Pangkalan dan Pengecer Keberatan dengan Peralihan Distribusi Elpiji 3 Kg

Insi Nantika Jelita
02/2/2025 17:20
Pangkalan dan Pengecer Keberatan dengan Peralihan Distribusi Elpiji 3 Kg
Pekerja menata gas elpiji 3 kg bersubsidi untuk didistribusikan di wilayah kota Bandar Lampung, Lampung, Sabtu (11/1/2024).(Antara/Ardiansyah)

SEJUMLAH pangkalan dan pengecer kompak menyuarakan ketidaksiapan peralihan distribusi penjualan elpiji 3 kilogram (kg). Per 1 Februari 2025, penjualan elpiji subsidi melalui pengecer tidak akan diperbolehkan lagi. 

Salah seorang pemilik pangkalan resmi elpiji 3 krg di kawasan Kayu Manis Timur, Jakarta Timur, mengaku keberatan dengan kebijakan tersebut. "Karena nanti pasti repot," ujar pemilik pangkalan tersebut yang enggan disebutkan namanya kepada Media Indonesia, Minggu (2/2).

Saat kondisi normal, pangkalan tersebut menerima pasokan sekitar 400-500 tabung gas melon per bulannya dari Pertamina Patra Niaga. Pihaknya rutin menyalurkan komoditas energi tersebut ke sejumlah pengecer dengan jumlah yang berbeda-beda. 

Satu pengecer bisa mendapatkan 10 tabung, 15 tabung, atau 20 tabung elpiji 3 kg dalam satu kali pengambilan. 
Dengan pemotongan distribusi penjualan elpiji 3 kg dari pengecer ke pangkalan resmi, diperkirakan akan menimbulkan antrean panjang di satu lokasi pangkalan. 
 
"Kalau kami harus mengurus langsung, pasti ramai-ramai konsumen mengumpul di tempat kami. Ini yang bikin repot. Dan jujur saja, kami tidak siap," katanya. 

Di tempat terpisah, pemilik pangkalan elpiji 3 Kg Toko Baru di daerah Kayu Manis I, Dharmansyah, menyampaikan tidak mengetahui pemberlakuan peralihan penyaluran subsidi gas melon. Katanya, ia belum mendapatkan informasi langsung tersebut dari Pertamina. 

"Saya tidak tahu soal itu. Namun, jika itu diterapkan tentu bikin saya pusing," katanya.

Dharmansyah menuturkan satu tabung gas melon dipatok harga Rp16 ribu. Ini sesuai ketentuan harga eceran tertinggi (HET) yang diterapkan Peraturan Gubernur Jakarta Nomor 4 Tahun 2015. Namun, ia tidak mengetahui pasti harga per tabung elpiji subsidi yang dijual di pengecer. 

"Kami biasanya kirim ke warung-warung. Soal harga biasanya beda-beda di pengecer," ucapnya.

Sementara, pedagang eceran bernama Nizar mengatakan, tidak mengetahui kebijakan peralihan distribusi elpiji 3 kg sudah mulai diterapkan pada awal Februari ini. Ia mengaku saat ini kesulitan mendapatkan pasokan elpiji 3 kg. 

Biasanya tokonya memasok 15 tabung elpiji dalam sehari dari pangkalan. Kini, pihaknya tidak menyediakan barang tersebut. Katanya, ada keterbatasan penyaluran dari pangkalan.

"Saya tidak tahu kalau sekarang beli elpiji 3 kg hanya boleh di pangkalan. Beberapa hari ini sudah langka mendapat elpiji 3 kg. Kemarin sisa enam tabung, sekarang kosong," ucapnya. 

Dengan dilarangnya pengecer menjual gas melon, Nizar menuturkan dirinya akan mengalami kerugian. Biasanya dalam sehari tokonya bisa menjual Rp330 ribu dari 15 tabung gas elpiji. "Kalau kebijakan itu diberlakukan tentu saya rugi dong," imbuhnya. 

Pengecer lain yakni pemilik Warung Affan juga berpendapat serupa bahwa akan mengalami kerugian dengan tidak diperbolehkan menjual gas elpiji 3 kg. Dalam sehari warungnya memasarkan 10 tabung gas melon. 

"Saat ini di toko kami tabung gas elpiji kosong. Soal kebijakan tersebut saya baru tahu dari TikTok. Tentu ini buat rugi kami ya, tetapi mau bagaimana lagi," ucapnya. (Z-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya