Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

ARCH:ID 2025 Hadirkan Jejak Pemikiran Pak Danis, Arsitek Kota yang Menginspirasi

Media Indonesia
18/6/2025 10:55
ARCH:ID 2025 Hadirkan Jejak Pemikiran Pak Danis, Arsitek Kota yang Menginspirasi
Ilustrasi(Dok ARCH:ID 2025)

ARCH:ID, sebagai platform tahunan bagi para arsitek Indonesia, kembali menghadirkan ruang pertemuan, kolaborasi, dan apresiasi dalam ARCH:ID yang digelar di ICE BSD, Tangerang, Banten pada 8-11 Mei 2025 di ICE BSD. Tahun ini, ARCH:ID memberikan penghormatan khusus kepada sosok yang telah mewarnai perjalanan arsitektur dan tata kotaIndonesia, Pak Danis. 

Siapa Pak Danis? Pak Danis merupakan sapaan akrab bagi Prof. (Em. ITB) Ir. Mohammad Danisworo, M.Arch., MUP, Ph.D. Bukan sekadar seorang arsitek, Pak Danis adalah pemikir kotayang visinya telah menuntun banyak arah pembangunan perkotaan di Indonesia. Ia dikenal melalui karya, kritik, dan gagasan yang melampaui bentuk fisik bangunan, dan menyentuhaspek kemanusiaan, ekonomi, dan budaya ruang kota. 

Program Director ARCH:ID 2025, Ar. Firman Herwanto, IAI, menjelaskan sosok Pak Danis sangat layak untuk diangkat karena kontribusinya. “Pak Danis adalah sosok sentral dalam perkembangan perkotaan dan arsitektur di banyak kota di Indonesia, melalui karya, kritik, maupun rekomendasinya bagi pengembangan kawasan dan arsitektur,” ujar Firman.

Pameran ini menyajikan napak tilas yang merekam jejakpemikiran dan perjalanan karier Pak Danis, mulai dari dindingtimeline yang menampilkan kiprahnya, hingga kutipan reflektif di awal area pameran yang berbunyi: “Arsitektur adalahmanifestasi tanggung jawab arsitek dalam perubahanperadaban masyarakat ke arah yang lebih baik.” Kutipan ini menjadi pengantar bagi pengunjung untuk menelusuri lebihdalam gagasan besar yang ia tinggalkan.

Salah satu elemen paling menarik pengunjung diajak untuk membaca empat buah puisi karya Pak Danis yang pernah dimuat dalam buku ITB Berpuisi. Keempat puisi ini menyuarakan pemikirannya bahwa kota adalah cerminan peradaban yang terbentuk dari proses panjang interaksi sosial, ekonomi, politik, dan budaya. Dalam wajah kota—termasuk kampung dan jalan—terpancar dinamika dan kontradiksi yang justru perlu dipahami, bukan disingkirkan, demi mewujudkan kota Indonesia yang adil, manusiawi, dan berjati diri.

Tak hanya sisi intelektual, pameran ini juga menampilkan cabinet of curiosity berupa loker yang berisi trivia mengenai kehidupan pribadi dan profesional Pak Danis. Pengunjung diajak mengenal sosok Pak Danis secara lebih intim, dari masa kecilnya, inspirasinya menjadi arsitek, sampai dengan perspektifnya dalam mengumpulkan referensi dalam ruang kota selama perjalanannya. 

Menjadi Magnet Utama Pengunjung

Antusiasme pengunjung, khususnya mahasiswa dan arsitek muda, sangat terasa di lokasi. Salah satu lulusan Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Bandung, Alicia Elena mengaku sangat terkesan dengan pameran ARCH:ID. 

“Banyak story yang selama ini cuma saya dengar sepotong-sepotong saja. Tapi di pameran, saya bisa jadi lebih mengenal sosok hebat Pak Danis lewat pojok biografinya. Saya senang bisa melihat banyak karya Pak Danis, apalagi ada sentuhan personal dari sosok Pak Danis yang dituangkan dalam bentuk puisi,” ujar Elena.  
 
Rekan-rekan sejawat yang hadir pun memberikan testimoni penuh hormat terhadap warisan pemikiran Pak Danis. Heru Absoro, yang saat menjabat di Dinas Tata Kota DKI Jakartapernah bekerja sama dengan Pak Danis, menyebutkan bahwakeunggulan Pak Danis adalah kemampuannya membawa arsitektur ke dalam pembahasan tiga dimensi, termasuk aspekekonomi kota yang sering diabaikan oleh arsitek muda. “Keuntungan arsitek adalah bisa membahas konsep sampai 3 dimensi,” tuturnya saat mengenang Pak Danis.

Sementara itu, Dr. Ir. Ar. Woerjantari K. Soedarsono, M.T., IAI, GP, dosen SAPPD ITB sekaligus mantan murid Pak Danis, mengenang pengalaman berharga saat ia diajak mendalami kawasan pejalan kaki di Jalan Thamrin. “Pak Danis membuka wawasan kami bahwa arsitek tak bisa berkacamata kuda—semua elemen kota saling terkait,” tuturnya.

Melalui pameran ini, ARCH:ID 2025 tidak hanya memberikan penghormatan tetapi juga ajakan untuk meneruskan semangat Pak Danis—membangun kota yang memanusiakan manusia. Kiprahnya telah menyentuh kehidupan banyak orang, baik dalam profesinya sebagai arsitek dan ahli rancang kota, maupun dalam interaksinya sehari-hari. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya