SINEAS muda Dina Subono tengah membuat film pendek berjudul Cintanya Cinta Raga. Sebagai sutradara, dia mengingatkan bahwa kepedulian, cinta, dan kasih sayang dari keluarga maupun lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik dan mental seseorang.
“Orang-orang yang kurang kasih sayang secara perlahan akan memiliki alexithymia. Satu kondisi yang mengganggu kemampuan mengekspresikan emosi. Bahkan bisa jadi penyimpangan sosial,” ungkap Dina Subono di lokasi shooting film pendek Cintanya Cinta Raga di Kompleks TNI-AL Kebon Pala, Jakarta Timur, Minggu (19/3).
Film Cintanya Cinta Raga merupakan nukilan kedua selepas film pendek yang disutradarainya bertajuk Tiga Mata masuk jajaran The Top 60 Finalists Indonesian Short Film Festival (ISFF) SCTV 2016.
Melalui keterangannya hari ini, Dina mengatakan film sebagai bentuk pengekspresian momen estetis. Juga, sebagai sarana kreatif menuangkan ide dengan segala bentuk visualisasi.
“Di saat film besar (bioskop) kurang leluasa menampung gagasan, film pendek jadi alternatif. Melalui film pendek, kita tidak dibatasi skema industri yang cenderung berorientasi pasar (dagang),” kata putri (Alm) Kepala Staf TNI AL ke-7 Laksamana TNI (Purn) Ricardus Subono ini.
Baca juga: Family Time Berikan Rasa Nyaman dan Membangun Karakter Anak
Film Cintanya Cinta Raga ini ceritanya ditulis Dina Subono, sekaligus bertindak sebagai sutradara, penyunting gambar dan produser. Penata sinematografi yakni Yudho Budhi Laksono, produser eksekutif Ramacanaa, co produser Chepyboy, dan koordinator pemain Rhena.
Sejumlah pemeran yang terlibat dalam film ini antara lain Halilintar Saragih, Dinda Arinie, Ramacanaa, Maghy Ari, Akbar Arab, Felix Halim, Marlina Eva Marpaung, Arivan Yoga, dan Febriansa.
“Mereka para sineas, aktor serta aktris profesional yang juga banyak terlibat produksi dan membintangi beberapa film dan sinetron,” jelas sutradara yang juga konsultan hukum ini.
Perkembangan teknologi, lanjut Dina, melahirkan platform OTT (over the top) atau VOD (video on demand) yang berpeluang untuk mendistribusikan film pendek yang selama ini ruang distribusinya terbatas.
Kehadiran platform tersebut menjadi medium baru bagi insan perfilman Tanah Air, termasuk film pendek. Film-film ini semakin dikenal publik, tidak hanya beranjak dari satu festival ke festival lainnya.
"Film pendek memiliki kesempatan dan masa depan luas, terutama untuk masuk di OTT yang bisa diakses hingga mancanegara. Itu sebabnya film ini memakai bahasa Inggris, selain karena ingin nuansa yang berbeda,” pungkas Dina optimistis. (RO/S-2)