Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
AKTRIS Ardinia Wirasti mengaku senang bisa mengeksplorasi emosinya ketika memerankan anak sulung dalam film "Bila Esok Ibu Tiada". Hal itu dikemukakan Ardinia dan sutradara Rudy Soedjarwo saat berbincang dengan Media Indonesia, Jumat (8/11).
“Yang dieksplor sebenarnya banyak sekali ya, karena menariknya di sini, Mas Rudy memberi kami kebebasan penuh untuk berekspresi,” tutur Ardinia. "Emosinya sederhana, yaitu tentang 'grief'—atau bagaimana kita hidup dalam duka. Mas Rudy sering bilang, 'Kamu mau buat apa soal emosi ini? Kalau sudah tahu, kasih tahu, dan aku akan frame it.' Dengan begitu, kami semua ditantang untuk benar-benar menghidupkan karakter."
Ardinia menambahkan, salah satu elemen yang membuat aktingnya terasa natural adalah set rumah yang menyerupai rumah keluarga sesungguhnya. “Kami dibebaskan ‘bermain’ di rumah kami, dan eksplorasinya kompleks tapi tetap terasa karismatik,” ungkapnya.
Rudy sebagai sutradara juga mendukung kedalaman emosi ini dengan proses reading yang intensif. Mereka punya lebih dari sebulan untuk bongkar pasang adegan—memecah, menyusun ulang, menulis ulang skrip untuk menemukan dinamika yang pas. “Setiap adegan kami simulasi berkali-kali. Kalau enggak work, ya, rombak lagi sampai benar-benar membentuk fondasi emosi yang kuat,” jelas Ardinia.
Mengenai emosi yang paling banyak diangkat, Ardinia menjelaskan ekspektasi menjadi fondasi dari rangkaian perasaan yang kompleks dalam film ini.
“Ekspektasi bukan emosi sih sebenarnya, tapi dari situ, muncul berbagai emosi yang memperlihatkan bagaimana para karakter merespon ekspektasi tersebut,” kata Ardinia. Ekspektasi yang tak terpenuhi bisa membawa penonton masuk dalam situasi yang penuh konflik dan kesedihan.
Di sisi lain, Rudy mengungkapkan harapannya agar film ini mampu membawa penonton pada rasa kehilangan yang begitu mendalam, bahkan hingga terasa sesak. “Kalau saya sih ingin penonton merasakan duka yang ‘nyesek’. Penyesalan yang bikin sesak. Level sedihnya mungkin bisa beda-beda tiap penonton, tapi yang saya harapkan adalah munculnya rasa ‘sesak’ itu tadi,” ungkap Rudy.
"Bila Esok Ibu Tiada" tidak hanya menyajikan drama tentang kehilangan, tetapi juga merangkai spektrum emosi yang kompleks dan dekat dengan kehidupan nyata. Dengan sentuhan khas Rudy Soedjarwo dan eksplorasi mendalam dari Ardinia Wirasti, film ini diharapkan mampu menggugah emosi terdalam dari setiap penontonnya. (Z-3)
Rudy Soedjarwo dan Ardinia Wirasti berbagi kenangan pesan dari ibu mereka yang menginspirasi mereka dalam kehidupan.
Dalam film "Bila Esok Ibu Tiada", Christine Hakim dipercaya memerankan karakter Ibu, yang menurut sutradara Rudy Soedjarwo memiliki karisma kuat yang tidak mudah ditemukan pada aktris lain.
Kembalinya Ardinia Wirasti dan Rudy Soedjarwo dalam satu proyek film setelah sekian lama menandai kolaborasi yang lebih matang dan penuh kepercayaan.
Film "Bila Esok Ibu Tiada" karya Rudy Soedjarwo membawa pesan tentang pentingnya sosok ibu dalam kehidupan dan mengingatkan kita untuk lebih menghargai waktu bersamanya.
Leo Pictures mengumumkan beberapa judul proyek terbaru mereka mulai dari film hingga serial. Salah satunya adalah film berjudul Bila Esok Ibu Tiada.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved