Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Ini yang Harus Dilakukan Jika Digigit Hewan Penular Rabies

Indriyani Astuti
07/3/2019 09:00
Ini yang Harus Dilakukan Jika Digigit Hewan Penular Rabies
(ANTARA/Muhammad Adimaja.)

RABIES adalah penyakit yang mengerikan karena dapat menyebabkan kematian pada manusia dan hewan. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menjelaskan hewan pembawa rabies tidak hanya anjing, tapi kera dan kucing juga termasuk hewan pembawa penyakit tersebut.

Dikatakannya, hal pertama yang harus dilakukan dalam penanganan kasus gigitan hewan penular rabies ialah mencuci luka dengan sabun selama 15 menit.

Tidak hanya gigitan, jilatan, cakaran juga harus diwaspadai dan dicuci. Tujuan mencuci luka untuk membunuh virus rabies yang berada di sekitar luka.

“Pencucian luka gigitan dengan menggunakan air dan sabun selama kurang lebih 15 menit. Pencucian ini hal yang sangat penting dan harus segera dilakukan setelah terjadi pajanan, ” kata Nadia melalui siaran pers, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Universitas Sahid Kunjungi Perusahaan Peduli Sampah di Purwakarta

Setelah itu, korban diberikan antiseptik untuk membunuh virus rabies yang masih tersisa di sekitar luka gigitan. Antiseptik yang dapat diberikan di antaranya povidon iodine, alkohol 70%, dan zat antiseptik lainnya.

Selanjutnya, pemberian Vaksin Antirabies (VAR) dan Serum Antirabies (SAR) pada korban.

VAR dan SAR bisa didapat di rumah sakit. Tujun pemberian VAR dan SAR untuk membangkitkan sistem imunitas dalam tubuh terhadap virus rabies dan diharapkan antibodi yang terbentuk akan menetralisasi virus rabies.

VAR diberikan pada hari ke-0  (setelah digigit) sebanyak 2 dosis (pada lengan kanan & kiri), hari ke-7 sebanyak 1 dosis (pada lengan kanan/kiri) dan hari ke-21 sebanyak 1 dosis (pada lengan kanan/kiri).

Sedangkan SAR diberikan bersamaan dengan pemberian VAR pada hari ke-0 secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin, lalu sisanya disuntikkan.

"Namun bila virus rabies telah mencapai susunan saraf pusat, pemberian vaksin antirabies tidak akan memberikan manfaat lagi," terang Nadia.

Jika virus sudah menyerang saraf, Nadia menjelaskan ada gejala klinis yang muncul seperti gejala radang otak akut (encephalitis) yang diikuti hiperaktifitas, kejang, atau kelumpuhan (paresis/paralisis), dan terjadi koma. Penderita dapat meninggal disebabkan gagal pernafasan pada hari ke 7 hingga 10 sejak timbul gejala pertama (onset).

Selain itu, menurutnya, masyarakat juga harus mengetahui dua kondisi luka akibat rabies, yakni luka risiko tinggi seperti jilatan atau luka pada mukosa, luka di atas daerah bahu (leher, muka dan kepala), luka pada jari tangan dan jari kaki, luka di area genitalia, luka yang lebar dan dalam. Untuk kategori itu perlu diberikan VAR dan SAR.

Ada pula luka berisiko rendah, seperti jilatan pada kulit terbuka atau cakaran/gigitan kecil yang menimbulkan luka lecet di area badan, tangan dan kaki yang tidak banyak persyaratan. Untuk kategori itu hanya diberikan VAR.

“Penanganan pada kasus gigitan hewan penular rabies bertujuan mencegah rabies pada manusia,” kata Nadia.

Masyarakat harus mengetahui seperti apa hewan yang terkena virus rabies. Tanda rabies pada hewan sangat bervariasi, seperti adanya perubahan tingkah laku.

Perubahan perilaku itu hewan tunjukkan dengan mencari tempat yang dingin dan menyendiri, agresif atau menggigit benda-benda yang bergerak termasuk menggigit pemiliknya.

Selain itu juga perilaku hewan tersebut bisa ditandai dengan memakan benda-benda yang tidak seharusnya menjadi makanannya, hiperseksual, mengeluarkan air liur berlebihan, kejang-kejang, paralisis/lumpuh dan akan mati dalam waktu 14 hari, namun umumnya mati pada 2-5 hari setelah tanda-tanda tersebut terlihat. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik