Headline
Presiden gelar rapat terbatas membahas Raja Ampat.
KAMIS, 10 April 2025, saat sebagian besar warga Bogor mulai beristirahat, mereka dikejutkan oleh getaran gempa yang terjadi di malam hari pukul pukul 22.16 WIB. Getaran yang terasa membuat sebagian orang terbangun dari tidurnya, berlarian keluar rumah, bahkan ada yang panik karena kaca-kaca jendela bergetar keras.
Informasi awal parameter gempa yang dikeluarkan oleh BMKG adalah Magnitudo (M) 4,1 dan kemudian dikoreksi menjadi M3,9. Fokus hiposenter gempa berada pada kedalaman 10 km. Getaran mengguncang wilayah Bogor, Jawa Barat, dengan pusat gempa sekitar 2 kilometer tenggara dari Kota Bogor.
Kedalamannya relatif dangkal, sekitar lima kilometer di bawah permukaan tanah. Itu sebabnya guncangan terasa sangat kuat, meskipun memiliki skala magnitudo yang tidak terlalu besar. Ini adalah ciri dari gempa dangkal yang cenderung punya daya destruktif di permukaan.
Keesokan harinya pada Jumat pagi, 11 April 2025, setidaknya terjadi empat gempa susulan dengan magnitudo kurang dari 3.9. Jika mengacu pada makalah yang dipublikasikan oleh Sidarto (2008) tentang keberadaan Sesar Citarik yang kemungkinan memicu gempa Bogor 10 April 2025, sesar ini adalah sebuah sesar (diduga aktif) yang belum banyak dikenal oleh masyarakat umum, tetapi kini mulai menunjukkan aktivitasnya secara nyata seperti peristiwa gempa di Bogor beberapa bulan yang lalu ini
Gambar 1. Kejadian gempa di wilayah Jawa Barat dan beberapa kejadian gempa di Bogor (Sumber: Seisnote)
Baca juga : BMKG Ungkap Fakta Gempa Bogor yang Dipicu Aktivitas Sesar Aktif
Gempa Bogor telah menarik studi mendalami kembali Sesar Citarik yang merupakan sesar aktif di bagian barat Pulau Jawa. Letaknya membentang antara pesisir selatan sampai arah utara. Bentangan ini diketahui melewati beberapa daerah seperti Bogor, Bekasi, Sukabumi, dan sekitaran Jakarta.
Kemenerusan Sesar Citarik melewati wilayah hunian padat penduduk seperti di daerah Bekasi dan Bogor, sehingga berpotensi memberikan dampak bahaya kegempaan yang signifikan. Pasalnya, gempa yang terjadi tidak sama dengan yang biasanya berasal dari laut.
Gempa ini terjadi dari pergeseran sesar darat yang berpotensi berdampak pada bangunan rumah tinggal dan gedung bertingkat. Terutama pada bangunan yang memiliki struktur yang tidak memenuhi standar aman gempa.
Beberapa kejadian gempa di Bogor dan Sukabumi pernah tercatat pada tahun 1833, 1852, 1975, 2000, 2003, dan 2008. Catatan kegempaan ini menunjukkan bahwa potensi bahaya dari aktivitas Sesar Citarik itu ada dan menjadi catatan penting untuk kita semua.
Letak Jawa Barat menjadi wilayah yang berada dalam pertemuan lempeng besar yakni Lempeng Indo-Australia dan Eurasia yang merupakan kawasan dalam tatanan tektonik kompleks. Sesar aktif yang berada di Jawa Barat terbentuk akibat interaksi lempeng tersebut.
Jika mengacu pada Buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia (2007) tercatat beberapa sesar aktif di Jawa Barat, di antaranya adalah Sesar Cimandiri, Sesar Lembang, Sesar Garsela. Namun referensi Sesar Citarik diperoleh dari penelitian yang dilakukan Sidarto (2008) dan terpublikasi pada Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral.
Peningkatan aktivitas gempa di wilayah Bogor dalam beberapa tahun belakangan telah menunjukkan kekuatan serius yang dilepaskan Sesar Citarik ini ke permukaan, baik dari skala kecil sampai menengah. Getaran gempa sejauh ini memang tercatat antara magnitudo 3 sampai 5, namun tetap membuka peluang terjadi potensi gempa yang lebih besar. Hal ini terjadi karena sifat dinamis yang memang dimiliki pada sesar berstatus aktif.
Akumulasi energi saat ini sudah dapat terlihat dari adanya gempa-gempa kecil yang terjadi. Gempa dengan magnitudo yang besar berpotensi terjadi dari ketegangan yang terjadi secara terus-menerus. Singkatnya, aktifnya Sesar Citarik yang berada di wilayah padat penduduk ini menjadi sebuah ancaman nyata bagi penduduk yang bermukim di jalur ini.
Risiko yang ditimbulkan gempa besar akibat Sesar Citarik ini dapat terjadi pada infrastruktur, bangunan, dan manusia. Kondisi ini menjadikan pantauan atas aktivitas sesar perlu dilakukan dan kerja sama antara masyarakat, pemerintah serta pihak terkait perlu dilakukan dalam kesiapsiagaan sekaligus mitigasi bencana untuk menghadapi potensi bahaya gempa yang mungkin terjadi.
Upaya mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko gempa sekaligus dampaknya, terlebih di wilayah yang dilalui sesar ini, ada beberapa. Pertama, meningkatkan kesadaran dan edukasi masyarakat. Pemahaman dan edukasi kepada masyarakat dibutuhkan dalam mengenal potensi bahaya dari Sesar Citarik. Edukasi ini diberikan kepada warga Bogor dan sekitarnya.
Edukasi yang diberikan juga termasuk pelatihan dan simulasi dalam evakuasi sebagai bentuk kesiapan masyarakat dalam menyelamatkan diri. Persiapan dalam mitigasi ini juga diperlukan dengan menyediakan tas siaga bencana yang akan dibawa saat terjadi gempa dengan berisikan kebutuhan-kebutuhan darurat masyarakat seperti obat, air, senter, baterai dan surat berharga.
Kedua, merencanakan tata ruang dan konstruksi tahan gempa yang baik. Pemerintah dan pihak properti di daerah rawan ini harus memahami standar konstruksi gempa dengan baik khususnya fondasi dan struktur utama bangunan.
Ketiga, meningkatkan sistem peringatan dini. Aktivitas Sesar Citarik dan sesar aktif perlu dipantau dengan adanya perencanaan pembangunan dan penyusunan kebijakan mitigasi bencana yang tepat sasaran.
Sistem peringatan dini gempa bumi juga perlu dievaluasi dan dikembangkan untuk memberikan waktu masyarakat dapat melakukan evakuasi jika gempa terjadi. Sistem peringatan dini ini juga termasuk dalam pemasangan sensor seismik yang berada di wilayah rawan gempa agar informasi potensi dan deteksi gempa akan diketahui oleh masyarakat sekitar dan dapat melakukan evakuasi.
Ancaman geologis dari kehadiran Sesar Citarik merupakan fenomena alam yang tak bisa dihentikan. Di sinilah manusia sebagai makhluk hidup yang memiliki kemampuan mendeteksi dan menganalisis dituntut mampu melakukan mitigasi.
Pemerintah, masyarakat, dan berbagai unsur lembaga terkait perlu melakukan peningkatan kesadaran kepada para masyarakat terdampak, melakukan studi kelayakan kondisi bangunan yang terstandarisasi tahan gempa, hingga membuat skema evakuasi yang tepat. Semuanya demi mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan apabila mungkin terjadi gempa di wilayah Bogor di kemudian hari.
Sekali lagi, mengungkap catatan kegempaan dan potensi gempa bukanlah tentang menebar ketakutan, melainkan meningkatkan kesadaran kolektif bagi kita semua. Karena keselamatan tidak datang dari kepanikan, melainkan dari kesiapan.
Sidarto, S. (2008). Dinamika Sesar Citarik. Jurnal Sumber Daya Geologi, 18(3). https://doi.org/10.33332/jgsm.geologi.v18i3.262
Soehaimi, A. (2008). Seismotektonik dan Potensi Kegempaan Wilayah Jawa. Indonesian Journal on Geoscience, 3(4), 227–240. https://doi.org/10.17014/ijog.3.4.227-240
Tim Pusat Studi Gempa Nasional. (2017). Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Tahun 2017. Bandung: Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan penyebab terjadinya gempa bumi di wilayah Bogor, Jawa Barat, pada Kamis (10/4) malam.
Episenter Gempa Bogor terletak pada jalur Sesar Sesar Citarik yang memiliki mekanisme geser mengiri (Sidarto, 2008).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved