Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Pelaku Usaha Nilai Tarif Ekspor RI ke AS Jadi Lebih Kompetitif

Insi Nantika Jelita
17/7/2025 01:36
Pelaku Usaha Nilai Tarif Ekspor RI ke AS Jadi Lebih Kompetitif
Petugas mengawasi proses bongkar muat peti kemas di PT Terminal Petikemas Surabaya, Surabaya, Jawa Timur.(ANTARA/Didik Suhartono)

KETUA Umum (Ketum) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menilai penurunan tarif ekspor Indonesia ke Amerika Serikat menjadi 19% merupakan hasil negosiasi yang jauh lebih baik dibandingkan proposal awal sebesar 32%. Ia menyebut posisi tarif ini membuat produk ekspor Indonesia menjadi lebih kompetitif dibandingkan sejumlah negara Asia Tenggara lainnya.

"Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, tarif 19% ini menempatkan Indonesia dalam posisi yang relatif lebih kompetitif," ujar Shinta, Rabu (16/7). 

Dia menjelaskan, sebagai perbandingan, Thailand dikenai tarif sebesar 36%, Laos 40%, Malaysia 25%, dan Vietnam 20% dengan ketentuan tambahan terkait transshipment.

Shinta kemudian memperkirakan masih ada peluang bagi Indonesia untuk menegosiasikan penurunan tarif dari Amerika Serikat secara lebih lanjut. Hal ini penting, terutama untuk menjaga daya saing produk-produk ekspor unggulan Indonesia seperti tekstil, alas kaki, furnitur, dan perikanan yang sangat bergantung pada pasar Amerika Serikat.

"Mungkin saja masih ada ruang untuk bisa Indonesia bernegosiasi menjadi lebih rendah lagi," ucapnya. 

Meski demikian, ia mengingatkan negara-negara pesaing masih dalam proses negosiasi dengan Pemerintah AS. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk terus memantau perkembangan posisi akhir kompetitor karena dapat memengaruhi dinamika persaingan kawasan dalam waktu dekat.

Dalam kesepakatan tersebut, Indonesia berkomitmen meningkatkan impor sejumlah komoditas strategis dari Amerika Serikat. Apindo menilai langkah ini sejalan dengan rekomendasinya sebelumnya kepada pemerintah, yaitu mendorong skenario mutually beneficial melalui peningkatan impor produk seperti kapas, jagung, produk dairy, kedelai, dan minyak mentah (crude oil). 

"Ini merupakan bentuk timbal balik yang juga dimaksudkan untuk merespons kekhawatiran AS terhadap defisit perdagangannya dengan Indonesia," kata Ketum Apindo itu.

Terkait penghapusan tarif impor oleh Indonesia terhadap produk-produk dari AS, Shinta menyampaikan sebagian besar produk tersebut memang sudah dikenakan tarif yang cukup rendah, yakni antara 0% hingga 5%. Oleh karena itu, dampaknya akan dikaji lebih lanjut secara spesifik per produk dari hasil negosiasi yang ada.

Shinta menegaskan keberhasilan diplomasi perdagangan harus dibarengi dengan reformasi menyeluruh di dalam negeri. 

"Daya saing ekspor Indonesia tidak hanya ditentukan oleh tarif, tetapi juga oleh kepastian dan kemudahan berusaha, efisiensi logistik dan energi, serta kualitas regulasi dan infrastruktur," jelasnya.

Reformasi struktural, khususnya di sektor industri padat karya, dinilai krusial untuk menjaga ketahanan usaha dan penciptaan lapangan kerja di tengah tekanan global.

Dalam waktu dekat, Apindo akan melakukan konsolidasi dengan para pelaku usaha ekspor yang terdampak untuk melakukan tinjauan sektoral terhadap dampak kebijakan tarif terbaru ini. Apindo juga tengah menyiapkan sejumlah usulan mitigasi kepada pemerintah guna mendukung transisi industri secara efektif. Ini termasuk dorongan ekspor ke pasar non-tradisional dan percepatan agenda deregulasi nasional.

"Kami juga terus berkomunikasi dengan pemerintah yang saat ini masih merampungkan detail teknis dari kesepakatan tersebut," ucapnya.

Proses negosiasi dengan Pemerintah AS di bawah kepemimpinan Presiden Trump, ungkap Shinta, memerlukan kewaspadaan tinggi mengingat dinamika politik domestik AS yang sangat memengaruhi arah kebijakan. (Ins/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Mirza
Berita Lainnya