilu serentak satu hari terbesar di dunia.
Di masa pandem seperti sekarang. Masih ada waktu bagi KPPS untuk meyakinkan warga negara, untuk menggunakan hak pilihnya pada tanggal 9 Desember.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved