Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Pengamat: Tidak Mudah Negosiasi Tarif dengan AS

Naufal Zuhdi
09/7/2025 19:41
Pengamat: Tidak Mudah Negosiasi Tarif dengan AS
DIREKTUR Eksekutif Center of Reform on Economics (CoRE), Mohammad Faisal.(Dok. Antara)

DIREKTUR Eksekutif Center of Reform on Economics (CoRE), Mohammad Faisal menilai bahwa saat ini negosiasi yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan pemerintah Amerika Serikat (AS) terkait dengan tarif resiprokal tidak akan berjalan dengan mudah.

"Sejak awal itu bernego-bernego dengan Amerika itu tidak mudah. Istilahnya dia ingin menekan, kita harus menawarkan banyak hal untuk bisa memberikan fasilitas menurunan tarif resiprokalnya. Artinya kita diminta berkorban lebih. Jadi benefit yang kita peroleh itu lebih sedikit dibandingkan dengan ongkos yang kita keluarkan," ujar Faisal saat dihubungi, Rabu (9/7).

Faisal menjelaskan, sulitnya negosiasi tarif antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah AS karena Presiden AS, Donald Trump menganggap bahwa AS tengah berada dalam posisi yang sudah rugi meski telah berdagang dengan banyak negara.

"Walaupun defisit dengan Indonesia itu di antara 15 negara termasuk yang lebih tipis sebetulnya. Dan tidak konsisten juga sebetulnya karena ada negara-negara bahkan yang justru Amerika (mengalami) surplus dengan negara tersebut seperti Singapura, tetap saja dikenakan tarif," terang Faisal.

"Dan ada negara-negara yang Amerika (mengalami) defisitnya lebih dalam, tapi negara-negara tersebut pada saat sekarang malah diberikan kelonggaran. Malah mencapai satu persetujuan baru yang tarifnya akhirnya lebih rendah dibandingkan dengan kita Contohnya Tiongkok dan Vietnam," sambungnya.

Maka dari itu, Faisal menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia mesti memiliki rencana lain dengan memaksimalkan pasar dari negara-negara lain di luar Amerika seperti melalui BRICS.

"Jadi menurut saya, kita mending melakukan plan B, skenario B, memaksimalkan manfaat-manfaat yang bisa kita dapatkan dari negara-negara yang lain selain Amerika, termasuk di antaranya dengan BRICS. Lalu kita juga perlu memperkuat ekonomi domestik kita untuk sebagai shield atau pertahanan dari dampak buruk pengenaan tarif tersebut. Itu strategi-strategi itu yang perlu dipertajam, bukan hanya mengandalkan pada effort plan A dengan negosiasi tarif saja dengan Amerika," tandasnya.  (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik