Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pendiri Lakon Indonesia Thresia Mareta Raih Penghargaan dari Pemerintah Prancis

Nike Amelia Sari
19/2/2025 14:54
Pendiri Lakon Indonesia Thresia Mareta Raih Penghargaan dari Pemerintah Prancis
Founder Lakon Indonesia Thresia Mareta meraih penghargaan Knight of the Ordre des Arts et des Lettres dari Kementerian Kebudayaan Negara Prancis(Dok: Lakon Indonesia)

PENDIRI Lakon Indonesia Thresia Mareta meraih penghargaan Knight of the Ordre des Arts et des Lettres dari Kementerian Kebudayaan Negara Prancis. Penghargaan tersebut diberikan atas dedikasi Thresia dalam melestarikan dan mengembangkan warisan budaya Indonesia hingga membawa fesyen Indonesia ke kancah internasional. Penghargaan tersebut merupakan salah satu apresiasi tertinggi yang diberikan oleh pemerintah Prancis kepada seseorang yang telah berkontribusi luar biasa dalam bidang seni dan budaya, baik di tingkat nasional maupun internasional.

Penghargaan yang diberikan dalam sebuah seremoni resmi yang dihadiri oleh Duta Besar Prancis untuk Indonesia Fabien Penone dan tamu penting lainnya ini menjadi bentuk apresiasi dunia terhadap upaya berkelanjutan yang dilakukan Thresia dalam melestarikan tradisi. Selain itu, juga inovasi Thresia untuk mendukung perkembangan para pelaku budaya dan mode Indonesia.

Dedikasi 

Thresia mendirikan Lakon Indonesia sejak 2018 yang lahir dari kepeduliannya karena semakin berkurangnya apresiasi terhadap para pengrajin dan teknik tradisional hingga warisan budaya. Melalui Lakon Indonesia, Thresia berupaya membangun ekosistem untuk mendukung para pengrajin, desainer, dan pelaku usaha kecil agar bisa relevan dan berkembang di era industri modern. 

Lakon Indonesia juga terjun langsung ke lapangan untuk bekerja sama dengan para pengrajin di berbagai tingkatan sehingga bisa memahami tantangan dan kesulitan yang dihadapi para pengrajin. “Dengan berkembangnya industri fesyen, kita harus bertanya pada diri sendiri: bagaimana kita memastikan keahlian pengrajin dalam membuat kerajinan tangan seperti batik, tenun, bordir, dan lainnya tidak hanya dilestarikan tetapi juga tetap relevan, mendapatkan pengakuan global, dan menciptakan peluang ekonomi bagi para pengrajin?" ungkap Thresia dalam sambutannya, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Media Indonesia, Selasa (18/2).

Perjuangan ini, kata Thresia, merupakan perjalanan panjang yang membutuhkan kerja keras, kesabaran, dan dedikasi tak henti. Saat ini, Thresia juga merupakan advisor JF3 (Jakarta Fashion and Food Festival) yang diprakarsai oleh Summarecon. JF3 memberikan peluang bagi para kreator fesyen dan pengrajin lokal. 

Dengan pengalaman dan keahliannya, Thresia melakukan berbagai inovasi dan terobosan, salah satu inisiatif yang dieksekusi yakni mendirikan Pintu Incubator, program bilateral yang didirikan bersama antara Lakon Indonesia, JF3, dan Kedutaan Besar Prancis melalui Institut Français Indonesia (IFI).

Pintu Incubator membantu para kreator muda dari Indonesia dan Prancis dalam membangun bisnis yang menekankan pengembangan pasar, ketahanan bisnis, dan keberlanjutan jangka panjang. Dengan menghubungkan kreator Indonesia ke ekosistem fesyen Prancis, Pintu Incubator memberikan bimbingan, wawasan industri, dan peluang global, memastikan para peserta bisa bersaing di tingkat internasional.

Hasil dari program tersebut ialah para peserta incubator telah berhasil menjual produk mereka ke buyer internasional dan butik-butik di berbagai benua. Selain itu, peserta incubator mendapatkan berbagai kesempatan, seperti mengikuti Paris Trade Show, hingga untuk pertama kalinya bisa menempuh pendidikan di École Duperré, salah satu sekolah fesyen paling bergengsi di Paris.

Buku Ode to Indonesian Culture

Dalam kesempatan yang sama, Thresia juga memperkenalkan Ode to Indonesian Culture, buku yang dikerjakannya selama dua tahun. Buku ini mengangkat 15 sosok inspiratif Indonesia, diceritakan dari perspektif Lakon Indonesia.

“Harapan saya, generasi mendatang tidak hanya memahami warisan budaya tetapi juga bangga. Dunia akan selalu berubah, semoga mereka tidak pernah melupakan kekuatan dan keindahan akar budaya mereka," ungkapnya.

"Semoga buku ini menjadi warisan yang hidup, sebuah penghormatan bagi kebijaksanaan dan kontribusi mereka yang membentuk narasi budaya kita hari ini, sekaligus memberikan inspirasi bagi masa depan untuk terus menghargai dan merayakan identitas kita."(M-2)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya