Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Perkuat Daya Saing Nasional dengan Sinergi Kebijakan dan Industri

Media Indonesia
20/6/2025 20:36
Perkuat Daya Saing Nasional dengan Sinergi Kebijakan dan Industri
Ilustrasi(Dok Ist)

PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP), salah satu produsen baja terintegrasi di Indonesia, turut ambil bagian dalam peluncuran Laporan Perdagangan dan Investasi Berkelanjutan Indonesia 2025.

Partisipasi GRP pada forum yang digelar Centre for Strategic and International Studies (CSIS), di Jakarta, Jumat (20/6), ini sebagai komitmen perusahaan untuk terlibat dalam pembentukan arah kebijakan industri yang tangguh, adaptif, dan relevan pada tantangan global serta menjawab kebutuhan keberlanjutan masa depan secara kolaboratif.

Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti menyampaikan bahwa prinsip keberlanjutan kini menjadi landasan dalam strategi perluasan ekspor dan penguatan pelaku usaha domestik. “Perdagangan hijau bukan lagi pilihan, tetapi keharusan, karena pasar global kini semakin menuntut komoditas berkelanjutan,” ujarnya.

Roro Esti juga menegaskan pertumbuhan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari kualitas sumber daya manusia dan kepedulian terhadap lingkungan. Komitmen Indonesia terhadap target net zero emission pada 2060 dan pengurangan emisi 32% pada 2030 jadi fondasi lintas kebijakan nasional. “Ini jadi perhatian publik. Pemerintah wajib mencari solusi termasuk cara mendorong komoditas hijau mendukung green growth,” kata Roro Esti.

Dalam sesi diskusi panel bertema Mencapai Resiliensi dan Keberlanjutan di Tengah Ketidakpastian, Presiden Direktur GRP Fedaus menyampaikan pentingnya transformasi industri baja sebagai bagian strategi jangka panjang menghadapi perubahan global dan transisi ekonomi rendah karbon.
GRP, kata dia, menekankan dekarbonisasi bukan sekadar tanggung jawab perusahaan, tetapi juga agenda kolektif untuk menjadikan industri baja Indonesia lebih kompetitif secara internasional.

Terkait dekarbonisasi, jelas Fedaus, GRP menjalankan berbagai langkah, mulai dari penyusunan Net Zero Roadmap hingga pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap berkapasitas 9,3 MWp.

Ini diperkuat dengan peningkatan tata kelola dan pelaporan tahunan terkait keberlanjutan seperti perolehan skor CDP Climate Change B-pada 2024 serta penguatan daya saing produk lewat sertifikasi Environmental Product Declaration (EPD).

“Kami melihat dekarbonisasi sebagai bagian strategi industri, bukan cuma kewajiban lingkungan. Dunia semakin selektif pada produk dengan jejak karbon rendah. Jika industri baja nasional ingin tetap bersaing, kita harus memulai dari sekarang, bersama-sama,” jelas Fedaus.

Ia menekankan membangun daya saing nasional tak bisa terpisah. Butuh pendekatan lebih terintegrasi antara pemerintah, pelaku industri, dan institusi riset agar kebijakan industri responsif dan progresif.

“Sinergi antara kebijakan dan pelaku industri adalah kunci. Kebijakan tepat sasaran harus dari pemahaman menyeluruh pada realita industri di lapangan. Industri harus beradaptasi dan berinovasi dalam kerangka kebijakan yang makin menekankan keberlanjutan dan daya saing global."

Lebih lanjut, Fedaus menegaskan posisi industri baja sangat strategis bagi keberlangsungan sektor industri lain. Ia menyebut baja sebagai mother of industry, istilah yang menggambarkan peran baja jadi fondasi utama dari hampir seluruh aspek pembangunan nasional.

Sementara itu, Direktur Eksekutif CSIS Yose Rizal Damuri menambahkan arah kebijakan perdagangan Indonesia tetap melaju meskipun dihadapkan pada kebijakan proteksionis sejumlah negara besar. “Kebijakan proteksionis itu tidak terlalu mempengaruhi perdagangan dan transisi keberlanjutan yang kita jalankan,” ujarnya.

Laporan ini, kata dia, mencerminkan dinamika perdagangan dan investasi hijau di tingkat nasional dan global. Analisis dalam laporan mencakup peluang dan tantangan Indonesia guna mempercepat agenda transisi hijau serta jadi hasil kolaborasi antara CSIS dan Kemendag dalam mendorong kebijakan berbasis bukti. “Laporan ini diharapkan dapat memperkuat sinergi lintas sektor untuk mendukung pertumbuhan ekonomi hijau di Indonesia,” pungkas Yose. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indrastuti
Berita Lainnya