Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
PEMERINTAH dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) didorong mengubah skema pemberian tunjangan. Sebab, saat ini skema yang ada berpotensi menimbulkan pemborosan anggaran di tengah polemik gaji anggota DPR RI.Hal itu disampaikan Manajer Riset Seknas Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Badiul Hadi.
"Tunjangan seharusnya berbasis kebutuhan nyata dan dilaporkan penggunaannya (misalnya dengan skema reimbursement), bukan lump sum tanpa akuntabilitas," kata Badiul Hadi saat dihubungi, Rabu (20/8).
Skema lump sum (uang yang dibayarkan sekaligus atau keseluruhan dalam satu waktu), lanjut Baidul, tidak sejalan dengan upaya pemerintah mendorong prinsip spending better dalam menggunakan uang negara. Apalagi, kata dia, Bendahara Negara juga kerap kali menyampaikan sistem penganggaran dilakukan berbasis kinerja.
Gaji dan tunjangan para wakil rakyat yang fantastis per bulannya menurut dia menunjukkan kepekaan yang minim terhadap kondisi rakyat yang diwakili. Fasilitas negara juga seharusnya diarahkan untuk memperkuat pelayanan publik, alih-alih memanjakan gaya hidup pejabat publik.
"Sebaiknya rencana ini dibatalkan, sebagai bentuk keperpihakan pada masyarakat khususnya masyarakat miskin. Ini bisa dialihkan anggarannya utuk peningkatan layanan dasar pendidikan, kesehatan. Termasuk janji 3 juta rumah untuk warga miskin yang belum jelas realisasinya, jauh lebih bijak," terang Badiul.
Dari hitungannya, dengan asumsi anggota DPR sebanyak 580 orang dan setiao orang mendapatkan tunjangan pengganti fasilitas rumah sebesar Rp50 juta, maka dalam setahun uang rakyat yang diberikan kepada anggota DPR mencapai Rp348 miliar. Dalam lima tahun, atau satu periode jabatan, maka uang negara yang dikucurkan sebesar Rp1,74 triliun.
Sementara, kata Badiul, Sekretaris Jenderal DPR di beberapa kesempatan menyebutkan biaya perawatan rumah jabatan anggota (RJA) berkisar Rp25 juta per unit per tahun. Dus totalnya berkisar Rp12,5 miliar hingga Rp14,25 miliar per tahun jika jumlah anggota DPR sebanyak 580 orang. Dalam lima tahun, maka dana yang dibutuhkan sekitar Rp62 miliar hingga Rp71 miliar.
"Perbandingan, tunjangan perumahan ini 24–28 kali lebih mahal daripada perawatan rutin RJA. Agar seimbang, rehab RJA harus mencapai kurang Rp1,67 triliun, padahal DPR hanya klaim ratusan miliar tanpa detail," terang Badiul.
Nilai gaji dan tunjangan yang besar itu juga dinilai tak sejalan dengan agenda efisiensi yang digaungkan pemerintah. "Pemerintah saat ini sedang getol mendorong efisiensi anggaran, bahkan menekan belanja publik di banyak sektor. Ironisnya, DPR justru menambah fasilitasnya sendiri. Ini memberi sinyal kontradiktif, rakyat diminta berhemat, sementara elite memperluas privilege," tambah Badiul.
"Perekonomian masyarakat menengah ke bawah masih lemah. Banyak keluarga kesulitan membeli kebutuhan pokok, membayar kontrakan, bahkan harus berhemat di tengah inflasi. Di sisi lain, wakil rakyat justru mendapat fasilitas setara kontrakan mewah yg seluruhnya dibiayai APBN. Ini berpotensi memperlebar kesenjangan sosial maupun kepercayaan politik," lanjutnya. (H-4)
Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir menegaskan isu kenaikan gaji anggota DPR RI hingga Rp100 juta per bulan tidak benar.
Gaji anggota DPR RI mencapai Rp69-70 jutaan per bulan.
Setjen DPR masih mengidentifikasi biaya sewa rumah di sekitaran Senayan, Semanggi, bahkan di wilayah Jabodetabek, untuk bisa menentukan angka tunjangan yang ideal bagi para anggota DPR RI.
Anggota DPR RI Masinton Pasaribu mengatakan anggota parlemen juga menerima dana reses, dengan anggaran setiap kegiatan di dapil berkisar Rp20 juta.
"Kala sebagian besar warga kita sedang tertatih-tatih mendapatkan penghasilan kebutuhan sehari-hari, wakil mereka malah sibuk menghitung tambahan gaji yang terus membengkak,"
DPR dapat tunjangan rumah Rp50 juta/bulan. Cek harga sewa apartemen & rumah mewah Senayan yang bisa dijangkau di tengah ekonomi rakyat tertekan
Gaji anggota DPR RI mencapai Rp69-70 jutaan per bulan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved