Headline

Pansus belum pastikan potensi pemakzulan bupati.

Produk Dalam Negeri Mampu Penuhi 50% Kebutuhan Alat Kesehatan

Indriyani Astuti
24/4/2019 10:45
Produk Dalam Negeri Mampu Penuhi 50% Kebutuhan Alat Kesehatan
Fasilitas Produksi Rapid Test Kimia Farma(MI/Indriyani Astuti)

INDONESIA masih mengimpor alat kesehatan dari luar negeri. Meski demikian, saat ini, produksi lokal alat kesehatan sudah mampu memenuhi kebutuhan rumah sakit sekitar 50%. Hal itu diutarakan Menteri Kesehatan Nila Moeloek ketika meresmikan Fasilitas Produksi Rapid Test Kimia Farma  yang  berlokasi di Jalan Cargo Taman II No. 9, Denpasar, Bali, Selasa (23/4). Hadir dalam acara itu Direktur Utama PT Kimia Farma (Persero) Tbk, Honesti Basyir.

"Kita sudah mampu membuat masker, tempat tidur pasien rumah sakit dan itu diimpor, dan alat suntik. Jadi sudah banyak dibuat di Indonesia tidak terlalu terlihat karena jumlah uang invetasinya mungkin tidak terlalu besar tapi sangat bermanfaat bagi pelayanan kesehatan," kata Menkes.

Ia menuturkan Presiden Joko Widodo menginginkan kemandirian dalam pengadaan alat kesehatan sehingga pemerintah mendorong investasi di bidang alat kesehatan.

Menkes mengakui industri di Indonesia tidak bisa sendiri dalam menghasilkan inovasi alat kesehatan. Oleh karena itu, harus ada kerja sama atau joint venture dengan produsen luar negeri sehingga alih teknologi bisa dilakukan.

Baca juga: Kedokteran Presisi Efektif Cegah Penyakit Genetik

Selain itu, perusahaan juga diminta bekerja sama dengan lembaga- lembaga penelitian seperti yang dilakukan PT Kimia Farma. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah dapat memproduksi secara massal alat rapid test (uji cepat) penunjang diagnostik untuk demam berdarah yaitu alat tes cepat deteksi antigen virus Dengue di serum darah.

Rapid Test Dengue merupakan tes kualitatif visual sederhana yang mendeteksi antigen virus Dengue dalam serum atau plasma manusia secara dini.

Menurut Menkes, alat seperti itu sangat dibutuhkan para dokter untuk menegakkan diagnostik penyakit seperti demam berdarah yang gejalanya hampir sama seperti demam tifoid atau tipes. Untuk menghindari kesalahan diagnosa, dibutuhkan pemeriksaan salah satunya dengan alat uji cepat.

Diagnosis klinis awal, dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien.

"Sekarang gejala DBD tidak spesifik. Keterlambatan diagnostik trombosit pasien sudah turun, terjadi pengenceran darah dan merembes ke mana-mana. Itu menyebabkan kematian. Dengan adanya rapid test, dokter-dokter langsung mengambil keputusan, kalau positif DBD pasien perlu dirawat atau tidak," tutur Menkes.

Menkes menjelaskan kit untuk uji cepat digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya antigen virus dalam sampel atau darah yang diuji.

Alat ini dapat digunakan di klinik, puskesmas maupun rumah sakit.

Produk alat kesehatan yang dihasilkan fasilitas Produksi Rapid Test Kimia Farma ialah test kit.

Manajer Plat Rapid Test Kimia Farma Wiji Julian mengatakan test kit dari Kimia Farma yang telah mendapat izin edar yaitu Test Kehamilan (hCG test), Tes Hepatitis (HBsAg test), Tes Sifilis, Tes Malaria, Tes Dengue (IgG/IgM test).

Sementara itu, test kit yang saat ini masih dalam pengembangan adalah HIV 1 & 2 Test, Drug Test yang terdiri atas Morphine Test, Cocaine Test, Marijuana Test, Amphetamine Test, Methamphetamine Test, Ecstasy Test, dan Benzodiazepine Test.

Saat ini, Kimia Farma juga sedang melakukan pengembangan bahan baku test kit untuk antibodi monoklonal lokal bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk Dengue NS1 dan Universitas Andalas untuk antibodi monoklonal lainnya beserta reagensia. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya