Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
ASOSIASI Pengusaha Indonesia (Apindo) mendorong pemerintah dapat memelihara pemulihan industri manufaktur dalam negeri. Kebijakan yang tepat sangat dibutuhkan agar industri manufaktur dapat terus bergeliat dan mendukung pertumbuhan ekonomi.
Hal itu berkaitan dengan level Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia yang merangkak naik ke zona ekspansif pada Desember 2024 di angka 51,2.
"Apindo melihat hal ini sebagai awal yang baik, namun pemulihan yang lebih stabil masih memerlukan dukungan kebijakan yang konsisten dari pemerintah untuk menjaga momentum pertumbuhan," ujar Ketua Umum Apindo Shinta Widjaja Kamdani saat dihubungi, Jumat (3/1).
Peningkatan level PMI manufaktur itu, lanjutnya, merupakan sinyal positif sektor manufaktur mulai pulih dan dapat keluar dari tekanan. Hal itu ditunjukkan dengan adanya peningkatan pesanan baru dan aktivitas pembelian yang lebih kuat.
Capaian itu sekaligus menjadi angka tertinggi sejak Mei 2024. Hal tersebut mencerminkan sektor industri manufaktur merespons permintaan pasar dengan baik, juga memberikan sentimen optimisme terhadap prospek bisnis di tahun ini.
Shinta mengatakan, pemulihan PMI manufaktur di Desember 2024 banyak dipengaruhi oleh peningkatan pesanan baru, baik dari dalam negeri maupun pasar ekspor, serta optimisme pelaku usaha terhadap stabilitas makroekonomi yang mulai membaik.
Adanya lonjakan aktivitas pembelian selama dua bulan berturut-turut, termasuk ada upaya dari pelaku usaha manufaktur untuk mempersiapkan stok bahan baku dan barang jadi, menjadi salah satu indikasi perusahaan manufaktur merespons peningkatan permintaan dengan lebih agresif.
"Secara umum, faktor Ramadan belum berpengaruh langsung pada data Desember, namun permintaan akhir tahun terkait persiapan Nataru (Natal dan Tahun Baru) turut memberikan kontribusi terhadap kenaikan permintaan barang," terang Shinta.
Kendati begitu, pebisnis disebut juga masih menghadapi tantangan dari kenaikan harga barang impor akibat penguatan dolar Amerika Serikat, meski inflasi harga input sedikit melandai.
Apindo, kata Shinta, mengapresiasi upaya pemerintah dalam menerbitkan stimulus untuk industri padat karya sebagai langkah awal yang baik dari upaya menjaga daya beli masyarakat.
"Meskipun demikian, Apindo melihat masih ada ruang perbaikan, khususnya dalam memberikan dukungan yang lebih menyeluruh bagi dunia usaha yang tengah menghadapi tekanan signifikan," tuturnya.
"Apindo menilai bahwa paket kebijakan ini masih perlu didorong lebih lanjut untuk memastikan efektivitasnya dalam meningkatkan daya beli masyarakat secara optimal. Stimulus yang ada saat ini harus menjadi bagian dari kebijakan yang lebih menyeluruh dalam mendukung keberlanjutan industri padat karya," tambahnya.
Dalam hal ini, imbuh Shinta, Apindo berharap pemerintah dapat terus melakukan dialog dengan dunia usaha untuk menyempurnakan kebijakan-kebijakan yang ada, sehingga mampu menghadirkan manfaat yang lebih maksimal bagi seluruh pihak. (Mir/E-2)
Pentingnya reindustrialisasi yang berfokus pada sektor-sektor padat karya.
Pameran ini menjadi ajang strategis bagi pelaku industri manufaktur, logistik, pengemasan, dan percetakan guna memperkenalkan inovasi, memperluas jaringan bisnis.
Industri manufaktur dalam negeri masih mengalami tekanan di tengah dinamika ekonomi global dan banjirnya impor produk jadi di pasar domestik.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Mei 2025 masih berada di jalur ekspansi. IKI pada Mei ini tercatat di level 52,11 poin.
Dalam rilisnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontribusi manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) periode tersebut sebesar 17,50%.
KEMENTERIAN Perindustrian mengungkapkan kepercayaan industri mengalami penurunan di tengah ketidakpastian ekonomi dunia maupun domestik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved