Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Satu dari Tiga Orang Indonesia Kelebihan Berat Badan

Indriyani Astuti
10/4/2019 17:01
Satu dari Tiga Orang Indonesia Kelebihan Berat Badan
Ilustrasi(Dok.MI)

ANGKA obesitas pada orang dewasa di Indonesia dengan menggunakan perhitungan indeks masa tubuh lebih dari 25, yakni 35,4% dari total populasi atau satu dari tiga orang Indonesia menyandang obesitas atau obesitas sentral.

Berdasarkan data riset kesehatan dasar (riskesdas) pada 2007 obesitas pada orang Indonesia sebesar 10,5%, kemudian pada 2013 naik menjadi 14,8% dan pada 2018 menjadi 21,8%. Artinya satu dari lima orang Indonesia menderita diabetes jika mengacu pada ukuran indeks massa tubuh lebih dari 27.

Namun, angka obesitas pada orang dewasa di Indonesia lebih besar lagi jika menggunakan perhitungan indeks masa tubuh lebih dari 25 yakni 35,4% dari total populasi atau satu dari tiga orang Indonesia menyandang obesitas atau obesitas sentral.

DR. Dicky L. Tahapary SpPD dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjelaskan meningkatnya tren obesitas di kalangan penduduk disebabkan salah satunya oleh faktor perilaku dan gaya hidup. Asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh, imbuhnya, tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup. Selain itu, obesitas juga dipengaruhi oleh faktor kultural seperti mudahnya akses terhadap makanan atau minuman tinggi gula, serta anggapan masyarakat bahwa obesitas bukan penyakit.

"Obesitas juga bisa disebabkan oleh faktor genetik, gangguan hormonal seperti pada pasien hipotiroid. Tetapi lebih banyak disebabkan karena perilaku," terangnya dalam acara Seminar Awam dan Media mengenai Obesitas dan Diabetes yang diselenggarakan oleh FKUI di Gedung IMERI, FKUI, Kampus Salemba, Jakarta, pada Rabu (10/4).

Baca juga: Jumlah Kasus Obesitas Meningkat Satu Dekade Terakhir

Obesitas, terang dr. Dicky umumnya terjadi ketika asupan makanan yang dimakan melebihi kebutuhan tubuh, maka cadangan lemak akan disimpan di jaringan lemak subtukan (bawah kulit) dan jaringan lemak visceral (bagian dalam) seperti perut.

Hal yang dikhawatirkan dari obesitas ialah komplikasi yang dapat terjadi seperti stroke, penyakit jantung, gangguan paru-paru seperti asma, gangguan saluran cerna misalnya risiko kenaikan asam lambung, serta gangguan pada ginjal.

Obesitas, ujarnya, dapat dicegah dengan melakukan perubahan gaya hidup seperti menjaga pola makan, rutin mengonsumsi makanan sehat dan seimbang, rutin aktivitas fisik dan melakukan pemeriksaan kesehatan setiap tiga bulan sekali.

Pada kesempatan yang sama, dr. Dyah Purnamasari SpPD, KEMD dari FKUI menjelaskan obesitas berkolerasi dengan diabetes tipe II dan kadar kolestrol yang tinggi dalam darah. Timbunan kandungan lemak yang tinggi dalam darah, akan menggangu kerja insulin.

Resistensi insulin menyebabkan sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan gula darah dengan baik sehingga menyebabkan seseorang menderita diabetes tipe II.

Di samping itu, timbunan lemak pada darah juga menyebabkan plak pada pembuluh darah dan berdampak pada gangguan fungsi organ sehingga menimbulkan komplikasi kronik. Oleh karena itu, orang dengan obesitas bisa mengalami sindrom metabolik akibat hal-hal itu.

"Seiring berjalannya waktu, orang yang mengalami obesitas bisa terkena komplikasi kronik yang menganggu organ-organ dalam tubuhnya," terangnya.

dr. Dyah memaparkan penelitian yang dilakukan FKUI di Makassar pada 2018 lalu dan sudah dipublikasikan dalam jurnal internasional Medica, menunjukan bahwa anak kandung penyandang diabetes berisiko memiliki obesitas sentral lebih besar aytau 19 kali lebih.

Dari hasil penelitian yang melibatkan 128 subjek usia 16-24 tahun itu juga diketahui anak kandung penyandang diabetes berisiko mengalami gangguan hormon insulin 10 kali lebih banyak dibandingkan subjek yang orang tuanya tidak mempunyai riwayat diabetes.

"Anak-anak yang berisiko ini jangan sampai menjadi obesitas karena sudah ada kerentanan genetik dari orang tuanya," terang dr. Dyah. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya