Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Pandemi Covid-19 Tantangan Bagi Kreator Seni

Mediaindonesia.com
23/8/2020 20:45
Pandemi Covid-19 Tantangan Bagi Kreator Seni
Adi Putra saat menerima penghargaan 74 Ikon Pancasila dari BPIP di De Tjolomadoe, Solo, Jawa Tengah pada 19 Agustus 2019.(Istimewa)

SETAHUN silam, tepatnya, 19 Agustus 2019, Adi Putra masuk dalam daftar 74 Tokoh Ikon Apresiasi Pancasila 2019. Dia mendapatkan penghargaan dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dalam rangka menyambut hari kemerdekaan ke-74 Republik Indonesia yang penghargaannya diberikan di De Tjolomadoe, Solo, Jawa Tengah pada 19 Agustus 2019.

Bagaimana kabar Adi Putra dan kesibukannya di masa pandemi Covid-19 saat ini? melalui email, pria lulusan University of Southern California jurusan Cinematic arts-Film Production menjawabnya, Minggu (23/8)

Adi Putra mengaku ikut terimbas pandemi Covid 19 yang saat ini melanda dunia. Kondisi saat ini, jelas dia, memberikan dampak berupa kendala tak terduga sekaligus tantangan bagi semua pekerja atau kreator seni.

"Banyak (kendala) sih, misalnya job saya sekarang jadi banyak yang cancel gara-gara covid. Jadi, otomatis saya sempat ada kendala secara finansial, tapi menurut saya, kendala utamanya adalah mempertahankan semangat dan kreatifitas," ungkapnya

Adi Putra merupakan sutradara muda dan seniman fotografi. Dia pernah melenggang di karpet merah Cannes Film Festival 2012 lewat filmnya berjudul Adam yang diputar di Short Film Corner. Adi juga pernah berkolaborasi dengan musisi Moby di video klip 'A Case For Shame’ serta menggelar pameranfoto di Amerika Serikat hingga Jepang.

Dia juga dipercaya menggarap video klip untuk lagu berjudul “Perfect” dari sebuah band yang sedang naik daun di Jepang, Luby Sparks pada mini album (I’m) Lost in Sadness. Hasil karyanya dipajang di beberapa videtron di Jepang. Salah satunya di persimpangan tersibuk di dunia, yakni Shibuya Cross, Tokyo, Jepang.

Tak berhenti di situ, Adi Putra pun memamerkan karya-karya fotografinya di ‘Unknown Asia Art Exchange 2018 Osaka Jepang’ di Harbis Hall Osaka, Jepang, 15-16 September 2018 . Pada pameran tersebut, Adi Putra mendapatkan empat penghargaan seperti Judges Prize, 2 Reviewer Prize, dan Sponsor Prize.

Dia kembali diundang untuk memamerkan karyanya di Unknown Asia Extra Asian Art Exchange 2018 Daibiru & Festival City pada 19 November 2018 sebagai seniman utama (Main Artist).

Kini, Adi Putra memutuskan menjaga eksistensi berkarya dengan tinggal di Jepang sejak Maret 2020. Di Jepang, Adi tak hanya “memajang” karya-karyanya di ruang pamer, dia pun berkolaborasi dan menjadikan sejumlah karyanya menjadi bagian dari desain baju dari brand asal Tokyo, Jepang.

“Terakhir saya berkolaborasi dengan brand asal Tokyo, Labrat, owner brand-nya menawarkan saya untuk kerjasama untuk design baju mereka keluaran spring summer 2020. Dia pertama DM saya di Instagram, lalu saya sempat meeting dan ngobrol ketika saya ke Jepang tahun lalu," ungkap Adi Putra yang sebagian karya-karyanya dipajang di akun @adipvtra ini.

Sementara itu, di Indonesia, Adi Putra mengisi waktu dengan memamerkan sekaligus menjual karya-karyanya di Museum Macan, museum seni modern dan kontemporer Indonesia dan internasional di Kebon Jeruk, Jakarta.

“Kemarin sengaja ikut acara arisan karya dari Museum Macan. Ya, menurut saya, bisa untuk publikasi yang bagus sekaligus menambah penghasilan. Terimakasih untuk Museum Macan,” tutur Adi.

Selain di Museum Macan, karya Adi rupanya sudah terpajang pula di sebuah salon mewah orang Jepang di kawasan Wolter Monginsidi, Jakarta Selatan.

“Iya, pemilik salonnya orang Jepang dan suka dengan karya saya. Dia baru mendirikan salon itu dan dia ingin mengajak seniman lokal untuk membantu meramaikan dekorasi tempat barunya. Jadi, kita sempat bertemu beberapa kali untuk memilihkarya dan akhirnya dipajang minggu lalu. Jadi, yang mau lihat karya saya, bisa datang langsung ke Atelier by Ryoji di Wolter Monginsidi,” pamer Adi Putra.

Terkait apresiasi karya seni di Jepang dan Indonesia, menurut Adi, tidak terlampau berbeda. Bedanya, di Jepang sarana seniman (khususnya fotografer) untuk memasarkan diri lebih luas, jadi lebih mudah untuk dipandang. (OL-13)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya