Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
FILM horor Siksa Kubur karya sutradara Joko Anwar meraih nominasi terbanyak di Festival Film Indonesia (FFI) 2024, sebanyak 17 nominasi. Pengumuman nominasi FFI 2024 dilakukan di Yogyakarta dan disiarkan secara daring di akun Instagram dan kanal Youtube FFI pada Jumat (18/10) malam.
Dari 17 nominasi tersebut, Siksa Kubur di antaranya masuk nominasi film terbaik, sutradara terbaik (Joko Anwar), pemeran utama wanita terbaik (Faradina Mufti), pemeran utama pria terbaik (Reza Rahadian), dan penulis skenario asli terbaik (Joko Anwar). Siksa Kubur juga memboyong nominasi pemeran pendukung pria terbaik (Slamet Rahardjo) dan pemeran pendukung wanita terbaik (Widuri Puteri).
Raihan 17 nominasi dari total 23 nominasi FFI juga pernah diraih oleh Budi Pekerti (Wregas Bhanuteja), Perempuan Tanah Jahanam (Joko Anwar), dan Penyalin Cahaya (Wregas Bhanuteja).
Menyusul Siksa Kubur, pada FFI 2024 raihan nominasi terbanyak kedua diisi oleh film Kabut Berduri karya Edwin. Film ini juga masuk dalam nominasi utama seperti film terbaik, sutradara terbaik, pemeran utama wanita terbaik (Putri Marino), pemeran utama pria terbaik (Yoga Pratama), dan penulis skenario asli terbaik (Ifan Ismail). Kabut Berduri juga meraih nominasi pemeran pendukung pria terbaik (Lukman Sardi).
Sementara, Jatuh Cinta Seperti di Film-Film (Jesedef) karya Yandy Laurens meraih 11 nominasi FFI 2024 juga mendapat nominasi kategori utama di film terbaik, sutradara terbaik, pemeran utama wanita terbaik (Nirina Zubir), pemeran utama pria terbaik (Ringgo Agus Rahman), dan penulis skenario asli terbaik (Yandy Laurens). Jesedef juga mendapat nominasi untuk pemeran pendukung terbaik untuk pria dan wanita, lewat peran Alex Abbad dan Sheila Dara.
“Tahun ini jumlah karya yang didaftarkan mengalami kenaikan signifikan. Ini menunjukkan antusiasme luar biasa dari pembuat film untuk berpartisipasi di FFI 2024. Sistem penjurian melibatkan berbagai komponen ekosistem baik seleksi awal, perwakilan asosiasi film, anggota Akademi Citra, juri nominasi maupun Dewan Juri Akhir,” kata Ketua Komite Bidang Penjurian FFI 2024 Budi Irawanto dalam pembukaan pengumuman malam nominasi FFI 2024 yang disiarkan di Youtube FFI, Jumat (18/10).
“Secara umum ada peningkatan kualitas dalam teknis, keberanian menjelajahi beragam tema, serta kesadaran mengangkat wacana yang penting melalui medium film. Dengan demikian ada upaya dari para pembuat film untuk mengasah sensibilitas dan memperluas horizon pengetahuan masyarakat dan budaya Indonesia,” lanjut Budi.(M-3)
Penayangan kembali Jatuh Cinta Seperti di Film-Film di bioskop merupakan bentuk apresiasi terhadap prestasi film di FFI 2024, bukan hanya untuk menambah jumlah penonton.
RINGGO Agus Rahman berhasil memenangkan Piala Citra pertamanya dalam kariernya di industri perfilman setelah berhasil menjadi pemenang pada ajang FFI 2024.
FILM Jatuh Cinta Seperti di Film-Film menjadi yang terbanyak memenangkan Piala Citra FFI 2024. Total, film tersebut berhasil membawa pulang 7 Piala Citra.
Pemenang FFI dari mulai kategori sutradara terbaik hingga Piala Antemas
“Ini membanggakan untuk kami semua karena akhirnya membuktikan, sebuah film itu it’s a teamwork,"
“Wah jujur kami siap kalah. Menang itu yang nggak siap. Karena tidak menyiapkan apa-apa. Pidato juga nggak ada,"
Film yang dibintangi Putri Marino itu berada di peringkat tiga di daftar Global Film Non-Berbahasa Inggris dan telah ditonton sebanyak 3,7 juta kali hanya dalam empat hari setelah tayang.
FILM orisinal Netflix Indonesia terbaru, Kabut Berduri, dari sutradara ternama Edwin mulai tayang pada Kamis, 1 Agustus 2024. Diproduksi bersama Palari Films, film thriller kriminal ini
FILM Kabut Berduri berkisah tentang polisi-polisi yang menyelidiki kasus serangkaian pembunuhan mengerikan yang terjadi di sepanjang perbatasan Indonesia – Malaysia.
Film Kabut Berduri tayang hari ini, 1 Agustus 2024, di Netflix.
Ide tentang Kabut Berduri lahir dari riset yang dilakukan antropolog Dave Lumenta, pada era 2000-an.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved