Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Jejak Panjang Konflik Nagorno-Karabakh

Van/BBC/I-1
03/10/2020 08:11
Jejak Panjang Konflik Nagorno-Karabakh
Warga memegang selongsong roket guna pertempuran Armenia - Azerbaijan di Kota Horadiz di Distrik Füzuli, Azerbaijan, kemarin(AFP/TOFIK BABAYEV/Vahan Stepanyan; 123rf)

PERTEMPURAN kembali meletus antara Armenia dan Azerbaijan, dua negara bekas Uni Soviet di wilayah Kaukasus. Konflik yang telah berlangsung puluhan tahun itu terjadi di wilayah Nagorno-Karabakh. Wilayah tersebut diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, tetapi dikendalikan oleh etnik Armenia.

Kedua negara pun telah berperang di wilayah tersebut sejak akhir 1980-an dan awal 1990-an. Meskipun menyatakan gencatan senjata, kedua negara tidak pernah berhasil menyetujui perjanjian damai.

Nagorno-Karabakh adalah bagian dari Azerbaijan, tetapi populasinya mayoritas etnik Armenia. Ketika Uni Soviet menyaksikan meningkatnya ketegangan di republik-republik konstituennya pada 1980-an, Nagorno- Karabakh memilih untuk menjadi bagian dari Armenia. Hal itu memicu perang yang akhirnya berhenti dengan gencatan senjata pada 1994.

Sejak saat itu, Nagorno-Karabakh tetap menjadi bagian Azerbaijan, tetapi dikendalikan oleh etnik separatis Armenia yang didukung oleh pemerintah Armenia. Negosiasi selama beberapa dekade yang dimediasi oleh kekuatan internasional tidak pernah menghasilkan perjanjian damai.

Armenia ialah negara berpenduduk mayoritas Kristen, sedangkan Azerbaijan yang kaya minyak berpenduduk mayoritas Islam. Turki memiliki hubungan dekat dengan Azerbaijan, sedangkan Rusia bersekutu dengan Armenia meskipun juga memiliki hubungan baik dengan Azerbaijan.

Kaukasus adalah wilayah pegunungan yang penting secara strategis di Eropa Tenggara. Selama berabad-abad, berbagai kekuatan di wilayah ini, baik Kristen maupun Islam bersaing untuk mendapatkan kendali di sana. Armenia dan Azerbaijan modern keduanya menjadi bagian dari Uni Soviet ketika dibentuk pada 1920-an. Kemudian Nagorno-Karabakh, wilayah dengan mayoritas etnik Armenia, diberikan kendali oleh Soviet kepada otoritas Azerbaijan.

Orang-orang Armenia di Nagorno-Karabakh membuat beberapa seruan untuk dialihkan ke kendali otoritas Armenia dalam beberapa dekade berikutnya. Namun, baru setelah Uni Soviet mulai runtuh pada akhir 1980-an, parlemen regional Nagorno-Karabakh secara resmi memilih untuk menjadi bagian dari Armenia.

Azerbaijan berusaha untuk menekan gerakan separatis, sedangkan Armenia mendukung pihak separatis. Hal ini menyebabkan bentrokan etnik. Setelah Armenia dan Azerbaijan mendeklarasikan kemerdekaan dari Moskow, perang skala penuh pun terjadi.

Perjanjian damai

Perundingan damai telah berlangsung sejak saat itu dengan dimediasi oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) Minsk Group, sebuah badan yang dibentuk pada 1992 dan diketuai oleh Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat. Namun, sejauh ini perjanjian damai belum ditandatangani.

Bentrokan terus berlanjut selama tiga dekade terakhir, dengan gejolak serius terakhir pada 2016 ketika puluhan tentara di kedua belah pihak tewas. Konflik tersebut semakin diperumit oleh geopolitik. Negara anggota NATO, Turki, ialah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Azerbaijan pada 1991.

Pada 2019, kedua negara mengeluarkan pernyataan yang menyatakan perlunya mengambil tindakan konkret untuk mempersiapkan penduduk demi perdamaian. Meski demikian, belum ada tindakan nyata yang keluar dari kata-kata itu. (Van/BBC/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya