Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Tiga Film Terbaik Ditampilkan di Festival Kopi Nusantara 2019

Tosiani
22/1/2019 15:35
Tiga Film Terbaik Ditampilkan di Festival Kopi Nusantara 2019
(MI/Tosiani )

PANITIA Festival Kopi Nusantara menampilkan tiga film terbaik dari Festival Film Kopi 2017 di hari perrama Festival Kopi Nusantara 2019 di halaman Kantor Media Indonesia, Kedoya, Jakarta Barat, Selasa (22/1). 

Festival ini termasuk rangkaian kegiatan untuk memperingati HUT ke-49 Media Indonesia.

Tiga film tersebut adalah 'Manual Kopi Brew' karya Eudia Widya Lestari, film 'Tekad' karya Takdir Alisyahbana, dan film 'Kutang' karya Baso Dzulkifli.

"Festival kopi ini tujuannya agar Indonesia punya library tentang kopi melalui festival film. Festival film kopi akan diadakan dua tahun sekali,"terang Direktur Festival Kopi Roes Nurtiyono, di sela pemutaran film Manual Kopi Brew.

Dijelaskan, pada awal 2017 terdapat sekitar 100-an film menjadi peserta festival film kopi. Setelah dilakukan kurasi, didapat 15 film terdiri dari kategori fiksi dan dokumenter. Lalu dari kurasi itu dijurikan menjadi tiga pemenang, yakni Manual Kopi Brew, Tekad, dan Kutang.

 

Baca juga: Jonan Nikmati Kopi di Festival Kopi Media Indonesia

 

Manual kopi brew memiliki durasi putar 19 menit. Karya Eudia Widya Lestari dengan kategori dokumentary ini merupakan pemenang film kopi 2017 di Dbrist. Film ini menampilkan geliat kopi dari tahun ke tahun sejak 2017. Berisi testimoni petani dan barista.

"Dulu kopi ekslusif penikmatnya, sekarang masyarakat Indonesia bisa menikmati kopi," kata Roes.

Film Tekad berdurasi 9 menit. Film karya Takdir Alisyahbana ini merupakan pemenang mention juri via instagram. Tekad bercerita tentang bagaimana kopi mampu menghidupi masyarakat. Film ini menampilkan tokoh seorang anak Sekolah Dasar bisa sekolah dari hasil petik kopi.

Adapun film Kutang adalah best fiksi dari Makasar. Film kutang berdurasi 12 menit dan 19 detik. Fiksi karya Baso Dzulkifli ini mengambil latar belakang seorang pasangan manula yang sangat merindukan punya anak.

"Kemudian kepenatan dari si suami dapat sedikit hilang setelah istrinya menyediakan kopi. Pesan yang disampaikan, kopi dapat menghibur masyarakat," katanya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya