Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

"Bila Esok Ibu Tiada": Ketika Duka dan Penyesalan Menyatu dalam Film

Melani Pau
09/11/2024 11:00
Aktris Ardinia Wirasti berbagi pengalamannya menghidupkan karakter anak sulung yang berduka dalam film "Bila Esok Ibu Tiada," garapan sutradara Rudy Soedjarwo. (MI/Melani)

AKTRIS Ardinia Wirasti mengaku senang bisa mengeksplorasi emosinya ketika memerankan anak sulung dalam film "Bila Esok Ibu Tiada". Hal itu dikemukakan Ardinia dan sutradara Rudy Soedjarwo saat berbincang dengan Media Indonesia, Jumat (8/11). 

“Yang dieksplor sebenarnya banyak sekali ya, karena menariknya di sini, Mas Rudy memberi kami kebebasan penuh untuk berekspresi,” tutur Ardinia. "Emosinya sederhana, yaitu tentang 'grief'—atau bagaimana kita hidup dalam duka. Mas Rudy sering bilang, 'Kamu mau buat apa soal emosi ini? Kalau sudah tahu, kasih tahu, dan aku akan frame it.' Dengan begitu, kami semua ditantang untuk benar-benar menghidupkan karakter."

Ardinia menambahkan, salah satu elemen yang membuat aktingnya terasa natural adalah set rumah yang menyerupai rumah keluarga sesungguhnya. “Kami dibebaskan ‘bermain’ di rumah kami, dan eksplorasinya kompleks tapi tetap terasa karismatik,” ungkapnya. 

Rudy sebagai sutradara juga mendukung kedalaman emosi ini dengan proses reading yang intensif. Mereka punya lebih dari sebulan untuk bongkar pasang adegan—memecah, menyusun ulang, menulis ulang skrip untuk menemukan dinamika yang pas. “Setiap adegan kami simulasi berkali-kali. Kalau enggak work, ya, rombak lagi sampai benar-benar membentuk fondasi emosi yang kuat,” jelas Ardinia.

Mengenai emosi yang paling banyak diangkat, Ardinia menjelaskan ekspektasi menjadi fondasi dari rangkaian perasaan yang kompleks dalam film ini. 

“Ekspektasi bukan emosi sih sebenarnya, tapi dari situ, muncul berbagai emosi yang memperlihatkan bagaimana para karakter merespon ekspektasi tersebut,” kata Ardinia. Ekspektasi yang tak terpenuhi bisa membawa penonton masuk dalam situasi yang penuh konflik dan kesedihan.

Di sisi lain, Rudy mengungkapkan harapannya agar film ini mampu membawa penonton pada rasa kehilangan yang begitu mendalam, bahkan hingga terasa sesak. “Kalau saya sih ingin penonton merasakan duka yang ‘nyesek’. Penyesalan yang bikin sesak. Level sedihnya mungkin bisa beda-beda tiap penonton, tapi yang saya harapkan adalah munculnya rasa ‘sesak’ itu tadi,” ungkap Rudy. 

"Bila Esok Ibu Tiada" tidak hanya menyajikan drama tentang kehilangan, tetapi juga merangkai spektrum emosi yang kompleks dan dekat dengan kehidupan nyata. Dengan sentuhan khas Rudy Soedjarwo dan eksplorasi mendalam dari Ardinia Wirasti, film ini diharapkan mampu menggugah emosi terdalam dari setiap penontonnya. (Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya