Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Sri Mulyani: Konflik Iran vs Israel Wajib Diwaspadai

M Ilham Ramadhan Avisena
17/6/2025 18:54
Sri Mulyani: Konflik Iran vs Israel Wajib Diwaspadai
Kemenkeu menggelar APBN Kita edisi Mei 2025.(MI/Ilham Ramadhan Avisena)

Situasi global yang masih dan kian tak menentu patut diwaspadai. Perkembangan dari ekonomi dunia dan konflik Timur Tengah Iran vs Israel dinilai dapat memberi dampak ke perekonomian nasional

“Ini adalah sesuatu yang memunculkan event, yang bisa langsung mempengaruhi signifikan terhadap kondisi perekonomian, baik dari harga komoditas, maupun nilai tukar, suku bunga, dan capital flow. Ini yang kita hadapi, menghadapi geopolitik yang makin meruncing,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers kinerja APBN di kantornya, Jakarta, Selasa (17/6). 

Ketidakpastian situasi global dimulai dari kebijakan tarif dagang yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat yang cenderung lebih menekan kepada Tiongkok. Kendati telah ada upaya negosiasi antara Negeri Paman Sam dengan Negeri Tirai Bambu, namun belum ada hasil signifikan dari langkah pembahasan tersebut. 

Situasi itu kemudian diperparah dengan pecahnya perang di Timur Tengah antara Israel dan Iran. Sri Mulyani mengatakan, kondisi tersebut menimbulkan dua dampak yang segera bagi perekonomian dunia, tak terkecuali Indonesia. 

“Harga minyak naik, namun di sisi lain perekonomian global cenderung melemah. Itu menyebabkan tekanan harga, inflasi naik, dan membuat ekonomi global melemah. Itu kombinasi yang harus kita waspadai. Hal itu memberikan dampak ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, menggerakkan nilai tukar dan suku bunga global,” jelasnya. 

Ketidakpastian yang masih tinggi juga tercermin dari penurunan kinerja ekonomi di sejumlah negara maju. Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur dunia tercatat berada di zona kontraktif, yaitu 49,6, sekaligus menjadi yang terendah sejak Desember 2024. Dari sejumlah negara yang disurvei, 70% di antaranya diketahui mengalami kontraksi PMI manufaktur. 

“Artinya indeks PMI manufaktur di bawah 50, termasuk Indonesia 47,4. Hanya 29,2% negara yang disurvei masih ekspansif,” jelas Sri Mulyani. 

Kendati situasi eksternal cukup menantang, perempuan yang karib disapa Ani itu menyatakan memiliki optimisme terhadap perekonomian di dalam negeri. Itu merujuk dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih berada di zona optimis, kendati mengalami penurunan level indeks. 

Lalu konsumsi listrik pada sektor bisnis dan industri manufaktur disebutkan mengalami pertumbuhan positif. Hal itu menurut Ani, menunjukkan adanya geliat perekonomian di dalam negeri. “Dari sisi kegiatan ekonomi yang membutuhkan listrik, konsumsi listrik untuk bisnis tumbuh 4,5%. Artinya kegiatan ekonomi masih bertahan. Untuk manufaktur pertumbuhan konsumsi listrik 6,7%,” tuturnya. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya