Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
Indonesia saat ini tengah memperjuangkan seni musik tradisional keroncong untuk mendapatkan pengakuan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari UNESCO. Syarat pengakuan UNESCO antara lain warisan budaya tersebut harus didukung oleh komunitas serta memiliki akar dan dipertahankan komunitas terkait.
Hal inilah menjadi salah satu latar belakang Lembaga Irama Nasional Indonesia dan Asosiasi Seniman Tari Indonesia (ASETI) menciptakan terobosan kreatif dengan menciptakan pola gerak dari tari pergaulan atau biasa disebut Social Dance dengan menggunakan musik keroncong sebagai irama asli Indonesia.
"Awalnya kita merasa adanya pengaruh luar yang sangat masif, dalam social dance. Di kita sendiri belum ada yang berinisiatif mengambil potongan-potongan budaya dari daerh untuk dijadikan identitas,"jelas Lembaga Irama Nasional Indonesia Rudy Octave ketika ditemui di Museum Layang-Layang Jakarta.
"Kita melihat di negara lain ada identitas nasional, kalau argentina ada tango, kalau brasil ada samba. Kita harus punya identitas nasional. Banyak tarian daerah tapi bukan tarian nasional," kata Rudy,
Di sisi lain, penamaan, kodifikasi, dan pendokumentasian yang baik terhadap semua nama irama asli di Indonesia belum dilakukan secara lengkap, baik itu pada musik tradisi nusantara maupun pada irama musik yang lahir, tumbuh, dan berkembang di wilayah nusantara.
"Kita punya banyak irama yang tidak pernah dicatatkan. Belum tentu anak sekarang tahu irama keroncong itu apa, jadi kita mau menyosialisasikan irama keroncong ke anak muda supaya mengenal,"lanjutnya.
LINI dan ASETI menciptakan terobosan kreatif dengan menciptakan pola ragam dasar gerak tari dari lagu “Tari Keroncong Nusantara” yang diluncurkan bertepatan dengan momentum Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2025 di Museum Layang-Layang. Ragam gerak diciptakan oleh seniman tari Gita Novia, Atien Kisam, Aty Widyawaty, dan Wahyuni Dauly.
Agar ragam gerak tari dari lagu tersebut lebih dikenal maka akan dilakukan sosialisasi lewat lomba tari keroncong. "Kita juga meminta bantuan pemerintah terutama Kementerian Kebudayaan agar ragam gerak tari dan lagu ini dapat dikembangkan ke daerah," jelas Rudy.
Ia mengatakan, ragam gerak dan lagu ini dapat ditarikan line dancer. "Bisa juga ditarikan untuk mengiringi senam aerobik. Kita sediakan dua versi, yang keroncong dan remix," jelasnya.
Sementara itu, Ketua ASETI Agustina Rochyanti menegaskan pihaknya mendukung pengajuan keroncong sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. "Karya tari inovatif ini upaya LINI dan ASETI untuk ikut berperan dalam mendukung negara untuk mendaftarakan keroncong ke tingkat dunia. Ke depan setelah peluncuran ini, kita akan perkenalkan ke publik melalui workshop, bisa melalui kompetisi, bedah karya, banyak sekali. Kita bisa turun ke komunitas karena kami sendiri ada dewan pengurus di 23 provinsi dan kabupaten kota," kata Agustina
Pada kesempatan yang sama, Wahyu Listiyaningsih dari Direktorat Film, Musik, dan Seni Kementerian Kebudayaan menyampaikan apresiasinya atas perhatian LINI dan ASETI pada perkembangan seni tari dan musik keroncong. "Ini sangat menginspirasi. Kami sangat mengapresiasi dan mendukung penuh kegiatan yang digagas LINI dan ASETI. Kami harap kegiatan ini tidak berhenti sampai di sini saja dan berkelanjutan sebagai upaya untuk mendorong pengajuan musik keroncong di UNESCO," pungkasnya.(H-2)
Langkah ini sebagai bentuk dukungan pengajuan keroncong untuk mendapatkan pengakuan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari UNESCO.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved